One Shoot; What?

42 9 0
                                    

By: gemm-styles

"It's my birthday?" Ucapnya begitu dia terbangun.

Dia langsung berlari mengecek kalendar di meja belajar, dan kembali berlari ke arahku.

"Daddy! Up!" Ia mengangkat kedua tangannya, dan aku menurutinya. Aku menggendong tubuh mungil Thalia, putri semata wayang ku.

"Happy Birthday sweetie!" Aku pun menciumi pipi chubbynya. Astaga betapa menggemaskan anakku ini.

"Thank you daddy." Dia tersenyum mengalungkan tangannya di leherku sambil memandangi wajah ku.

"Do you want to celebrate?"

"Celebrate?"

"Yeah?"

"How about Thames River? No more birthday cake, balloons or everything like that."

Aku mengernyitkan alisku bingung.

"Please daddy.." ia memasang puppy face.

Menghela nafas, "Okay, anything for you babe." Dengan begitu ia turun dari gendonganku dan berlari ke arah meja belajarnya. Seperti ingin menulis list kado mungkin?

***

"Ready?"

"Ready! Tapi aku ingin mommy ikut.."

Deg

"Uhmm, sayang, mommy--"

"Please dad, kita kesana."

Aku menelan ludahku sebelum menyalakan mesin mobil. Tuhan.. tolong kuatkan aku ketika bertemu dengannya nanti.

11:11 AM

Kita sampai di tempat ini. Tempat yang sangat sepi. Thalia berlari kearahnya.. memeluknya dengan erat. Aku membendung air mataku berusaha untuk tidak meneteskannya.

Aku berjongkok di hadapan putri kecilku ini, juga di hadapan-nya.

"Jadi ini alasanmu memakai baju hitam?" Tanyaku. Tapi ia mengabaikannya. Ku pandangi wajah tak berdosanya dengan teduh.

"Hi mommy. It's my birthday! Remember?"

Aku terus memperhatikannya bicara, meskipun yang diajak berbicara tidak menjawabnya.

"I'm turning 6! Aku sudah besar mommy!"

"Aku tahu mom sudah bahagia disana. Aku juga yakin mom tidak akan melupakan ku dan dad."

"Maafkan aku mommy karena jarang berkunjung, aku harus sekolah dan daddy juga sangat sibuk. Thalia minta maaf mom, Thalia belum menjadi anak baik seperti yang mommy harapkan. Tapi ini hari ulang tahun Thalia, aku berjanji akan menjadi anak mom&dad yang lebih baik dari sebelumnya. Sebenarnya Thalia kesini ingin menjemput mommy, mommy ikut ya? Thalia akan duduk di kursi penumpang belakang dan mommy di sebelah daddy? Ok?"

Siapa yang tahan jika seorang Thalia kecil mempunyai pikiran seperti itu? Hatiku begitu tersayat. Mataku panas dan tenggorokan ku tercekat. Aku meneteskan air mataku.

"Lets go dad!"

Tanpa di sadar, Thalia sudah berjalan mejauh dariku yang masih terpaku menatapi batu nisannya.

Barbara Palvin Styles
08.10.1993 - 06.02.2020

Aku mengecupnya sebentar dan berdiri berjalan menyusul Thalia yang hampir sampai ke mobil.

Menyalakan mesin, aku segera mengendarai mobil menuju Thames River sembari sesekali aku melihat putri kecilku yang duduk di bangku belakang. Tapi memang benarnya, aku merasa dia berada di sisiku. Imajinasiku berkata bahwa ia sedang tersenyum di sampingku. Dengan begitu aku juga ikut tersenyum.

Aku langsung memarkirkan mobilku di tepi sungai, dan turun disusul dengan Thalia.

"What are you looking for honey?" aku bertanya. "I'm looking for my mommy. Mom is in here. I miss mom.." suaranya begitu tercekat.

Tidak ada alasan untuk tidak menitihkan air mata sekarang. Semuanya gara-gara aku. Andai saja aku menuruti perkataannya, pasti dia masih ada bersama kami.

⚫flashback⚫

"Harry pelan-pelan."

"Babe, mama ku di rumah sakit, kapan kita sampainya jika kita pelan-pelan?"

"Tapi jika kita yang masuk rumah sakit nanti?"

"Sshhh, kau ini ada-ada saja."

"Tapi Har--"

"Sudah lebih baik kau---"

"HARRY! AWASSSS!!!"

BRUKK

⚫flashback off⚫

Sejak saat itu aku trauma berat. Aku melayangkan nyawa istri ku sendiri saat mengemudi. Aku bodoh.. sangat bodoh. Aku juga sempat mengalami stress selama 2 bulan, tapi--ah sudahlah. Aku tidak mau mengingat kejadian itu lagi.

"Kau tahu dad? Semalam mom datang di mimpiku. Dia bilang kita disuruh kesini.. mom sangat merindukan kita, aku pun. Bagaimana dengan dad?"

Aku berjongkok, memeluknya dari belakang. "Sangat. Benar-benar sangat." seolah-olah aku sedang memeluk Barbara sekarang, Thalia bak duplikat dari momnya. Itu yang membuatku terus mengingat kejadian itu.

"Ini bukan hari ulang tahunku saja, tapi juga hari ibu."

Yeah, i know.

"Kau sudah mengucapkan pada mommy di mimpimu?"

"Tentu." Thalia berbalik menatap mata ku dalam, begitu juga sebaliknya. "Aku ingin mom baru. Daddy boleh menikah."

"Ap-apa? Apa maksudmu? Tidak. Tidak akan." Kejutan apa lagi ini? Sebenarnya yang berulang tahun siapa?

"Kau punya banyak teman dad, seperti Taylor, Kendall, atau Sara. Mereka semua baik kepada ku. Aku hanya ingin membuat mommy senang, mom menitipkan pesan itu di dalam mimpi ku. Mom yang menyuruhnya dad.. apakah kau tak ingin mommy ku senang? Please..."

Tidak segampang itu Thalia, kau tidak tahu.

"Mommy bilang ia ingin kado daddy cepat menikah, jika tidak, aku tidak memberi mom hadiah di hari ibunya bukan?" Oh Thalia sayang, berhentilah menangis.

Hatiku ingin saja jatuh ke lutut. Hatiku berair, dan keluar dari mata ku. Mengapa pula Barbara meminta hal seperti itu? Mengapa sayang?

Thalia mengambil sesuatu dari tas kecilnya dan memberikannya padaku. Ternyata itu perahu kertas yang penuh dengan tulisan yang tidak ku ketahui apa maksud tulisan itu.

"Ini perahu yang penuh dengan doa ku untuk mommy. Aku membuatnya tadi. Sekarang, bisakah daddy menaruhnya di sungai? Perahu itu akan sampai di surga dan mommy akan membacanya!"

Mengangguk, aku menurutinya. Menaruh perahu kertas di atas permukaan air. Dan membiarkannya jalan di tuntun arus sungai yang santai.

Terimakasih Barbara, kau telah memberiku Thalia kecil. Aku mencintaimu.

"Bye mommy! I love you!" Thalia melambaikan tangannya kepada perahu kertas yang perlahan menjauh itu.

Happy mother's day. I love you forever and always x

One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang