1. Awal yang Dingin

4.3K 267 19
                                    

Chap pertama nih... :D wkwkwk Ari ooc nih, Gekko juga gara2 hilang ingatan jadi gak seperti biasanya.

Dan chap ini saya persembahkan untuk mbak Daina yang sedang dalam masa2 berduka... saya sebagai teman di dumay hanya bisa mendoakan.. gak bisa memberi support lain selain doa :) . saya tahu mbak Dai adalah orang yang kuat.. #hug

Descendant of DeathMaster by Daina Amare

The Hidden Assassin by pepperrujak

Silahkan menikmati... ^^

Aryanov Gabriel

Aku menemukannya di tengah-tengah bangkai zombi yang sudah menjadi kepingan-kepingan. Tubuhnya penuh luka, seperti dicakar oleh kuku-kuku tajam. Dia juga pucat seperti orang mati. Dan awalnya aku memang mengira dia sudah menjadi mayat, tapi pikiran itu sirnah ketika kulihat dia ternyata masih bernapas. Meskipun pelan, dadanya terlihat kembang kempis memompa udara.

Aku mendekatinya dengan hati-hati, dengan luka-luka seperti itu kemungkinan dia terinfeksi sangat besar jadi aku tidak mau mengambil resiko dengan bertindak ceroboh. Namun, saat kuletakkan jari telunjukku di dekat hidungnya untuk memastikan dia benar-benar bernapas atau tidak, aku merasakan kehangatan dari napasnya.

Gadis remaja ini, masih hidup. Kalau pun dia terinfeksi, masih ada kemungkinan untuk menyelamatkannya. Di markas Paladin, kami memiliki vaksin untuk virus undead, meskipun tingkat keberhasilan vaksin itu hanya 50%, tapi setidaknya ada kemungkinan gadis ini bisa selamat dengan vaksin yang belum sempurna itu.

Tanpa berpikir lagi, aku segera menggendongnya. Gadis dengan surai hitam panjang dan kulit seputih mayat ini, akan kuselamatkan. Ya, meskipun hanya satu orang yang tersisah di sini, akan tetap kuselamatkan.

...

...

...

Setelah dua hari tertidur dan akhirnya siuman, betapa kagetnya aku saat matanya terbuka. Warnanya merah. Benar, warna matanya merah. Seperti undead, seperti vampir. Dia mengingatkanku pada mata Tasuku, adikku, yang sekarang telah berubah mejadi dewa kematian sejak dia terinfeksi virus mengerikan itu.

Padahal menurut pemeriksaan yang dilakukan padanya selama dua hari ini, dia dinyatakan tak terinfeksi. Dia murni. Tapi, kenapa matanya berwarna merah? Dia tidak memakai kontak lensa tentu saja, dokter sudah memeriksanya berkali-kali.

Dia juga bukan vampir, terlihat dari luka-luka di tubuhnya yang belum sembuh sampai sekarang. Jika dia vampir, pasti regenerasi selnya sangat cepat.

Saat sadar pun, dia dinyatakan hilang ingatan. Sehingga aku tidak bisa mencari informasi lebih darinya.

Jadi kuputuskan, dia akan berada dalam pengawasanku secara langsung. Meskipun dia sudah dinyatakan terbebas dari virus, meskipun dia manusia biasa. Ada sesuatu yang membuatku harus terus mengawasinya. Sesuatu yang sepertinya sangat mengerikan. Mungkin itu hanya perasaanku, tapi firasatku pada gadis ini sangat kuat, entah mengapa.

...

...

...

Setelah empat hari berada di rumah sakit khusus Paladin, Aku membawanya ke mansion khusus tempat tinggalku yang sekarang.

Akai. Nama gadis yang kutemukan itu. Bukan nama aslinya, hanya nama pemberianku agar aku mudah memanggilnya. Nama itu juga terlintas begitu saja di kepalaku saat aku menatap matanya.

Dia tidak banyak bicara. Dia hanya menjawab pertanyaan yang ditujukan untuknya dan bertanya seperlunya.

"Mulai sekarang, kau akan tinggal di sini dan kamar ini adalah kamarmu,"

Red AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang