Tik..Tok..Tik..Tok...
Suara jam dinding menggema diruangan ini diluar suasana sangat cerah, pagi. Satu kata untuk pagi menyegarkan.Terlihat di depan sebuah televisi tua tampak ada seorang gadis kecil dan seorang pria paruh baya yang sedang menonton sebuah acara televisi khusus anak anak.
Sang anak begitu antusias menonton acara itu sedangkan ayahnya hanya diam dan tersenyum dikala melihat gadis kecil itu tertawa sendiri karena menonton.
"Natasya, sayang ayah?" gadis yang kecil yang bernama natasya itu menoleh untuk melihat kearah sang laki laki paruh baya itu atau disebut ayah "nata, sayang sekali sama ayah,"
Entah apa yang dipikirkan laki-laki paruh baya itu setelah mendengar jawaban dari putri kecilnya, yang pasti dia tengah diam dan menunduk. Seperti ada sesuatu yang menggenang di pelupuk matanya, ya air mata yang tertahan.
"Jika ayah pergi sama seperti bunda, nata jangan pernah menangis ya," natasya yang tidak mengerti apa maksud ucapan ayahnya hanya mengangguk saja.
"Ayah, apa bunda tidak akan pernah kembali?" pertanyaan natasya kecil sangat menohok ayahnya, kali ini tangis laki-laki paruh baya itu pecah"nak, bunda tidak akan kembali lagi dia sudah disana ditempat yang jauh jauh sekali, bunda tengah menyiapkan sesuatu yang sangat indah buat kita, bunda sedang menunggu," tangis ayahnya semakin deras..., laki-laki paruh baya itu memeluk putri kecilnya, semakin memeluk dengan erat seperti akan pergi jauh. Memang benar laki-laki paruh baya itu akan pergi jauh meninggalkan natasya kecil untuk selama-lamanya.
"Ayah, kenapa menangis? Ayah sakit ya?" natasya kecil sangat takut karena dari tadi ayahnya hanya menangis. "Ayah tidak apa-apa nak, ayah hanya sedang ingin menangis," natasya kecil hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda ia paham.
"Nata, besok ayah akan pergi kamu baik-baik disini ya sama bunda maryam" natasya kecil hanya tersenyum"baik ayah, nata akan menjadi anak baik seperti kata ayah," laki-laki paruh baya itu pun tersenyum mendapati jawaban anaknya.
"Nata, kamu akan selalu menjadi anak baik ayah, ayah sangat menyayangi mu nak, mungkin ini senyum terakhir..."
------------------------------------------------------
"Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali, boi. Pertama lahir, kedua hidup, ketiga mati. Pertama lapar, kedua kenyang, ketiga mati. Pertama jahat, kedua baik, ketiga mati. Pertama benci, kedua cinta, ketiga mati. Jangan lupa mati, boi."- Andrea Hirata
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Senyum Terakhir
Short Story"Dulu, aku masih kecil belum tahu arti pertanyaan itu, belum tahu arti tangis itu, belum tahu arti senyuman itu, belum tahu dan belum tahu. Dan ketika saat itu aku mulai tahu, aku hanya berjanji akan menjadi anak baik. aku sayang ayah," -natasya, pu...