Dua : Masa SMA dimulai

32 7 4
                                    

Sukar rasanya untuk bangun dari tempat tidur, seakan ada magnet gravitasi yang begitu kuat dibawah kasur.
Jangankan bangun, membuka kedua mata saja sulit.

Rasanya baru 5 menit yang lalu mata terpejam, tapi kenapa
Teriknya mentari sampai menembus pori-pori kulit ?

Perlahan lahan kubuka kedua mataku, Ada seseorang yang sedang menarik gordyn dan datang mendekat
" dekkk bangun !! Udah siang "
Teriak bunda sambil menarik selimutku.

Ini hari pertamaku pakai baju putih abu-abu tapi malah telat.
Pukul 06.30 aku menuju sekolah dengan dibonceng kak furqan tentunya.

Setelah 1 minggu bakteri salmonella typhy bersemayam di tubuhku akhirnya aku bisa masuk ke sekolah lagi. Karena itu juga, aku jadi tidak mengikuti kegiatan mpls atau masa pengenalan lingkungan sekolah.

Kelas yang kupilih ips,
Jujur saja, ips lebih baik bagi diriku yang tidak pandai matematika.
SMA PPC salah satu sekolah swasta bergengsi di jakarta, bukan karena anak-anak nya yang pintar dan sering membawa nama baik sekolah, tapi karena anak-anaknya yang terkenal akan popularitas !

Apa aku bisa bergaul dengan mereka nantinya ? Pertanyaan itu hinggap terus di kepalaku
Ah ya, sudah sampai ternyata.

Pukul 06.45 aku sampai di sekolah
Rasanya aneh karena tidak ikut mpls, sedangkan teman-teman yang lain pasti sudah saling kenal.

Kak furqan mengantar sampai di ruang guru setelah itu aku di sambut oleh seorang wanita muda berhijab,
begitu melihatku ia langsung menebar senyum hangat seraya memperkenalkan diri,
bu Safa namanya.

saat pertama bertemu saja sudah terkesan ramah, semoga seterusnya begitu.  Beliau mengantarkan aku ke kelas 10 ips A.

Perasaanku jadi tidak enak saat mendengar kegaduhan dari dalam kelas, pertanyaan 'bisakah aku berteman baik dengan mereka?' belum juga hilang dari kepala.

" Pagi semua, assalamualaikum "
Salam bu safa mengubah kelas menjadi lebih tenang

" pagi bu "

" waalaikumsalam " sebagian dari mereka menjawab salam bu safa.

" apa kabar semua ?
di pagi yang cerah ini, kita kedatangan teman baru di kelas 10 ips A. Alhamdulillah setelah 1 minggu sakit, akhirnya bisa bersekolah kembali
Ayo masuk nak, perkenalan dulu "

Dengan sedikit gemetar aku masuk ke dalam kelas, setelah melihatku mereka semua bisik-bisik entah apa yang mereka bicarakan
Setelah memperkenalkan diri,
bu safa menyuruhku duduk di bangku baris ke 3.

Di dekat pintu ada bangku yang kosong juga, tapi karena aku tergolong baru di kelas ini,  Jadi bu safa menyuruhku duduk di tengah-tengah agar bisa bertanya dengan teman di samping,depan ataupun belakang.

Baris ke 3
posisi sentral tidak terlalu depan tidak terlalu belakang juga,

Entah siapa empu nya bangku ini
Sepertinya sih orangnya gak masuk soalnya aku duduk di bangku dia.
" kamu duduk disana sementara ya, mohon bantuannya ya teman teman, ibu harap kalian semua bisa berteman baik "

•••

Saat ini pukul 11.15 waktu yang sangat tidak efektif menurutku, untuk menerima pelajaran.

Aku memandang ke semua penjuru kelas, ya seperti dugaan ada yang sudah tertidur pulas dan menutupi wajahnya dengan buku, ada yang menatap ke papan tulis seakan mencerna pelajaran, tapi tatapan kosong itu gak bisa bohong,
Tentu saja pikirannya terbang entah kemana.

Dan aku sendiri malah menatap ke arah cowok di baris pojok paling depan itu. Dia melihat pak agus yang sedang mentransfer ilmu ekonomi nya ke kami semua, tapi sayang sebagian besar dari kami gak berhasil terima ilmu itu , lantaran waktu pak agus ngajar itu jam nya orang ngantuk.

Reihan, cowok pertama di SMA PPC yang sukses menyita perhatianku.
Wajahnya oke sih, tampilannya kayak cowo-cowo nakal khas anak sma gitu.
Tingginya sekitar 180an, sedangkan aku cuma 155cm.

Bukan, bukan karena tinggi badannya atau wajahnya atau bahkan tampilannya yang cuek itu
Tapi, karena bangku yang ku duduki ini punya nya dia.

Pada saat jam pelajaran pertama pelajaran bahasa indonesia, pukul 07.26 dia baru datang ke sekolah.

Baru pertama lihat dia udah langsung bisa ku simpulkan, dia itu tipe anak yang cuek dan tidak suka aturan.
tanpa basa basi ke bu wati,

guru matematika yang sedang mengajar pada jam itu malah langsung nyelonong pergi ke tempat duduk.
Ckck gak sopan banget pikirku saat itu.

Tiba-tiba dia berjalan ke arah deretan bangku yang kududuki
Eh ? Dia berhenti tepat di bangku aku. Perasaan ku mulai gak enak.
Sambil menatap curiga dia meletakkan kedua tangannya di atas meja

" Ngapain duduk disini ?"
Pertanyaan nya singkat dan padat tapi aku gak bisa jawab.

" Dia anak baru, duduk di tempat lo karena bu safa yang nyuruh "
Seorang cowok di belakangku angkat suara, seperti membela ku
" Mau anak baru kek, lama kek yang jelas ini tempat duduk gue.
Dan lo.."

Reihan mengarahkan jari telunjuk ke depan muka aku
" pindah sana ! Cari bangku laen "
Katanya datar, tapi menurutku menggelegar.

Aku terus menatap ke arah papan tulis dan berpura-pura mencatat seolah gak peduli dengank kata-kata nya barusan

" Reihan ! " teriak bu wati keras
Ia beranjak dari kursi guru

" kamu ini ! "
Bu wati yang sejak tadi memperhatikan kami pun beranjak dari meja guru
Kata-kata guru senior biasanya killer rasanya benar setelah melihat tangan bu wati yang sudah keriput menjewer telinga reihan.

" sudah datang terlambat, masuk kelas gak ucap salam,
Kamu anggap saya ini patung ? Tanpa ba bi bu be bo gak natap saya sama sekali, malah langsung cari tempat duduk "

" Ya, pagi bu "
Reihan menyodorkan tangan, seperti ingin salim

" Ya, pagi bu "Reihan menyodorkan tangan, seperti ingin salim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan cepat tangan reihan di tepis oleh bu wati.

Hening.

Semua makhluk di kelas menatap ke arah reihan, bu wati , dan aku.
" aw sakit bu " reihan meringis
" baju gak pernah rapih, di kelas kerjaannya tidur terus, mau sok jagoan lagi ! Kamu aja sana yang cari tempat duduk lain "

" kamu, tetap duduk disini ya "
Bu wati tersenyum datar lalu kembali lagi ke depan untuk melanjutkan proses pembelajaran matematika.

Dan reihan menatapku sekitar 5 detik kemudian pergi duduk di bangku paling depan pojok dekat pintu.

Aku tau, anak seperti reihan paling benci duduk di bangku depan.
tatapannya tadi seperti berbicara kalau dia gak suka dengan kedatanganku di kelas ini.

Sehangat MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang