Aku melangkahkan kakiku di sepanjang koridor sekolah baruku. Aku baru sekitar dua minggu di sekolah ini dan baru kali ini mengikuti kegiatan proses belajar mengajar setelah melakukan proses orientasi sekolah.
Sebelum itu, aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Risma. Siswi kelas 1 SMA berusia 16 tahun. Aku bukan siswi pintar, maupun terkenal. Di sekolahku dulu, aku lebih dikenal sebagai siswi yang pendiam dan suka menyendiri. Bukannya aku tidak mau berteman dan bergaul dengan siswi lainnya. Hanya saja, aku merasa minder dengan mereka. Aku tidak bisa ikut bergabung dengan obrolan mereka. Aku tidak bisa ikut jalan-jalan dengan mereka. Pada intinya, aku tidak bisa berbaur.
Ketika remaja seusiaku mulai membahas mengenai teman sekelas lelakinya atau lelaki yang ditaksir dengan remaja yang lainnya, lain hal nya denganku. Aku hanya duduk, diam mengamati apa yang orang lain di sekitarku lakukan.
Seperti saat ini. Di sepanjang koridor sekolah, aku mengamati aktivitas siswa-siswi sekolah. Ada yang membaca buku, bergosip, bermain ponsel, dan ... berpegangan tangan?
Hal yang baru ku temukan di sekolah ini. Siswa dan siswi yang saling berpegangan tangan. Mungkin itu hal yang wajar bagi orang lain. Tapi tidak denganku. Entah mengapa tanpa sadar aku menggigit bibirku. Dengan cepat, aku melangkah meninggalkan dua orang itu.
***
Waktu istirahat sudah tiba. Aku tidak mengunjungi kantin karena aku tidak lapar. Lagipula aku membawa makanan dari rumah. Jadi aku memilih ke taman sekolah dan membawa kotak bekalku.
Aku menghirup udara taman ini. Disini banyak tumbuh pohon-pohon besar sehingga udaranya terasa sejuk. Aku memasang headset di telingaku dan mengubungkannya ke ponsel. Aku memutar lagu di ponselku dan mendengarkannya.
Lagi-lagi aku mengamati sekelilingku. Taman ini tidak begitu ramai. Para siswa lebih memilih mengunjungi kantin di jam istirahat seperti ini. Hanya ada beberapa orang yang memenuhi kursi di taman ini dan anehnya semua berpasangan. Maksudku, di satu kursi di tempati oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin.
Aku pernah mendengar kata pacaran yang keluar dari mulut teman-temanku saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Apa dua orang berbeda jenis kelamin yang duduk bersama itu dikatakan sebagai pacaran?
Huh, apa sebenarnya pacaran itu? Karena kata itu yang menjadi topik obrolan temanku saat SMP, aku tidak bergabung dengan mereka. Aku tidak tau arti kata itu. Dan aku malu untuk bertanya. Aku takut kalau arti dari kata itu akan mempermalukan diriku sendiri.
Aku mengamati keseluruhan siswa yang ada di taman ini. Begitupun dengan aktivitas yang mereka lakukan. Aku menggelengkan kepalaku, tidak mengerti.
Mereka saling berbicara, berpengangan tangan, saling bercanda, dan membaca buku yang sama.
Sayup aku mendengar suara pasangan yang duduk tidak jauh dari tempatku. Mereka saling bercanda dan diselingi dengan rayuan dari siswa lelaki yang membuat siswi perempuan tersipu.
Aku mengalihkan pandanganku pada sesuatu yang kupegang. Niat awalku mengunjungi taman ini adalah menulis diary baruku di SMA. Di setiap aku memasuki sekolah baru, aku memiliki diary baru untuk menuliskan apapun yang kualami. Itu saran dari Bunda agar aku memiliki sesuatu yang bisa kukenang saat aku dewasa nanti. Namun dengan melihat sekitarku, aku menjadi tau apa yang akan kutulis di buku diary baruku. Sesuatu yang berbeda dari diary-diary ku sebelumnya. Aku akan melakukan pengamatan tentang cinta dan aku akan menuliskannya dalam buku diary ini.
Aku membuka halaman pertama buku ini untuk menulis judul buku ini. Hari ini, aku akan menuliskan apa yang aku lihat hari ini.
Jantung, Hati, dan Cinta
By RismaBandung,17 Juli 2017
Cinta, apakah cinta itu? Akupun tak mengerti cinta itu seperti apa. Sepertinya banyak siswa disini yang mengerti akan cinta. Akan tetapi, aku malu untuk bertanya pada mereka.
Dari yang kulihat, mereka menyampaikan rasa cinta mereka dengan berpegangan tangan. Apakah cinta itu harus dengan berpegangan tangan? Ah, aku penasaran sekali dengan cinta. Bagaimana rasanya ya, kalau aku sedang jatuh cinta? Bagaimana rasanya jika tanganku di pegang siswa lelaki? Kurasa itu akan sedikit memalukan, karena aku tak punya pengalaman apapun soal cinta. Atau mungkin yang ada aku justru menarik tanganku lepas dan menampar siswa lelaki yang berani memegang tanganku. Memalukan, bukan?
Berdasarkan dari pencarianku di internet, cinta itu sesuatu yang murni, putih, tulus dan suci yang timbul tanpa adanya paksaan atau adanya sesuatu yang dibuat-buat, cinta itu dapat membuat orang itu dapat termotivasi untuk melakukan perubahan yang lebih baik atau mulia daripada sebelum ia mengenal cinta itu. Cinta itu sesuatu yang suci dan janganlah kita menodai cinta yang suci itu dengan keegoisan, kemunafikan kita yang hanya menginginkan enaknya buat diri sendiri.
Aku belum cukup mengerti dari definisi cinta yang kudapatkan dari internet. Katanya, cinta itu timbul tanpa adanya paksaan atau sesuatu yang dibuat-buat. Itu artinya, cinta tumbuh dengan sendirinya? Lalu bagaimana cinta itu bisa tumbuh? Tumbuhan liar saja tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Pasti ada sesuatu yang membuatnya tumbuh. Begitupun cinta. Cinta bisa tumbuh karena ada sesuatu yang mendorong cinta itu tumbuh. Itu berarti cinta tidak tumbuh dengan sendirinya? Ah, aku benar-benar bingung.
Kurasa cukup sekian diary yang kutulis. Memikirkan cinta membuatku benar-benar pusing. Aku akan mencari tau apa itu cinta nanti. Sebagai langkah awal, aku harus mulai terbuka dengan sekelilingku. Aku akan mencari teman yang bisa kutanyakan tentang hal ini.
Salam hangat,
Risma
***
Selesai menulis, kututup buku diaryku dan kusimpan. Aku membuka kotak bekalku dan memakannya sebelum jam istirahat menuntutku untuk kembali ke kelas. Ya, seperti yang kutuliskan tadi, aku akan mencari teman yang bisa membuatku mengerti apa itu cinta dan bagaimana rasanya.
Kringg.. Kringg.. Kringg..
Bel masuk sudah berbunyi, aku harus segera kembali ke kelas. Aku menutup kotak bekalku kemudian berjalan pergi dari taman ini. Aku berjalan sambil melamun. Sampai kurasa aku menabrak sesuatu yang membuatku terjungkal kebelakang sehingga kotak bekalku dan buku diaryku terjatuh ke semak semak. Oh tidak, buku diaryku.
Aku melihat kearah seseorang yang menabrakku tadi. Dia seorang lelaki, tampan, menurutku. Tapi dia terlihat nakal, karena pakaiannya yang dikeluarkan, tidak memakai dasi, warna sepatunya pun berwarna merah. Jelas itu melanggar peraturan sekolah.
Aku bangkit dari posisi dudukku, dan pergi mencari kotak bekal serta buku diaryku yang terjatuh di semak-semak tadi.
"Sorry, gue nggak sengaja," ujarnya. Aku tidak memedulikannya. Yang kupikirkan saat ini adalah aku harus menemukan diary ku. "Lo nyari apa? Biar gue bantu."
"Buku," jawabku singkat. Aku tidak meliriknya sama sekali. Fokusku hanya mencari buku diary ku.
"Buku yang sampulnya warna abu-abu?"
Aku menoleh padanya. "Bagaimana kamu bisa tau?"
Dia menunjukkan buku diaryku. Kemudian dia mengambil buku diaryku. "Umur lo berapa?"
Aku mengerutkan keningku. "16 tahun. Memangnya kenapa?"
Dia tersenyum mengejek padaku. "Gue kira lo anak SD yang salah seragam pake seragam SMA. Seharusnya lo ingat umur, udah SMA masih nulis diary? Kekanakan!" Dia melemparkan buku diary itu padaku secara kasar kemudian meninggalkanku.
Aku memungut buku diaryku dan menatapnya dengan sinis.
"Apa salahnya anak SMA nulis diary? Kalo aku nulis cerita porno padahal aku anak SMA itu baru salah,"
Aku berharap semoga aku tidak dipertemukan dengan lelaki itu lagi. Nakal, kasar, dan tidak tau mengatakan kata maaf. Iya kan dia tidak mengucapkan maaf padaku? Apa itu sorry? Aku cuma mau kata minta maaf, bukan sorry.
***
Halo sianida's big fams, stay tuned terus yaa, jangan lupa vote dan comment nya. Vomment kalian sangat berguna buat kita😘😘
Salam Sianida Peracun Hatimu😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung, Hati Dan Cinta
Teen FictionJantung itu berdetak, Hati itu merasakan, Bintang itu sebuah perasaan yang tersimpan dihati lalu terasa berdetak ke jantung. Risma seorang anak remaja SMA yang ingin sekali mengetahui apa makna arti dari kata cinta. Risma sangat suka membawa buku ha...