Flashback #2

12.4K 503 0
                                    

Seorang Ara tumbuh tanpa ada kasih sayang dari kedua orang tuanya. Hingga sekarang ia menginjak umur 15 tahunpun Ara masih dihujani dengan makian keluarganya. Setiap harinya selalu ada kata kasar yang keluar dari mulut anggota keluarganya itu. Entah itu dari Joni-ayahnya, Elly, Leo, ataupun Tere. Semuanya selalu memaki Ara jika ada kesempatan.

Seperti saat ini. Dimana Elly sudah pulang dari sekolah anak-anaknya, termasuk Ara untuk mengambil raport kenaikan kelas. Elly juga mengambil surat pernyataan kelulusan Ara, mengingat ia sudah menyelsaikan ujian nasionalnya beberapa minggu yang lalu.

Tebak. Jika waktu Ara sekolah dasar, ia akan terus mendapat ranking pertama. Kali ini Ara mendapatkan nilai rendah. Bahkan sangat rendah. Hal inilah yang menyebabkan seluruh anggota keluarganya berkumpul di ruang tamu. Tentu untuk memberikan Ara cacian. Ara sudah selalu siap akan semua cacian mereka.

"Kamu memang bikin malu aja ya!" bentak Joni

"Kamu mau jadi apa nanti kalau begini nilai kamu? Mau jadi gelandangan? Ha!" Elly tak mau kalah membentak Ara.

"Jadi cewek kok bego banget sih. Lo bikin malu keluarga tau ga!" kali ini yang bersuara adalah Leo, kakak pertamanya. Leo sekarang menginjak kelas 2 SMA di sekolah favorit kedua dikota Jakarta.

"Nyesel gue punya adek kaya lo!" itu merupakan perkataan yang selalu dilontarkan oleh Tere, kakak keduanya yang sekarang menginjak kelas 1 SMA di sekolah favorit pertama dikota Jakarta.

Ara hanya diam mendengar semua perkataan, cacian, makian setiap anggota keluarganya. Ia tidak melawan. Bahkan Ara yakin, kalaupun ia melawan itu bukan menyelesaikan masalah. Tetapi itu akan menimbulkan masalah baru dan cacian baru dari mulut anggota keluarganya.

Setelah semua anggota keluarga Ara selesai memakinya. Yang selalu dilakukan oleh keempat manusia itu adalah meninggalkan Ara sendirian di ruang tamu. Selalu seperti itu.

Ara menghela nafasnya. Sungguh ia sudah kebal akan semua cacian mama papanya. Bahkan ia sudah sangat lelah menangis tiap malamnya dikamar. Bagaimanapun ia adalah seorang perempuan. Memiliki hati lembut dan sangat mudah tersakiti. Ara tak memungkiri sesakit apa hatinya setiap kali mendengar setiap cacian yang keluar dari mulut keluarganya itu. sangat sakit. Ingin rasanya Ara keluar dari rumah. Tetapi menurutnya, ini belum saatnya. Ia belum mendapatkan jawaban, mengapa semua anggota keluarganya begitu membencinya?

Apa Ara melakukan kesalahan saat ia kecil dulu?

Atau Ara sudah membunuh orang pada saat ia berumur 5 tahun?

Karena sungguh mustahil melihat setiap amarah yang terpancar disetiap mata orang tua dan kedua kakaknya jika taka da alasan dibalik amarah mereka.

Tidak mungkin karena nilai rendah. Karena Tere tidak sepintar Ara. Bahkan Tere berada dibawah Ara. Namun kedua orang tuanya tetap memberikan kasih sayang kepada Tere.

Tidak mungkin juga karena nakalnya Ara. Karena Leo merupakan anak paling badung di sekolahnya. Bahkan beberapa kali ia membawa surat panggilan orang tua. Tapi orang tuanya hanya sekedar menasihatinya, dengan lembut.

Tapi Ara? Ia melakukan kesalahan sekecil apapun pasti dianggap besar oleh keluarganya. Sungguh tidak adil bukan? Ketidak adilan itulah yang selalu dirasakan Ara. Setiap harinya selama 15 tahun.

"Ara." Panggilan seseorang membuyarkan lamunan Ara. Ia memutarkan badannya dan ia melihat Jonilah yang memanggilnya.

Ara hanya diam menatap Joni. Karena ayahnya selalu mengatakan, jika tidak didepan keluarga besar maka aku tak boleh berbicara sepatah kata apapun dihadapannya. Miris? Memang.

Letter From Ara [Tersedia Di Play Store]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang