Part 4

77 8 1
                                    


CH 4
DON'T LOOK BACK
Rate : T+

Pria bersurai hijau tersebut mengerjapkan matanya beberapa kali namun tak berhasil. Gelap. Ia mencoba menggerakkan anggota tubuhnya yang lain namun nihil tangan dan kakinya terikat hanya suara berat rantai yang terdengar saat ia berusaha berontak, ia mencoba bangkit dan gagal. Tubuhnya terasa lemah dan tak berdaya, ia mencoba mengingat apa yanga membawanya bisa sampai ketempat ini.
Ah dia ingat ia kesini ingin menyelamatkan Tenten tapi seseorang membekapnya dan beginilah keadaannya sekarang. Ia merasa pendingin udara diruangan ini sangat tidak wajar atau...Astaga ia yang tak pakai atasan alias topless.
"Khhh...!! BRENGSEK!! KISE BAJINGAN DIMANA KAU!!? LEPASKAN AKU SIALAN!!". Midorima mencoba meronta.
"Aku ada dihadapan mu Midorimacchi". Sedetik kemudian Kise melepas penutup matanya.
Midorima mengerjap beberapa kali mencoba menyesuaikan cahaya yang memaksa masuk indra penglihatannya. Saat manik hijaunya samar-samar menangkap sosok yang sangat dikenal sekaligus dibencinya karena penglihatannya buruk saat tak pakai kacamata Cuih!
Wajah tampan Kise terkena liur Midorima yang entah sejak kapan ia kumpulkan sehingga sebanyak itu.
Kise menggeram kesal, giginya gemertak, tangannya mengepal.
Kise dengan cepat menarik surai hijau Midorima membuat kepalanya menengada.
Midorima meronta. Rasa perih menjalar keseluruh tubuhnya.
"Dimana Tenten?!".
"Saat dirimu sendiri dalam keadaan yang begini buruk kau masih saja mementingkan keadaan orang lain. Tch! Baiklah jika kau memaksa". Kise menggesar dirinya dari hadapan Midorima dan tepat saja dibelakang nya Tenten dengan keadaan sama seperti dirinya, Namun bedanya pakaian Tenten masih lengkap ia sedikit besyukur.
"Lepaskan dia Kise!!". Air matanya mengalir melalui sudut matanya. Midorima tertunduk lemas.
"Iyada!, aku bahkan belum bermain dengannya" Mata Midorima membelalak mendengar perkataan Kise barusan.
"Ngh..". Kelopak mata yang sedari tadi menutup akhirnya terbuka menampakkan manik hazelnya yang sedikit berair dan memerah.
"TENTEN!".
"MIDORIMA-KUN! Tolong aku!". Air mata Tenten mengalir dengan deras.
"Ouh, pemandangan yang mengharu kan-ssu. Tolong jangan pasang wajah seperti itu dihadapan ku, kalian membuat aku jadi ingin". Ia menjilat bibirnya Sensual.
"Tapi nanti selipkan nama ku diteriakan kalian-ssu". Kedua sandra sukses membelalakkan matanya.
Kise berjalan kearah Midorima "Kurasa aku akan main dengan Midorimacchi duluan-ssu jadi Tentencchi bersabarlah, aku tidak akan lama-lama dengannya-ssu". Ia sedikit menoleh kearah Tenten. Tenten mengernyit.
Kise menyentuh bibir Midorima perlahan dengan ibu jarinya dan itu membuat midorima memalingkan wajahnya kekiri "Jangan sentuh aku, bajingan!". Mata Kise berkilat marah, ia menggenggam wajah Midorima dengan keras, memaksa Midorima melihat kearahnya.
"Kh!".
Cup! Kise mengecup pipi Midorima, lalu menjilatnya dengan sensual.
Midorima tak dapat mengelak. Indra pengcap itu menelusuri setiap inci wajah Tampannya. Jemari jenjang Kise mulai meraba dada bidang Midorima, menyentuh nipple nya yang sudah menegang. Tangan Kise beralih. "Nah kau sudah mengeras disini Midorimacchi". Sambil menekan-nekan Nipple Midorima. "Jauhkan tangan kotor mu dari ku Bastard!".
"Yamete!!". Teriak Tenten kemudian. Kise hanya melirik dengan ekor matanya.
"Onegai, yamete kudasai, Kise-san, jangan apa-apakan Midorima-kun".
"Nah, rupanya Tentencchi sudah tak sabar menunggu giliran-ssu". Kembali ia menjilat bibirnya. Berjalan mendekati Tenten.
Perlahan tangan putih Kise menghapus air mata Tenten yang berjatuhan dikedua belah pipinya. "Shhh..wajah memelas mu boleh juga". Ia membisik ditelinga Tenten, lalu melumurinya dengan Lidahnya membuat Tenten menggeliat geli.
"HOI! BAJINGAN JANGAN SENTUH DIA! BUKANNYA KAU SEORANG HOMO! HAH?!". Kise tak menghiraukannya "HOI SIALAN!!". Midorima kembali teriak.
Kise berjalan kearah meja disudut ruangan, mengambil sebuah lakban. Kemudian ia pakai untuk menutup mulut Midorima. Midorima sempat berontak namun kise menampar pipinya keras, hingga cairan kental berwarna merah yang biasa disebut darah itu mengalir disudut bibirnya. Tanpa memperdulikan rasa perih itu, dengan kasar Kise menutup mulut yang sedari tadi menyampah-serapah dirinya.
"Sekali lagi kau menghina ku, kupastikan kau akan kehilangan kemampuan berbicara untuk selamanya. Jadi diam dan nikmati permainannya". Kise kembali menghampiri Tenten.
Dengan kasar ia merobek baju Tenten. "Hentikan kumohon". isak Tenten. Sedangkan Midorima disudut sana hanya bisa meronta dengan sorot mata yang terluka dan kebencian.
"Nah, itadakimasu".

.
.
.

DON'T LOOK BACK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang