0.6 / Curhatan yang tertunda

9 5 3
                                    

•••

"AYO! Cepet cerita!" kata Olla antusias. Melody yang baru saja duduk di sebuah bangku milik kafe dekat sekolah itu mendengus kesal.

"Ish, bawel. Sabar!" Olla memanyunkan bibirnya dan memilih untuk mengambil ikat rambut nya di dalam tas.

Setelah mengikatnya dengan rapi, Olla mengambil benda pipih miliknya di seragam. Melody terus-menerus hanya melihat yang dilakukan Olla.

"Terus aja terus, yaudah gue pulang aja kalo gitu."

"Lah, lo kenapa?" dengan lugunya Olla bertanya sebelum sempat mengetik beberapa kata untuk pesannya, lalu setelah itu ia mengirim dan mengkunci hpnya.

"Lo malah yang kenapa, La. Gue malah dicuekin. Lo malah asik main hp, anjir." Melody melipat tangannya di dada sambil menatap perempuan di depannya yang kini sedang menatapnya juga.

Olla mengernyit lalu tertawa renyah sehingga membuat Melody menjadi tambah kesal. "Dasar gila! Gue malah diketawain."

Olla kembali dari tertawanya itu lalu bangun dengan membungkuk sedikit untuk mencubit pipi Melody dengan gemas. "Sakit, pea." Melody meringis lalu mengusap-usap pipinya yang sudah merah akibat cubitan dari Olla.

"Lah, lo yang pea. Pasti..., lo kaya begini ... lagi kesel sama seseorang. Iya kan? ... Terus lo malah ngelampiasinnya ke gue. Nah, sekarang siapa yang anjir, gila, sama pea?"

Melody melengos menatap kaca kafe disampingnya. Yang dikatakan Olla seratus persen benar. Sehingga membuat Melody enggan menatap Olla yang sudah tahu betul sifat sahabatnya.

"Dasar tukang baper!"

"Gue nggak baper, ya." kata Melody tak mau kalah. Olla tertawa lagi sampai matanya sipit dan pipinya mengembang ke atas.

Melody semakin mengerucutkan bibirnya, kesal. Lalu ia menghela napas kasar untuk menetralisir kesabarannya kepada perempuan yang telah menjadi sahabatnya sejak SMP ini di depannya.

"Yaudah, gini aja dah ... Sekarang gue mau cerita, nih. Tapi lo harus dengerin gue. Nanti kalo udah selesai, lo harus kasih komentar, saran, atau apa kek. Pokoknya harus!"

Olla tersenyum penuh arti dan berkata, "iya, Melody Avelina tukang baper." lalu Olla tertawa lagi, sampai beberapa pengunjung melihat mereka berdua dengan tatapan heran.

Untungnya siang ini, pengunjung kafe ini tidak terlalu ramai. Karena bisa-bisa kalau ramai, Melody dan Olla akan dihakimi karena membuat keberisikan. Tapi, lebih tepatnya mengarah ke Olla.

"Ish, jadi ... Mau dengerin nggak, sih?"

"Iya mau lah, sayang."

"Najisun."

Bersamaan dengan selesainya Melody berujar, benda pipih di saku seragamnya tiba-tiba bergetar menandakan ada pesan. Lalu tertera nama di layar hp Melody yang menyala.

The most wanted Bunda Yuli💘

Tanpa basi-basi, Melody langsung meng lock hpnya dan bergegas pergi untuk pulang. "Astaga, si Yuli sms gue, nih. Gue lupa, anjir. Kan harusnya pulang cepet. Pasti nyanyi deh, nih, si Yuli. Duluan ya, La. Bye!"

Olla ditinggal begitu saja, dengan keadaan yang menganga menatap kepergian sahabatnya itu sampai hilang dengan mobilnya- lebih tepatnya mobil Bundanya.

"Sampis."

•••

GERALD mengesampingkan tas abu-abu miliknya ke bahu sebelah kiri. Jam pulang sekolah sudah tiga puluh menit berlalu. Tetapi, Gerald masih enggan bangun dari posisinya.

Love And StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang