“Kata Kintan, lo nggak pernah mau berteman sama cewek, kok sama gue mau?” - Falya Larasati.
***
Laras menggeliat di balik selimut. Suara bel rumah berulang kali terdengar hingga tidurnya terganggu. Siapa gerangan datang pagi-pagi seperti ini? Sungguh tidak kenal waktu.
Dengan netra setengah terbuka dan rambut acak-acakan, Laras berjalan keluar kamar. Ia mengecek dari jendela terlebih dahulu sebelum membuka pintu masuk. Jika itu orang tidak dikenal, maka dengan senang hati Laras akan kembali ke ranjang guna melanjutkan tidurnya. Namun sayang, tamu itu sangat-sangat ia kenali.
Suara decitan pintu terdengar seiring tarikan. Laras seketika dihadapkan dengan cewek berbandana kuning. Ya, dia Kintan.
“Selamat pagi, Nona Laras!” sapa gadis itu dramatisir.
Ekspresi wajah Laras terlihat datar. “Selamat pagi juga, PMO!”
“Apa tuh?”
“Penghancur Mimpi Orang.”
Kintan tertawa. “Ya habisnya ada amanah,” jelasnya, lalu mengambil sesuatu dari dalam totebag yang tersampir di bahunya. Sekotak bekal beraroma lezat seketika menyapa indera Laras. “Nih, kue dari Mama.”
Emosi Laras mendadak terbang entah kemana. “Wah, makasih!” pekiknya semringah, tentu saja gadis itu senang mendapat camilan gratis. Mata yang semulanya menyipit lantas terbuka lebar-lebar. “Ya udah masuk dulu, yuk!”
Laras menepi, memberikan sedikit ruang supaya Kintan bisa berjalan masuk. Lalu, keduanya sama-sama duduk di ruang tamu. “Mama nyoba resep baru ya?” tanya Laras usai mengintip isi dari kotak bekal pemberian Kintan yang terasa asing di penglihatannya, tidak seperti kue sebelum-sebelumnya yang pernah sahabatnya itu berikan.
Kintan mengangguk samar. "Iya, Ras. Katanya mau berinovasi lebih."
Sudah terhitung satu tahun lamanya Laras dan Kintan bersahabat. Bahkan Rina—Mama Kintan—juga mengetahui bahwa Laras tinggal sendirian dan jauh dari orang tua. Rina menganggap Laras seperti anak kandungnya. Beliau juga sering memasak untuk Laras, sehingga gadis itu bisa merasakan bagaimana masakan rumahan buatan seorang Ibu.
“Hari ini lo sibuk nggak?” tanya Kintan.
Pikiran Laras seketika melayang, memikirkan apakah ia memiliki jadwal tertentu atau tidak. “Nggak, kenapa?” pekaunya diiringi gelengan.
Mata Kintan mendadak berbinar. “Temani gue ke salon, yuk!” ajak gadis itu antusias.
Bahu Laras mengendur. Ia paling malas jika diajak keluar di hari libur yang menyenangkan. Baginya lebih baik tidur atau bermain game di komputer daripada akhir pekannya habis hanya untuk berbaur dengan keramaian. Tahu sendirikan, salon itu sumpeknya minta ampun. “Males ah, Tan.”
Bibir Kintan tertekuk. “Ayolah, please!” rayunya dengan memasang puppy eyes. Jika sudah begitu, Laras tak mampu mengelak. Sahabatnya itu pasti akan ngambek tujuh hari tujuh malam kalau tidak dituruti.
Tidak mau ambil resiko, akhirnya Laras pun terpaksa manggut-manggut. “Ya udah. Cuma ke salon doang ya, nggak usah mampir-mampir.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[KASRA] Abimanyu ✔ [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilSUDAH TERBIT 🌻🌻🌻 [SELESAI] [TIDAK DIPRIVATE, TAPI ALANGKAH BAIKNYA FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Copyright©2020 by fitrialjazera_