Part 1

1.1K 124 38
                                    

I

ADRIAN melangkah cepat menyusuri koridor dengan kepala tertunduk. Berusaha menghindar secepat mungkin dari situasi yang amat sangat tidak menyenangkan, yang mungkin akan kembali menimpanya sebentar lagi. Kedua kaki kurusnya terus berjalan diantara keramaian koridor, berusaha membawa empunya berada sejauh mungkin dari kerumunan para siswa yang hanya menganggapnya sebagai angin lewat. Kedua tangannya yang sedang mengangkat tumpukan buku dengan ketebalan beberapa inci itu bergetar pelan, menandakan bahwa beban yang dibawanya terlalu berat. Ia semakin mempercepat langkahnya.

Adrian menghela napas lega saat matanya menangkap sebuah pintu besar dengan dua daun berwarna coklat dan plat besi bertuliskan "PERPUSTAKAAN" di atasnya, hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Ia kembali melangkah mendekati pintu perpustakaan yang tertutup rapat.

Dengan susah payah, Adrian meletakkan sikunya di gagang pintu, berusaha membuka pintu tanpa harus menjatuhkan buku yang tengah diangkatnya. Tiba-tiba saja pintu tersebut terbuka dari dalam, membuat Adrian yang setengah bersandar pada badan pintu, tersungkur kedepan. Buku-buku yang berada dalam genggaman nya jatuh berhamburan di lantai. Suara kekehan terdengar dari arah depan.

Adrian mengangkat pandangannya, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang telah membuatnya terjatuh seperti ini. Yang membuatnya tersadar bahwa benda yang selama ini membantu kerja matanya, terlepas dari wajahnya. Pria yang masih terduduk di lantai itu menunduk dengan tangannya yang bergerak kesegala arah, mencari benda penting yang sangat dibutuhkannya tersebut. Adrian kembali memasangkan kacamatanya yang ia temukan tergeletak di dekat kakinya.

"Dasar makhluk cacat".

Adrian kembali mengangkat pandangannya pada seseorang yang masih berdiri dengan angkuh di hadapannya. Rudolf McCain. Pria yang tadi menyebutnya sebagai makhluk cacat. Pria berambut pirang yang selama ini selalu mencari masalah dengan dirinya, baik secara fisik maupun mental. Tubuh Adrian bahkan sudah berkali-kali mengalami memar dan patah tulang akibat menjadi sasaran "ketidaksengajaan" bagi McCain dan gerombolan nya. Terdengar suara deheman dari arah belakang McCain. Mrs. Grissham, sang penjaga perpustakaan yang terkenal dengan sifatnya yang pemarah, menatap mereka berdua dengan tajam dari balik meja kerjanya. "Apa kau tidak berniat untuk membantu Mr. Callahan, Mr. McCain?" tanya Mrs. Grissham, suaranya yang tenang mengalun di tengah keheningan perpustakaan.

Rudolf McCain mendengus sebagai jawabannya. Ia beranjak pergi dari hadapan Adrian setelah dengan sengaja menendang kaki kanan Adrian, membuat pria berkacamata itu meringis pelan. Sesaat setelah kepergian McCain, Adrian perlahan bangun dari posisinya sembari menghela napas kesal. Tangannya memungut buku-buku yang tadi sempat terjatuh, dan kembali menyusunnya menjadi sebuah tumpukan. Ia mengalihkan pandangannya kearah wanita paruh baya yang baru saja menolongnya tadi. "Thank you, Mrs" ucap Adrian dengan senyum tulus yang tersungging di bibirnya. Mrs. Grissham tersenyum ramah pada Adrian sebagai balasannya.

※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※

Untuk yang kesekian kalinya, Adrian kembali memperbaiki posisi kacamatanya. Entah kenapa, tiba-tiba saja ia merasa gugup. Sedari tadi, jantungnya juga selalu berdebar dengan cara yang tidak normal. Pun dengan tubuhnya yang mulai mengeluarkan keringat dingin. Intuisi nya mengatakan bahwa sesuatu akan terjadi sebentar lagi. Dan ia tidak tahu, apakah sesuatu yang akan terjadi itu termasuk dalam kategori menyenangkan atau tidak.

"Tenanglah, Adrian. Semuanya akan baik-baik saja" Thomas, wolf yang tinggal berdampingan dengan jiwanya, mengirim mindlink padanya. Mencoba menenangkan kegelisahan yang menyelimuti sang pemilik. Adrian menghela napas, "Okay" balasnya. Ia melanjutkan langkahnya yang bersisian dengan saudara perempuannya menuju cafetaria universitas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Alpha Female Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang