"Dif, aku mau ngomong sama kamu."
"Yha ini kamu ngomong kan, sayang."
"Aku serius,"
"Aku dua rius, hehe."
"Dif, dengerin aku." Kedua tangan Nazril mengenggam erat tangan Difa. Perasaannya menjadi tidak enak.
"Terimakasih buat semuanya."
Kalimat terakhir yang Difa dengar dari sosok lelaki yang membuatnya nyaman.
"Maksud lo apa, Zril?"
Sosok itu meninggalkannya sendirian. Membiarkan tangan yang tadinya hangat menjadi dingin. Menempatkan gadis itu dalam kesedihan.
"Dif!" Nisa melambaikan tangan dihadapan gadis yang kini tengah melamun itu.
"Eh apaa?" Lamunan Difa buyar.
"Kamu serius?"
"Apaan sih serias serius, males gilak dengerinnya."
"Udah lupain Nazril Nazrol ah"
"Yeee yang inget dia siapa coba iyuh,"
"Iya iya kan sekarang ada Abang Iqbal."
Mata Difa melotot, mungkin hampir jatuh. "Sssttt!!!" Telunjuknya berhasil menutup bibir Nisa yang tadinya cengengesan.
"Eh, Iqbal!"
"Iqbal aja teros," Difa membuang muka dan memfokuskan pandangan ke novel yang baru ia beli seminggu yang lalu.
"Itu beneran Iqbal,"
"Kamu jahat, Fan! Tega kamu!"
Nisa bergidik melihat sahabatnya yang kini memaki-maki novel di hadapannya.
"Itu Iqbal di depan pintu woi!" Nisa kembali meyakinkan Difa.
"Kamu juga brengsek, Zam! Kenapa kamu gak nyadar-nyadar sih kalo Kintan itu suka sama kamu!" Difa masih fokus memaki Novel di pegangannya seraya menutup mulut dengan mata berkaca-kaca.
"Sama brengseknya kayak Iqbal dong?"
Difa menolehkan pandangannya dengan cepat. Ia menaruh novelnya ke dalam saku tas. "Sorry ya, gak!"
Nisa terkekeh dengan jawaban sahabatnya.
"Btw, Iqbal ngapain ya depan pintu?"
"Nanya sama aku, kamu pikir aku siapa?"
"Calon istrinya kan? Hehe,"
Wajah Difa memerah,
"Mustahil!"
"Helehhh..." Nisa masih terkekeh senang menganggu gadis yang kini membenamkan wajah pada lipatan tangannya di atas meja.
Syiella masuk ke kelas dengan buku di tangannya, ia fokus kepada bacaannya sebelum
"Syiella!" Panggil seseorang dari luar.
"Iqbal suka sama kamu!" Hadi merangkul Iqbal yang wajahnya kian memerah dan tangannya mengepal hendak melayangkan tinjuan di pipi Hadi.
Seisi kelas heboh mendengar itu. Syiella masih tak bisa berkutik dari tempatnya berdiri.
"For the first time, bruh!" Galih menghampiri Iqbal dan menepuk pundaknya. Perempuan-perempuan yang mendengar itu juga mendadak heboh, ada yang memuji Syiella, ada juga yang tidak suka dengan apa yang mereka saksikan tadi.Syiella yang masih mematung di tempatnya tadi segera menyembunyikan semburat merah di wajahnya dan berlari menuju tempat duduk.
Siswa-siswi berbondong-bondong mendekati Iqbal, ada juga yang mendekati Syiella.
"Tembak! Tembak!" Sahut siswa siswi yang menyaksikan kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbatas Sajadah
Teen FictionKetika lisan tak mampu berteriak tentang perasaan hati kepadamu.. Sajadah lah tempat gadis itu berbisik dalam keheningan malam