Seberkas Cinta Tulus

5.3K 101 10
                                    

Ketika kita berperilaku layaknya bunga matahari, yang selalu mendongak ke atas mengikuti arahnya sang raja siang itu.

Yang selalu mengagumi si mahaterang itu?

Yang terus melihat kepada sang pemberi energi?

Ketika kita mengagumi lelaki layaknya matahari, apakah ia matahari kita?

Apakah ia terang seterang matahari lukisan tuhan?

Apakah ia bisa memberi kita energi?

Kita terus mengikuti bayangnya. Merubah diri hanya untuknya. Meski kita sudah benar2 ditolaknya tanpa alasan.

Namun kita tetap menyongsong kehadirannya.

Ingin rasanya kuberkata padanya,

Kau kira enak selalu melihat namun tidak pernah dilihat?

Selalu menjaga namun tak pernah dijaga?

Selalu menengadahkan tangan sedang tak pernah didoakan? Selalu mencinta sedang tak pernah dicinta?

Kenyataannya jelas ia mencintai seseorang yang notabene bukanlah kita.

Sekejap, seuntai senyum akan pudar juga.

Setegak apapun, akan jatuh juga. Hanya sesak yang tersisa.

Bukan lagi remuk, tapi hancur. Bukan lagi luka, tapi terbunuh.

Setelah merasakan semua, mengapa kita masih kekeuh mengaguminya?

Karena cinta yang tulus bak kita mencintai matahari milik sang pencipta.

Cinta, energi tiada batas. Cinta yang selalu memberi senyum. Cinta yang mampu mengembalikan hati yang telah hancur.

Cinta menegakkan yang jatuh. Cinta memberikan napas untuk sang sesak.

Semuanya karena cinta.

Di kota sederhana Gresik

-A-

Kamu, dalam Puisiku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang