ㅡJimin Pov'sㅡ
Aku terdiam dan melihatnya dengan tidak percaya
"Kau.." dia maju selangkah dan langkah ku mundur
"Kau ingat aku pernah membaca fikiran mu saat itu? Kau masih tidak mempercayainya?" aku menunduk, tangan ku mengepal keras
"Aku selalu tau apa yang kau lakukan, aku mengamati mu Jim, disaat kau berbicara pada langit malam, aku pun tau!" aku menatapnya penuh rasa kebingungan dan terkejut, aku kembali mengingat kejadian pada malam itu.
<<<
Aku terduduk dibalkon kamar ku sendirian, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku menatap langit dengan rasa penuh cemas
"Kenapa hari hari ku tidak bisa seindah langit malam yabg bertabur bintang?" Aku menghela napas dan menunduk. Aku menggeram di tempat.
"Kenapa aku harus merelakannya Tuhan?! Kenapa kau membuat ini jauh lebih sulit?! Kenapa aku harus menderita?! Kau tidak adil padaku Tuhan!" Aku mengutuk diriku sendiri karna memarahi Tuhan dan membentaknya.
"Aku bodoh! Lupakan itu Jimin! Kau lebih jauh dibawah laki laki itu! Sadarlah!" Aku tetap menatap langit tanpa suara, angin malam ini menusuk ke dalam kulit ku dan aku mengacuhkannya, aku tertekan.
<<<
"Kau kembali mengingatnya?" aku menggeleng dan menarik tangannya, aku terus membawanya sampai ketempat yang sepi dan sunyi, aku menghimpit tubuhnya.
"Apa yang kau mau?! Berhenti untuk mengoceh tentang perasaan ku! Kau tidak tau apapun tentang hati kecilku! Jadi berhentilah!" Dia membuang wajahnya dari hadapan ku, dia memang tidak pantas untuk mengetahui isi hati ku terlalu dalam.
"Dengar! Jika kau berani membuka mulut mu tebtang hal ini, aku tidak akan pernah berfikir panjang apa yang harus ku lakukan terhadap mu! Kau harus paham bagaimana sifat ku mulai sekarang atau kau celaka!" Aku berjalan menjauh dari sana hingga sampai ke rumah.
Sesaat setelah aku sampai, aku segera pergi ke kamar ku, amarah ku begitu memuncak. Aku memukul dinding kamar ku berkali kali, tidak peduli dengan rasa sakit dan seberapa banyak darah yang berceceran disana.
Aku berteriak penuh amarah, tanpa sengaja aku membanting sebuah figura dengan foto masa kecil ku dengannya.
"Jim? Kau baik baik saja?" Tanya bibi Yoon yang bekerja di rumahku, setelah dia berhasil masuk, tubuhnya segera memeluk ku.
"Ada apa ini?" Bibi ku ini sudah ku anggap ibu kandung ku, dia selalu menyayangi ku dan selalu bisa ku ajak bicara tentang apapun. Termasuk dia.
"Kau membanting figura ini? Ini sangat bergarga bagi mu Jimin! Bagaimana bisa kau membantingnya dengan mudah? Kau bertengkar?" Aku menggeleng pasti
"Yoonji noona mengetahui isi hati ku bi, apa yang harus ku lakukan?" Dia terkejut, tapi tangannya bergerak mengelus kepala ku
"Tenangkan diri mu Jim, dia tidak akan berani membuka mulutnya, percaya padaku" aku menggeleng ragu. Ancaman ku pasti hanya sebagai angin lalu baginya
"Aku harap begitu" aku tersenyum pada bibi Yoon dan membantunya membersihkan serpihan kaca yang berserakan
"Dia semakin cantik, bukan begitu?" Kaca itu tertancap di kulit ku dan mengeluarkan cairan merah pekat, bibi Yoon langsung meminta maaf dan dengan cepat mengambil kotak obat
"Bi, aku baik baik saja. Jangan khawatir" aku mencabut serpihan kaca itu dari tangan ku, aku menahan sakitnya dan bibi Yoon mulai mengobati tangan ku.
Luka yabg tidak seberapa besar ini memang sakit, tapi jika aku mengeluh pasti bibi Yoon khawatir,dan aku menghindari hal itu.
"Terimakasih" aku tersenyum, saat itu juga ponsel ku berdering
"Aku akan mengangkat panggilan ini dulu, maaf telah merepotkan mu" aku mengusap punggungnya dan keluar kamar ku
"Ya Kook? Ada apa?"
"Kau dimana?"
"Di rumah, kenapa?"
"Aku melihat Yoonji noona menangis, kau bisa kesini?"
"Apa?!" Aku terdiam di tempat, dia akan melakukan apa lagi sekarang?!
"Kau dimana? Kirim kan lokasi mu" kataku sambil setengah berlari menuruni anak tangga
"Aku segera kesana! Tunggu aku!" Aku berlarian ke garasi setelah mengambil kunci mobil, tidak butuh waktu lama untuk aku sampai di lokasi yang dikirim Jungkook. Aku memarkirkan audi ku, saat aku keluar Yoonji noona melihat ku dan tersenyum licik disana. Sial!
"Ada apa?" Tanya ku dengan tatapan yang tidak terlepas dari dirinya
"Apa kau bisa jelaskan apa yang kau maksud dengan 'ada apa'?" Aku terkejut, dia mengetahui semuanya?
"Kook aku bisa jelaskan.."
"Kau meninggalkannya sendiri di gang kecil, sepi dan sunyi seperti itu?! Dimana letak otak mu? Kau memang bodoh! Dia itu perempuan Jimin!" Aku bernafas lega saat tau bahwa Jungkook tidak mengetahui apapun, aku menajamkan mataku pada Yoonji noona, aku benar benar marah padanya.
"Minum ini, kau pasti sangat terkejut dan sangat sedih" Taehyung noona menyodorkan sebuah minuman pada Yoonji noona. Aku menatap Taehyung noona lurus
"Jimin kau baik baik saja?" Pertanyaan Taehyung noona berhasil menyadarkan ku dari lamunan, dia mengangkat tangan ku yang di perban
"Lain kali kau harus lebih berhati hati, ka selalu ceroboh" aku menarik tangan ku dan tersenyum
"Jangan menatap kekasih ku seperti itu Park Jimin! Kau bisa menyukainya"
Kami bertiga menoleh dan melihat Yoonji noona terbatuk, dia membuat ku hidup diambang kematian.
"Kau butuh minum lagi?" Tanya Taehyung noona sambil mengelus pundaknya
"Tidak, terimakasih" dia melihat ku dengan seringaiannya yang sungguh membuat ku muak.
"Maafkan teman ku ya Yoonji, aku harap dia tidak akan melakukan kesalahan yang sama" aku tersenyum miris mengingatnya. Aku hanya temannya.
"Juga, teman ku ini ceroboh! Lihat saja tangannya yang di perban, aku rasa dia habis memiliki pertunjukan yang berbahaya" aku tertawa geli mendengarnya, itu lucu.
"Iya benar! Jimin selalu memiliki permainan bahaya" aku tersenyum dan melirik Jungkook sekilas, sorot matanya terhadap Taehyung noona sangat intensif dan aku harus menyadari akan sesuatu.
Kau tidak akan bisa mendapatkan dan merusak hubungan seseorang demi kepentingan dirimu sendiri.
"Ku peringati kau kembali! Kau harus lebih berhati hati atau akan ku siksa dirimu!" Kata noona itu tersenyum sambil mencubit pipi ku. Dia noona ku! Ya! Dia cuma noona ku!. Aku ikut tenggelam dalam senyumnya.
"Baiklah Jim, aku dan Jungkook harus pergi, jaga Yoonji baik baik! Awas jika aku tau kau kembali meninggalkannya, kau akan berurusan dengan ku Tn. Park!" Jungkook dan Taehyung noona masuk ke audi hitam milik Jungkook dan meninggalkan ku berdua disini
"Ayo pulang!" Katanya bersemangat, aku mengepalkan tangan ku dan dia berani menarik ku
"Pulanglah sendiri! Jangan manja! Dan ku peringati! Jangan ganggu aku!" Aku berjalan mendahuluinya dan dengan cepat masuk ke audi ku dan memakai sitbelt, saat aku ingin menyalakan mesinnya, suara dentuman pintu tertutu menghampiri indera pendengaran ku.
Aku melihatnya sudah siap dengan sitbeltnya, apa dia fikir aku akan memberinya tumpangan setelah berhasil membuat diriku hampir mati? Aku memukul stir ku kencang sampai dia menoleh dan melihat ku terkejut, aku memanglingkan wajah ku dan mendekat ke arahnya
"Kau fikir perbuatan mu bisa ku maafkan? Kau tau aku mudah benci pada seseorang jika orang itu sudah membuat ku marah padanya?kau tentu bisa membaca fikiran ku kan? Jangan membuat ku marah! Sekarang pergi dari audi ku!" Aku menunggunya keluar, dia terlihat begitu pasrah dan kesal. Aku tidak peduli! Dia benar benar mengganggu ku.
"Aku lebih senang berurusan dengan Taehyung noona di banding aku harus memberinya tumpangan"
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Better Together | KV ✔
FanficIf you don't like! Don't read! Make it simple dude! [TAEHYUNG GS] 181228 #125 KookV 180521 #140 KookV