Kalian tau ga sih kalau orang itu bisa berubah sedemikian rupa sampai kalian semua pangling? Gak hanya tampilannya, tapi juga kepribadiannya.
---------------------------------
Waktu jaman sekolah aku bisa dibilang cewek kuper, gak pernah ini gak pernah itu. Kerjaannya cuma bangun tidur, mandi, sarapan aja skip soalnya mual, sekolah, balik sekolah, mandi, makan, belajar, dan ulangi lagi. Bosen ya? BANGET. Apalagi pas masa masa remaja, masanya apa? Cinta monyet dong, aku cinta, si doi monyet. Gak, gak, aku masih ngerasain cinta monyet kok. Thank God.
Kenapa sih bisa bosenin gitu? Gini ceritanya guys. I have a father, lets say he is one of a kind. Bapakku ini over-protective sama anak perempuannya ini, iya aku. Kebayang dong kaya apa sampai masa sekolahku bosenin gitu? Tapi bukannya aku jadi gak punya temen.
Gini gini, masalah gak punya temen itu masalah lain. It's not practically gak punya temen sih, cuma aku memang gak bisa mendekatkan diri sama orang. Ya, lagi lagi karena suatu kejadian yang menimpaku.Tapi kita fokus dulu ke masalah kuper. Oleh karena bapakku ini berlebihan, aku susah banget keluar rumah, SUSAH BANGET. Sampai naik angkutan umum aja dapet ijinnya susah banget.
Kalo aku inget-inget lagi cerita mama waktu aku kecil kayanya aneh deh kalo sekarang aku jadi kuper. Dulu diliatin orang aja ga malu pas joget, kok sekarang malah ngerasa minder banget buat temenan?
Intinya, masa anak-anak aku memang terlihat tidak semerdeka anak-anak lainnya. Selalu dipantau sama orangtua, ga boleh jatuh, ga boleh sakit, dan hal mengekang lainnya yang kalian semua pasti ruwet mikirinnya. Apalagi mengingat jaman anak-anak dimana kita seharusnya bebas, lepas, tau dunia luar, dan lain sebagainya.
Tapi semua hal itu ga jadi masalah buat aku sampai aku menginjak bangku SMP. Bohong kalo kamu ga mau keluar rumah, bohong kalo kamu ga merasa terkekang dengan selalu ga dibolehin main sama temen-temen kamu, bohong kalo kamu juga ga pengen ngerasain sama yang namanya pacaran. Begitu pun aku. Rasanya benci banget sama orangtua, terutama ayahku sendiri. Beliau yang paling berlebihan, dengan segala kemungkinan buruk yang ayahku kasih, dan sukses buat aku jadi ikut takut lalu menyerah untuk adu argumen hanya untuk bisa keluar main sama temen-temen. Selalu begitu, "sori yang ga bisa ikut, ga dibolehin", "sori ya ada acara keluarga." sampai aku harus bohong ke temen supaya ga malu karena dilarang terus.
Perubahan yang aku alami ini lebih kepada cara aku bergaul sama orang lain. Aku diberi kelebihan mudah beradaptasi, jadi seminim apa pun aku bergaul, aku masih bisa masuk ke kelompok mana pun yang ada di sekolah. Dari yang pinter banget, yang pendiem banget, yang hancur banget sampe dapet blacklist dari guru, sampai yang modis banget, aku bisa mendekatkan diri ke sana walaupun tidak termasuk dalam grup itu. Setidaknya aku bukan anak cupu, pendiem, terbuang, bukan, aku bukan anak-anak begitu.
Ada satu ketakutan yang bikin aku susah banget untuk maju, krisis kepercayaan. Hal ini berimbas ke dunia percintaan masa remaja aku. Krisis kepercayaan ini membuat aku seolah-olah sama sekali tidak tertarik sama yang namanya pacar-pacaran anak remaja. Padahal, aku suka banget sama cinta monyetku. Berbekal keluwesan bergaul yang diturunkan sang ayahku tercinta - ya aku tetap cinta ayahku, akhirnya aku bisa bicara sama gebetanku, bonusnya dia jadi temen deket aku malah. Mungkin satu tahun aku memendam rasa sama lelaki yang selalu ada di hadapan aku itu.
Sampai ada orang bocor yang akhirnya rasa suka aku ke dia tersampaikan langsung, membuat aku buru-buru memusnahkan rasa suka aku ke dia. Aku masih ingat tatapan sendunya waktu aku bilang kalau aku ga suka sama dia. Di situ tersirat kekecewaan, tapi aku ga mau kegedean rasa. Yakin dia ga suka sama aku, dan memutuskan untuk berkata tidak. Selang berapa waktu, kami tidak berkomunikasi, lalu mendapatkan kabar kalau ia sudah dengan yang lain, ditambah sebenarnya ia kecewa karena ia pun menyukaiku, akhirnya ia menyandang status kekasih tak sampai di hatiku.
Itu baru satu kekasih tak sampai, sebenarnya masih banyak kejadian serupa yang membuat aku gagal pacaran. Ditambah bumbu-bumbu kebodohan aku yang sulit menangkap sinyal romantik dari lelaki, membuat aku akhirnya mundur dan memberikan para kekasih tak sampaiku untuk orang lain. Sudah biasa, siapa suruh bodoh? Kalian juga jangan mengasihaniku, aku tau aku sebodoh itu.
Tapi ada yang membuat aku sangat terkesan dan bahagia di sela-sela kebodohanku. Ada satu orang yang mau sabar mencurhakan rasa sayangnya selama kurang lebih satu tahun untuk perempuan bodoh ini. Sebut saja namanya Jongin. Ya, Jongin ini teman yang aku kenal selama di SMP. Bahagianya lagi, kami memasuki SMA yang sama, perjalanan satu tahun membahagiakan itu terjadi dari akhir SMP sampai awal SMA. Aku menyukai Jongin, mungkin perasaan aku tumbuh lebih dulu dari perasaannya padaku. Seolah ia menyadari, dalam diam mencoba mendekatiku, mencoba memegang tanganku, sampai memberikanku semacam panggilan sayang yang aneh. Perlakuannya sungguh di luar pikiranku, waktu ia hanya menepuk lututku takut-takut aku tertidur di motornya saat melaju membuat hatiku lepas di tengah jalan.
Katakan saja aku norak, tidak apa-apa. Tapi perlakuan kecil seperti itu membuatku sangat senang, disamping ia masih menghargaiku sebagai perempuan yang jarang sekali bersentuhan dengan laki-laki - sungguh pun aku mau, paling tidak berpeganggan tangan? Perlakuannya padaku yang perlahan tapi pasti, sangat cukup membuat pipiku merah merona dan jantungku berdegup tidak karuan, tapi lain sisi masih belum cukup untuk membuat hatiku tergerak untuk paling tidak membalas perlakuan manisnya itu dengan hal serupa.
Apa sih yang aku mau? Incaranku sudah benar-benar memberikan lampu hijau bukan? Panggilan sayangnya itu menunjukkan bahwa ia juga tertarik padaku kan?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu saja yang berkutat dipikiranku. Bukannya melancarkan niat-niat atau hal-hal apa yang harus aku lakukan untuk menunjukkan rasa sukaku padanya. Akhir dari pikiran-pikiran yang tak kunjung selesai itu adalah aku yang hanya menerima perlakuannya dengan ragap, dan sulit. Jika aku pikir lagi, Jongin sangat sabar menungguku yang bodoh ini untuk sadar atau membalas rasa sukanya padaku. Jika aku jadi Jongin, mungkin tidak sampai setahun, aku akan cari perempuan lain. Ya, maafkan aku Jongin, kau kekasih tak sampai yang paling aku sesali.
Masih banyak perlakuan Jongin yang bisa membuat para perempuan jatuh hati, aku yakin seratus persen. Aku sudah sangat jatuh hati, tapi perasaan itu tidak bisa aku tunjukkan terang-terangan di depannya. Sungguh, bodoh kau Seulgi. Masih banyak penyesalan yang datang jika aku mengingat hari-hariku bersama Jongin dulu. Sungguh menyedihkan bila sekarang aku dan Jongin tidak bisa sedekat dulu, padahal kami tidak pernah berpacaran. Mungkin Jongin sudah lelah dan sakit hati oleh sikapku yang lurus-lurus saja di depannya.
-------------------------
I AM BACK FOR THIS BOOK!!
Sekian lama aku mencari ilham, berusaha mengemas buku ini supaya plot keep on track. Semoga update ini tidak mengecewakan deh ya. Aku kan bosen kalo harus anu-anuan terus :( otak aku makin kotor nanti heheheheheheheh.
Buat yang baca, makasih ya. Aku mau bikin cerita ini lebih serius dan beralur, ada ceritanya lah. Kalo bisa sih komen untuk yang kurang-kurangnya atau apa pun deh. Itung-itung bantuin aku supaya tulisan aku bisa lebih bagus gitu kan ya? hihi.
Iya ini cerita Seulgi sama Sehun kok tenang aja, buat yang liat nama Jongin di situ, itu hanya masa lalu Seulgi yang terlewatkan. Makanya dilewat, kalo ga dilewat nanti ga sama Sehun dong?
Maaf juga ya kalo ada penggunaan kata yang inkonsisten, kaya papa terus jadi bapak terus jadi ayah, I am actually forgot about how I write this book at the first place. MAAF SEKALI! Aku usahakan ketidakkonsistenan itu berakhir sampai bagian ini.
HAPPY READING!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Confession 1.0
FanfictionPikiranku banyak melayang jauh, sangat jauh. Gimana sih biar gak banyak mikir? Kadang tidur aja mimpi yang aneh-aneh. Kamu gak salah, tapi aku yang salah.