00.01

62 11 2
                                    

Senin, 10 November 2036

Syafa melangkahkan kakinya di sekitar koridor ips dan terkadang melemparkan senyum tipisnya kepada siswa atau siswi yang ia kenal.

Fasyafa Aquilla, gadis cantik berumur 17 tahun. Tinggi nya sekitar 159 cm. Tubuhnya yang ramping. Kulitnya yang putih. Rambut hitam gelombangnya. Dan yang paling penting ialah ketua osis dan ia adalah juara satu OSN tingkat provinsi. Ia sangat benci keributan dan ia benci bandara.

"Syaff" panggil Felda, satu satunya sahabat yang ia punya dari SD sampai sekarang.

Padahal dulu, Felda tidak tahan sama sekali untuk berteman dengan Syafa. Tetapi setelah tahu masalah yang Syafa punya. Felda malah menjadi betah sahabatan dengan Syafa, sampai sekarang.

"Kenapa?" tanya Syafa cuek.

"Lo udah kerjain pr sejarah ga?" tanya Felda yang punya maksud tujuan.

"Mau nyontek?"

"Ihhh Syafa. Lo peka banget deh. Ga sia-sia kita 12 tahun sahabatan. Hehe" ucap Felda sambil memeluk Syafa.

"Apaan sih. Malu tau mba diliatin banyak orang di koridor" ucap Syafa yang sedikit risih dengan perilaku sahabatnya. Sedangkan Felda hanya menampakkan cengirannya.

"Gue nunggu di kelas ya. Babayyy" ucap Felda pergi meninggalkan Syafa yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya yang tidak berubah.

****

"Mas broo!!!"teriak Gamma sambil merentangkan kedua tangannya.

"Bau lo tai" maki Vano sambil menjepit hidungnya.

"Gue yang mau meluk Anta. Lo yang ribut. Dasar junaedi"

"Tapi lo lebar banget merentangkan tangannya, juleha" ucap Vano tak mau kalah.

"Brisik" ucap Anta sambil menatap tajam kedua sahabatnya itu. Sedangkan, Vano dan Gamma hanya cengir tidak karuan.

Antares Aldebaran, cowok populer di SMA Nusa Bangsa. Tingginya sekitar 170 cm. Matanya tajam bagaikan elang. Hidung mancung. Tubuhnya tegap. Dia cuek. Dia dingin. Tapi hanya kepada orang yang belum ia kenal, ia menjadi sosok yang dingin dan cuek. Dan yang terpenting ia jago bermain gitar.

"Eh, oleh-oleh buat gue mana? Sombong lu ya. Baru balik dari amrik ga ngasih gue oleh-oleh. Rapopo aku mas" ucap Gamma mendramatisir keadaan.

"Ntar pulang sekolah ke rumah gue" ucap Anta lalu pergi menuju kelasnya.

****

Bel istirahat berbunyi, Syafa dan Felda pergi ke kantin, atas paksaan Felda tentunya. Karena, Syafa sangat tidak suka dengan acara desak-desakan di kantin sekolahnya.

"Syafaaa!!!! Anta udah pulang dari Amrik" teriak Felda sambil menggoyangkan lengan kanan Syafa. Syafa yang risih, langsung menepis tangannya.

"Apaan, sih. Cowok yang urak-urakan gitu, lo suka" ketus Syafa sambil memutarkan kedua bola matanya.

Yup, Syafa sangat jengkel dengan Anta. Siapa yang tidak jengkel? Dia dan teman-temannya termasuk tipikal bad boy yang tidak Syafa sukai. Ya, walaupun Anta pintar, sih.

"Hell-o. Fasyafa Aquilla. Listen to me. Anta itu ga urak-urakan. Dia itu tipe cowok idaman, udah pinter, ganteng, ngaji nya pinter, siapa yang nolak, sih? Kecuali, lo" ucap Felda yang diakhiri dengan kekehannya.

"Capek gue debat sama lo. Udah sana pesen makanan, nasi goreng sama es teh ya. Gue cari tempat duduk" lalu Syafa pergi menuju tempat duduk yang berada di ujung kiri. Karena cuma itu satu-satunya tempat yang tersisa.

Saat ia melangkah menuju tempat duduk itu, tiga orang cowok sudah menduduki tempat tersebut. Dan di salah satu ketiga orang itu bernama Antares Aldebaran.

"Bisa nyari tempat duduk di lain ga? Gue sama temen gue mau duduk disini" ucap Syafa dengan nada tajamnya.

"Siapa yang cepat ia dapat" balas Anta sambil menaikkan sebelah alisnya dan menampilkan smirk andalannya.

"Heh, Anta. Denger ya, walaupun lo itu keponakan kepala sekolah, gue tetep ga takut sama lo. Dan lo jangan semena mena sama siswa siswi disini" ucap Syafa sambil menunjuk ke arah Anta. Emosi nya selalu timbul jika berbicara dengan Anta. Dan terjadilah perang dingin antara ketua osis dengan keponakan kepala sekolah.

Gamma dan Vano bergidik ngeri melihat pertengkaran antara Syafa dan juga Anta. Jika seorang Fasyafa Aquilla dan Antares Aldebaran bertengkar, mereka tidak bisa apa-apa selain melihat pertengkaran itu.

"Denger ya, Fasyafa Aquilla. Ketua osis yang bentar lagi turun jabatan. Siapa yang semena-mena? Emang gue sering nyuruh mereka. Ga kayak lo, yang sebenarnya semena-mena sama mereka" balas Anta lebih tajam.

Sebelum Syafa melanjutkan balasan tajamnya kepada Anta. Felda lebih dulu mengintrupsi keduanya.

"Ini kenapa sih?" tanya Felda dengan membawa nampan yang berisi makanan yang ia pesan tadi.

"Si Anta ga mau ngalah sama cewek" ucap Syafa dengan nada sengit.

Jika Gamma dan Vano tidak berani untuk menengahi perdebatan antara Anta dengan Syafa. Berbeda lagi dengan Felda, ia akan menengahi perdebatan itu walaupun akan mendapatkan tatapan tajam dari keduanya.

"Emang harus ya ngalah sama cewek kaya lo?" tanya Anta meremehkan.

"KAYA LO? Kaya apaan maksu--" ucapan Syafa terpotong karena Felda yang sudah mulai kesal dengan pertengkaran mereka berdua.

"Stop!! Kalian kenapa, si? Cuma masalah tempat duduk kantin doang. Ributnya kaya ayam betina baru bertelur. Mending, Anta gabung sama gue dan Syafa. Supaya ga ribut-ribut lagi"

"Ogah" ucap Anta lalu pergi berjalan keluar kantin.

"Oi Anta. Tungguin kita kali" ucap Gamma lalu mengejar Anta. Sedangkan Vano meminum es jeruk milik Felda terlebih dahulu dan meminta maaf atas kelakuan temannya, setelah itu ia pergi menyusul Gamma dan Anta.

"VANO ES JERUK GUE!!!" teriak Felda yang suaranya menggelegar bagaikan toa mesjid.

••••

Haluuu, gaesssss.

Jadi.... Gue berharap banget kalian akan vomment cerita ini dan kasih saran juga gapapa. Hehe. Dan maapkan juga kalau isinya gaje.

Salam
phirax,

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang