Audrey Pov
"Saya tak bisa meninggalkanmu, Audrey" ucapan Bryan seolah-olah membekukan ku yang sekarang ada digendongannya.
"And don't leave me, Mr.Brian" batinku
Setelah sampai disamping mobilnya, Bryan membuka pintu lalu mendudukkanku secara perlahan. Sungguh gentleman. Lalu ia berjalan menuju kursi pengemudi dan mengemudikan mobilnya.
Aku mengarahkan dirinya agar tak salah jalan menuju kost ku. Dapat kulihat ia menoleh kanan kiri seolah-olah menghapal jalan yang kami lewati sekarang ini. Benar saja, tak sampai 3menit mobil audi hitam ini sudah berhenti di depan gang kost ku berada. Gangnya sempit sehingga tak mungkin mobil bisa memasukinya.
Saat aku bersiap-siap mau turun dari mobilnya, kusempatkan diriku untuk menoleh kearahnya.
"Terimakasih Pak Bryan." Ucapku lalu mencoba membuka mobil itu. Tetapi tak bisa.
Aku mencari bagaimana cara membuka kunci mobil ini. Aku terus mencari, meraba-raba setiap sisi pintu agar mencari tombol atau apapun untuk membuka kuncinya.
"Apa yang kau lakukan?" Suara berat lelaki membuatku menghentikan pencarianku dan menoleh kearahnya.
"Ini pak. Pintunya gabisa dibuka. Saya nyari tombolnya siapa tau ada." ucapku llu kembali mencari disetiap sisi pintu
Tanpa ku duga, Bosku itu tertawa. Membuatku menoleh kearahnya lagi. Kalian mau tau apa yang kulihat? Pria tampan tertawa bak malaikat. Astaga lelaki itu sungguh sempurna. Pasti sangat beruntung perempuan yang memilikinya.
"Kau tak pernah naik mobil mahal, Miss Candine?" aku menggelengkan kepalaku menjawab pertanyaan Bryan.
Cklek
Suara itu membuatku menghentakkan tubuhku karena terkejut. Refleks aku membuka knop pintu dan boom! Itu berhasil terbuka. Akhirnya aku bisa bebas dari pria ini, bukan. Bukan aku. Tapi jantungku.
"Aku memesan mobil ini agar hanya aku saja yg bisa mengunci ataupun membuka kuncinya." Ujar Bryan dengan tersenyum
Aku?
Aku hanya menganggukkan kepalaku dan tersenyum kearahnya.
"Baiklah pak. Terimakasih atas tumpangannya. Good night, Mr Christoper." Ucapku lalu aku keluar dari mobil itu.
Setelah mobil itu melaju dengan cepatnya, akupun berjalan dengan pincang menuju kostku. Sungguh hari yang melelahkan bagiku.
-----
Sekarang pukul 08.30 dan aku sudah berjalan kaki menuju kantorku. Syukurlah kakiku tidak sesakit kemarin. Beruntung aku mempunyai ibu kost yang sudah menganggapku seperti anaknya.Akupun sampai di gedung pencakar langit itu pada pukul 8.50. Aku tidak telat, pikirku.
Seperti biasa, seluruh pegawai menatapku sinis. Sungguh sampai saat ini aku tak tau kenapa diriku ditatap sesinis itu oleh mereka. Apa aku salah menjadi sekertaris? Sungguh walaupun jurusanku mendukung pekerjaanku sekarang, aku hanya mengharapkan bekerja sebagai staf biasa. Bukan sekertaris seperti sekarang. Aneh bukan? Ya. Itulah aku.
Akupun mengarahkan langkah kakiku menuju lift. Dapat kulihat Eca berdiri disana sedang menunggu lift terbuka.
"Hai Miss Marhesa" sapaku dengan ramah dan sopan.
"Hai Miss Candine." Setelah membalas ucapanku, ia melihat ke arah flat shoesku.
"Kau memakai flat shoes? Sungguh?" Tanyanya dengan dahi mengkerut
"Ya. Kakiku terkilir." jelasku
"Oh my goodness. Apa yang terjadi, Audrey?" Terpancar raut wajah khawatir di wajah cantik Eca.
"Kurasa high heels tak cocok dengan ku" aku terkekeh dan Eca pun melakukan hal yang sama.
Setelah itu kami berbincang mengenai pekerjaan. Bahkan sampai ia berhenti di lantai 20 baru kami berdua menghentikan pembicaraan kami. Sungguh, Eca sangat baik. Membuatku ingin memiliki saudara. Tapi apa daya, aku hidup sendiri dari kecil.
Aku menghela nafasku ketika membayangkan setiap perjuangan hidup yang kulalui dengan sendirian.
Ting!
Suara dentingan lift membuatku tersadar dan langsung melangkahkan kakiku kearah meja.
Baru saja aku meletakkan tasku dikursi, telefon yang berada di atas mejaku berdering. Dengan cepat, aku mengangkat telefon itu.
"Halo, Miss Candine here" ucapku ramah
"Keruanganku sekarang" suara itu. Aku mengenalinya. Itu suara Bryan, bosku.
"Baik pak" akupun langsung menutup telfon dan bergegas setengah berlari kearah pintu. Rasa sakit dikakiku kulupakan sejenak.
Tok tok tok
Setelah mendengar perintah dari bosku didalam yang menyurhhku masuk, akupun membuka knop pintu dan masuk secara perlahan.
Saat aku baru saja menutuo pintu. Kulihat Bryan berjalan cepat kearahku. Aku benar-benar takut. Jantungku berdegup kencang sekali. Apa aku melakukan kesalahan?
"Pak. Apa a--" ucapanku terpotong ketika sebuah bibir mendarat dibibirku.
Ia menciumku
Lagi!
Bosku menciumku! Lagi!
Tak selang berapa lama, ia memutuskan ciuman kami. Lalu mendekatkan dahiku kearah dahinya. Lalu ia berbisik.
"Audrey. Apa yang telah kau lakukan padaku?" Ucapnya dengan nada frustasi
Aku?
Melakukan apa?
Ia menatapku dengan tatapan yang tabisa ku mengerti maksudnya. Namun satu kalimat yang keluar dari bibir indahnya membuatku menahan nafas
"I want you, Miss Candine."
Lalu ia menciumku lagi, seakan-akan aku merupakan hal paling ia butuhkan sekarang ini.
Bryan?
Menginginkanku?
Bagaimana bisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hottest Secretary
RomanceAudrey Candine merupakan wanita cantik namun yatim piatu. Ia sudah hidup sendiri sejak umur 12 tahun. Selama belasan tahun ia menempuh semua perjalanan hidupnya sampai ia wisuda. Entah mujizat darimana, Audrey diterima kerja di salah satu perusahaa...