Seorang pria bersurai hitam tengah duduk manis di teras rumahnya, menikmati pemandangan bulan purnama nan indah. Papa, begitu sapaan akrabnya. Ini sudah jadi kegiatan rutin setiap kali bulan purnama muncul, meskipun ia sendiri tak mengerti apa faedahnya kegiatan ini. Mungkin, karena menyukai keindahan bulan tersebut. Sudahlah, biarkan ini menjadi rahasia ilahi.
"Sudah berapa malam aku tidak mencuri, ya? Sudah seharusnya aku beraksi kembali. Tapi bulan ini sangat indah, aku tak ingin melewatkannya ...." ucapnya.
Papa yang bernama lengkap Paulus Perseverance ini berprofesi sebagai pencuri, atau Thief dalam bahasa kerennya. Setiap beberapa malam sekali ia akan pergi menyusuri kota, mengambil benda-benda berharga milik warga, dan menjualnya pada si Pedagang Ilegal. Penduduk kota terlalu takut akan serangan serigala sehingga tak memedulikan barang-barang mereka, hal inilah yang ia manfaatkan untuk mendapatkan uang.
Hanya saja belakangan ini ia merasakan suatu firasat buruk. Firasat yang membuatnya takut untuk keluar malam mencuri barang. Perasaan ini terus mengganggunya dan hanya bulan purnamalah yang dapat menenangkan hatinya.
Seketika ketenangan itu menghilang ketika suara lolongan serigala terdengar ke seluruh penjuru langit. Terasa semakin mendekat, ia yakin sekali serigala itu tengah menuju ke rumahnya sekarang.
"Tampaknya serigala itu akan datang ke rumah ini, aku harus segera bersembunyi" kata Papa dalam hati sembari mencari tempat persembunyian yang pas.
------
Tidak jauh dari teras rumah, ada seorang werewolf yang meliriknya dari balik semak-semak. Manik matanya nan pekat menatap tajam pada siluet hitam yang melesat hilang dari pandangan. Dia tidak langsung bergerak, ia tetap siaga di tempatnya, menunggu saat yang tepat.
Papa menyandarkan punggungnya pada dinding kamar. Nafasnya memburu, matanya membelalak melirik ke segala arah. Ia yakin, ia tidak salah lihat. Barusan saja ada serigala yang mengincarnya!
"A Phan a, apa yang tengah kau perbuat di sini?" tanya sang Kakak, Li Siao Ko, memanggil adiknya dengan nama Tionghoanya, dengan logat Tionghoanya yang kental pula.
"A-ada serigala di sekitar rumah kita!" jawab sang adik terbata-bata. Sang kakak mengangkat alis sebelah kirinya, lalu berkata,
"Apa kau melihatnya langsung?" Papa mengganguk mengiyakan.
"Berarti benar. Kakak juga tadi melihat sesosok manusia serigala di dekat rumah, tapi dia tidak mendekat. Kakak juga tidak tahu maksud dia apa ...." tambah Li Siao Ko seraya memain-mainkan surai hitam panjangnya.
"Malam berikutnya kita dan adik-adik lainnya tidak usah tidur, untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan." tukas Koko lalu menyuruh adiknya kembali ke kamar dan tidur.
Selagi kakinya menapak, Koko sesekali melirik ke arah jendela, menatapi bulan purnama nan terang di luar sana.
"Semoga saja I'ing tidak datang ke rumahku lagi besok." ucapnya dalam hati.
----
Malaria Lim, biasa dipanggil Lala, adalah seorang pemburu. Sudah sejak lama ia menyimpan dendam kesumat dengan seorang lelaki bernama Aing Nasrallah. Pria itu telah dengan semena-mena memanfaatkan kakak tercintanya demi mendapatkan harta keluarganya. Bisnis keluarganya pun bangkrut akibat pria itu. Bukan hanya itu, pria sialan itu pula yang telah membunuh ayah serta ibunya. Tidak ada bukti yang dapat menguatkan, namun instingnya sangat kuat dan ia yakin betul bahwa Ainglah si pembunuh itu.
Secara tidak langsung, dia juga menerka-nerka 'peran' yang dimiliki oleh lelaki arab tersebut. Karena dia pembunuh, jika perannya bukan werewolf, maka pastilah dia seorang psikopat! Tapi kecil sekali kemungkinannya, sebab psikopat tidak semudah ini untuk dilacak keberadaannya. Psikopat juga tidak pernah melakukan aksinya pada jam yang sama tiap malamnya, setidaknya itu yang ia ketahui dari membaca buku pelajaran. Maka, besar kemungkinannya Aing Nasrallah merupakan seorang werewolf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dameslalu
LobisomemDesa Dameslalu, desa yang semulanya aman dan tentram ini berubah menjadi desa terisolir yang teramat sangat mengerikan. Pembunuhan terjadi setiap harinya, warga-warga hidup dalam bayang-bayang kecemasan. Takut jika saja mereka yang menjadi korban We...