Dengan memantapkan hati, Wina akhirnya memutuskan untuk pergi. Pergi ke tempat yg belum pernah ia jamah sebelumnya. Ia pun sempat kebingungan arah, dan hampir menghubungi Faris yg justru harus ia hindari untuk saat ini. Tapi karena ketulusan niatnya -ingin mendapat jawaban atas kegelisahan hati-, ia pun sampai ke tempat tujuan tepat waktu walau harus naik turun kendaraan yg berbeda berkali-kali.
Wina duduk di barisan pertama khusus wanita hingga membuatnya bisa melihat secara langsung ustad yg banyak diperbincangkan para muda mudi masa kini. Ustadnya terlihat sederhana. Beliau tdk berpakaian bak da'i kondang di tv-tv, juga tak memakai sorban atau peci. Wajahnya juga standar. Tidak cukup tampan untuk membuat para remaja wanita berbondong-bondong berdatangan ke masjid untuk mengikuti kajiannya. Tapi entahlah. Saat itu Wina hanya mengikuti saran dari Sarina.
***
2 jam yg lalu, Wina tampak gelisah. Sedari tadi ia mondar mandir tak tentu arah. "Aku tdk menaruh rasa padanya. Sungguh. Tapi.. aku merasa ada yg salah dengan 3 hari ini."
"Memangnya apa yg terjadi?" Tanya Sarina selidik.
"3 hari lalu kami mendaki gunung bersama untuk shooting vlog. Di perjalanan, Faris banyak sekali membantuku."
Sarina semakin bingung. "Lalu masalahnya di mana? Bukannya kalian memang selalu bersama dan saling membantu?"
"Iya, memang. Tapi ada yg berbeda. Setelah shooting selesai, aku tak merasakan kesenangan seperti biasanya." Wina semakin murung. Ini adalah kali pertama ia merasakan sesuatu yg salah ketika membuat video pendek bersama Faris sejak 2 thn keanggotaan mereka di komunitas film&teater. Sejak itu pula, mereka terus bersama untuk menciptakan konten2 video yg inspiratif. Namun, konten video yg mereka buat terakhir kali -yg Wina sodorkan pada Voke tempo hari-, yg Wina kira adalah video terbaik yg pernah mereka buat, malah tidak membuatnya puas ketika merampungkannya. Video tentang celakanya orang yg memberikan cinta ke makhluk bukan karena Tuhannya. Tentang orang yg memiliki kecintaan di atas kecintaan untuk Tuhan dan Rasul-Nya.
"Kurasa.. kamu sedang sakit, Win." Ujar Sarina memutus keheningan.
"Sakit?"
"Iya, sakit. Dan selayaknya orang sakit, kamu perlu mencari obatnya. Dan alhamdulillahnya aku tau obat untuk kamu."
"Apa?"
***
Wina terduduk memerhatikan kajian yg diberikan ustad tersebut. Keheranannya saat pertama kali melihat perawakan sang ustad pun terjawab sudah. Kini ia faham. Mengapa para remaja lebih memilih membanjiri masjid daripada tempat hiburan yg hanya berjarak kurang dari 100 meter. Mengapa para remaja justru rela duduk beralas koran hanya untuk mendengar kajiannya sampai ke halaman masjid. Jawabannya satu. Karena ustad tersebut memiliki obat yg mungkin mereka cari-cari untuk penyakit yg mereka derita. Suaranya lembut. Tidak menggurui. Dan satu yang pasti, beliau ke-kini-an.
BATASAN HUBUNGAN PRIA-WANITA.
Kajian berdurasi 2 jam ini ampuh sudah menjadi pengobat kegelisahan Wina. Ternyata memang ada yg salah. Ada yg salah pada hubungan yg sudah 2 tahun terjalin. Memang bukan pacaran. Bukan pula hubungan tanpa status. Persahabatan. Selama 2 tahun mereka berlindung pada payung hubungan yg tak kentara ke-haramannya. Berharap bisa saling memiliki tanpa ada kata usai. Tapi toh ternyata, tetap saja sama. Hal-hal yg dilakukan muda-mudi dalam rajutan cinta, toh mereka lakukan juga. Makan bersama, menonton film bersama, dan bepergian bersama. Walau tak pernah terucap kata "aku menyukaimu", "aku mencintaimu", atau "aku menyayangimu". Tapi tetap dalam kedok yg sama. Sama-sama mengumbar senyum, tawa, dan kedekatan.
Padahal Allah jelas-jelas sudah menetapkan aturan yg membatasi hubungan pria dan wanita. Dan yg ternyata... secara tak sadar sudah mereka lewati batasannya selama 2 tahun bersahabat.
***"Assalamu'alaikum. Hallo, Sar... Kajiannya baru aja selesai. Kenapa?... Ngga tau nih, kayaknya naik travel. Tapi entah masih ada atau ngga... Iya insyaAllah, semoga ngga kemalaman sampai kosan... Ini aku lagi nunggu kendaraan... Ok wa'alaikumussalam."
Tepat setelah memutus panggilan dari Sarina, kembali ada panggilan masuk. Dari Faris.
"Hallo, Win. Lagi di mana?"
"Bandung."
"Ngapain?"
"Kajian."
"Sama siapa?"
"Sendiri."
"Hah? Sendiri? Terus nanti pulangnya gmn?" Dari nada bicaranya, Faris tampak khawatir.
"Travel."
"Lalu dari tempat kajian ke travel, naik apa?"
"Ojek."
Hening sejenak.
"Mau aku jemput?"
"Gausah." Sebetulnya, Wina sudah menyangka Faris akan menjemputnya. Seperti biasa. Tapi kata-kata ustad tadi, bahwa tidak boleh pria dan wanita berdua-duaan, maka jawaban itulah yg bisa Wina berikan. Mungkin Wina harus belajar melepas kaitannya pada Faris. Belajar untuk tidak bergantung lagi padanya. Dan belajar untuk membatasi hubungannya, sesuai yg Allah mau.
"Aaaaa....!!"
Teriakan Wina sontak mengagetkan Faris yg duduk di balik kemudi.#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#Dua
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
SpiritualMenceritakan tentang proses kehidupan 7 anak manusia yang mengejar cinta Tuhannya.