"Aku mau teh."
Sudut alis Jimin berkedut mendengar penuturan polos kekasihnya beberapa detik lalu. Jari-jarinya terangkat untuk menyentil kening kekasihnya main-main.
Mereka berdua sedang bergelung di ranjang dengan sebelah lengan Jimin sebagai sandaran kekasihnya. Selimut menggantung di kaki mereka, teronggok menyedihkan begitu sang kekasih menendangnya karena sebal, pendingin ruangan menyala dengan suhu cukup rendah yang membuat Jimin betah mendekap kekasihnya erat-erat.
"Dua puluh menit yang lalu kau baru saja menyeduh tehmu, Taehyung." Seru Jimin tak suka. Menunjuk cangkir kosong bekas teh yang masih berada di atas meja.
Kekasihnya merengut. Pemuda bernama Taehyung itu menggerung manis sambil merebut jari-jari kekasihnya yang mungil untuk dimainkannya--mencoba merayu, sebenarnya.
"Mau teh teh teh!" Rajuknya manis. Bibir Taehyung terlipat tipis dan kedua matanya berkedip layu.
Jimin berdecak. Pemuda pertengahan dua puluh itu mengangkat jemarinya yang dimainkan kekasihnya untuk mengusap lembut pipi Taehyung. Ia bahkan bisa merasakan lengket akibat bekas teh yang baru dikonsumsi oleh kekasihnya tadi. Bagaimana mungkin pemuda manis ini meminta teh lagi dalam kurun waktu yang begitu singkat?
"Still no. Bagaimana dengan tidur?" Jimin melirik jam weker di atas nakas yang menunjukkan pukul sebelas malam. Jam tua itu yang bahkan Jimin tak yakin akan keakuratannya mengingat jam itu sudah berbelas-belas tahun digunakan Taehyung, Jimin pernah menawarkan membeli jam digital yang lebih canggih dan akurat tetapi kekasihnya yang keras kepala ini kukuh mempertahankan jam tuanya dengan dalih; 'Ini pemberian nenek, Jim. Aku tidak mau mengecewakan beliau.'
"Aku tidak bisa tidur sebelum menyeduh tehku!" Pekik Taehyung separuh berteriak. Bibirnya semakin maju dan ia menepis jari-jari Jimin yang hendak meraih wajahnya untuk satu kecupan sayang.
Taehyung sedang dalam mood tidak baik untuk dirayu, omong-omong.
"Dengar," Jimin membenarkan letak tubuh kekasihnya yang menjauh sebal dengan satu sentakan lembut dan pelototan main-main. "Berapa cangkir tehmu hari ini?"
Taehyung memutar bola mata. Paham betul kekasihnya akan mulai berceramah panjang tentang buruknya mengkonsumsi makanan atau minuman manis secara berlebihan.
"Minimal kau akan menghabiskan empat cangkir, benar? Aku menghitung cangkir bekas yang belum dicuci di wastafel." Jimin mengangkat sebelah alisnya. "Berapa banyak komposisi maksimal kalori yang bisa dikonsumsi manusia, Kim Taehyung?"
Taehyung merajuk. Ia menggeleng manis dan menatap kedua mata kekasihnya dengan mata membulat manis yang menggemaskan. "Jiminnie, jebaaal?"
Oh, tidak. Jimin reflek menggeleng, merapal dalam hati untuk bertahan dan mengutuk godaan di hadapannya yang membuat ia segera memalingkan wajah sejenak. Ini bahaya, Kim Taehyung dengan puppy eyesnya adalah kelemahan Park Jimin. Mutlak. Absolut. Dan selalu mampu membuatnya bertekuk lutut lalu mengiyakan apa saja yang kekasihnya inginkan.
"Jim, lihat aku~"
Jimin tersedak saat Taehyung mulai bermain nakal dengan jarinya yang mengusap lehernya dan terus turun hingga tulang selangkanya. Membuat piyama miliknya sedikit melorot karena tangan nakal Taehyung.
"Shit," Jimin menangkap Jemari Taehyung untuk diremasnya. Menahan tangan nakal itu sebelum nafsunya semakin meletup. "Baby, Sayang, kita tentu tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu jika jarimu yang nakal ini tidak berhenti, benar?"
Kedua pipi Taehyung memerah. Ia menunduk malu dan mencubit pinggang kekasihnya main-main.
"Dan kembali pada persoalan gula." Jimin berdehem. Sejujurnya hanya ingin meredam nafsunya yang sempat meletup frustasi. "Empat gram gula per sendok teh yang berarti enam belas kalori. Kau minimal akan memasukkan dua sendok teh yang berarti tiga puluh dua kalori tiap cangkir teh yang kau konsumsi. Komposisi aman untuk pria adalah seratus lima puluh kalori per hari dan kita tidak perlu menyebutkan berapa kalori makanan manis lain yang kau konsumsi tiap hari 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweeter than Sweet 》pjm+kth
Fanfic[Third story; Chat(s).] Jimin ingin sekali menghubungi Taehyung via skype ataupun videocall, tetapi sepertinya itu bukan ide yang baik karena ia yakin seratus persen akan memesan tiket pulang ke Seoul saat itu juga jika ia melakukannya. •••••••• ...