#1
"Katanya nih, Pak Taehyung itu suka main kasar. Gila nggak sih?"
"Masa iya? Orang dia santai gitu, ramah juga."
"Well, who knows? Siapa tau kan itu buat nutupin kedok aslinya."
"Bisa jadi sih. Kayak dark side gitu kali, ya?"
"Kebanyakan baca Fifty Shades lo."
"Tapi gue nggak yakin, deh. Pak Taehyung mukanya terlampau ganteng buat main kasar."
"Tampang nggak menjamin sih. Ya maksud gue, siapa yang tahu?"
"Apa jangan-jangan dia sama istrinya cerai karena Pak Taehyung mandul?"
"Sstt, jaga omongan. Mana mungkin."
"Kan lo yang bilang. Who knows?"
Mari dapat merasakan telinganya menjadi begitu panas mendengar gosip-gosip dari para karyawan kantor. Walau sejatinya dia suka menggosip, tapi menurutnya pokok pembahasan ini terlalu mature untuk didiskusikan bersama saat jam makan siang seperti sekarang. Bukan terlalu mature sebenarnya. Pembicaraan ini terlalu sensitif karena topik seperti ini adalah hal-hal pribadi.
Lagipula, gimana kalau Taehyung dengar?
Gimana kalau Pak Taehyung marah?
Gimana kalau...
Ah, Hell. Mari tidak sanggup memikirkan apa pun.
Tapi memang Pak Taehyung adalah bahan yang cocok buat ngegosip bagi para jomblowati kantor yang kurang kerjaan.
She means, coba ceritakan gimana bisa sosok Taehyung yang hampir sempurna gitu digugat cerai oleh istrinya sendiri?
Oke, ralat. Maksudnya mantan istri.
Mari sendiri yang sudah magang selama hampir dua bulan di kantor—dan kebetulan pula Taehyung adalah mentornya—merasa tidak ada kecacatan pada pria itu.
That man was good looking, baik, ramah, easy-going, cerdas, ide-idenya kreatif, pekerja keras dan banyak hal positif lain yang ada pada diri Taehyung. Mari merasa siapa pun yang menjadi istri Taehyung harus bisa bersyukur mendapatkan suami seperti pria itu.
Tidak ingin munafik, kalau dia dan Taehyung dipertemukan lebih cepat sebelum pemuda itu menikah, mungkin Mari akan jadi salah satu gadis yang menaruh harapan untuk jadi istrinya.
Tapi itu hanya sekadar sebuah harapan dibalik sebuah permungkinan. Sayangnya, takdir tidak berkata demikian. Mari dan Taehyung hanya ditakdirkan bertemu sebagai karyawan magang dan mentor. Tidak lebih.
"Mar, kok ngelamun?"
Mari menoleh saat merasakan ada sebuah tepukan dipundaknya dan mendapati teman seperjuangannya, Kim Jisoo, mengambil tempat duduk di sampingnya.
"Sejak kapan lo di sini?"
Jisoo menyedot minumannya kemudian tertawa, "Just a minute ago."
Mari hanya mengangguk pelan hingga akhirnya dia sadar kalau sejak tadi dia memang melamun saat melihat makan siangnya belum tersentuh sama sekali.
"Pak Taehyung jadi trending topic kantor banget ya," ujar Jisoo. "Tapi emang cocok, sih. Mukanya itu gossipable."
Mari terkekeh pelan, "Bisa aja lo. Ada gitu ya orang yang suits to be gossiped?"
"Serius. Sebenernya gue kasihan juga lama-lama sama Pak Tae yang jadi bahan gosip mulu. Kupingnya nggak panas apa?"
"Lo kasihan tapi ikut gosipin juga. Gimana sih," cibir Mari.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Vacancy
FanfictionKim Taehyung, 27 tahun, bagian audit. Mentor. Bagi Mari Jung, Taehyung tidak lebih dari itu. Kalau pun lebih, Taehyung hanya akan jadi objek gosip para wanita-termasuk dirinya-karena status duda yang disandangnya. Tapi kemudian, Cupid menakdirkan me...