2. Ingatan yang Perlahan

3.7K 235 26
                                    

Akai alias Gekko kembali beraksi. Yeiiiiii. Chap ini gak ada Kak Ari loh... ho ho ho.. adanya Mikia la la la..

Descendant of DeathMaster by Daina Amare

The Hidden Assassin by pepperrujak

Akai__

 

 

Hari ini aku sendirian di mansion khusus milik Aryanov Gabriel. Pagi-pagi sekali pria itu sudah berangkat ke kantor pusat. Dia Jendral Besar Paladin, tentu saja dia sibuk. Pasti banyak hal yang harus dilakukannya. Sementara aku, hanya duduk-duduk di ruang makan. Tak ada yang bisa kulakukan.

Mansion ini sangat bersih, piring-piring kotor sisa semalam sudah dicuci semua. Jadi, apalagi yang bisa kulakukan selain duduk diam?

Sebenarnya aku ingin membaca. Apa saja. Buku apa saja asal membuatku tidak nganggur seperti ini. Lagipula, Ari juga melarangku keluar tanpa pengawasan. Aku tahu dia sedang mengawasiku, entah apa yang dicarinya dariku sampai aku tidak boleh berkeliaran sendirian.

“Permisiiii!!”

Seseorang berteriak cukup keras, masuk ke dalam ruangan ini dengan hentakan cepat, menuju ke tempatku berada dan menyunggingkan senyum canggung yang malah tampak mencurigakan.

“Kau, Akai kan?” tanyanya padaku, setelah sebelumnya dia berdiri terpaku menatapku sejenak.

Aku mengangguk, menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

“Perkenalkan, aku Mikia. Salah satu dari guardian paladin,” ujarnya sambil tersenyum yang lagi-lagi terlihat canggung. “Kau pasti kesepian kan? Jadi aku akan mengajakmu jalan-jalan,” sambungnya.

“Kenapa kau tersenyum dipaksakan begitu? Aku merasa kau seperti takut padaku. Ada yang salah denganku?” aku tidak suka bicara basa-basi, jadi maaf kalau cara bicaraku terkesan congkak.

Gadis bernama Mikia itu mendadak diam, ia membelalakkan matanya , ketakutan yang terpancar dari sana semakin terlihat olehku.

“Duduklah. Sepertinya Ari menyuruhmu untuk  mengawasiku,”

Mikia, gadis manis berambut potongan bob itu menghela napas. Kemudian duduk di salah satu kursi yang letaknya di seberang kursiku. Membuat kami duduk berhadap-hadapan dengan dibatasi meja makan di tengah-tengah.

“Haah, berbicara denganmu membuatku tegang,” ucapnya sambil memegangi dadanya.

Aku tidak tahu mengapa, bukan hanya gadis di depanku ini yang selalu terlihat canggung saat bertatapan denganku, beberapa perawat rumah sakit yang dulu merawatku juga seperti Mikia. Mereka tersenyum canggung dan seperti menjaga jarak. Meskipun aku tak mempermasalahkannya, tapi hal itu selalu membuatku penasaran.

“Hari ini Ari menyuruhku untuk mengajakmu jalan-jalan ke kota. Kau pasti membutuhkan banyak keperluan pribadi kan? Kalau pergi bersama Ari mungkin kau akan sungkan untuk meminta barang-barang khusus wanita. Jadi, aku yang akan menemanimu mencari barang-barang keperluanmu,” kini dia benar-benar tersenyum. Meskipun senyumannya tidak lebar, tapi aku bisa melihat dia lebih tenang daripada saat berbicara pertama kali denganku tadi.

“Memangnya tidak apa-apa membiarkanku jalan-jalan ke luar? Baik kau maupun Ari kelihatannya sangat berhati-hati padaku. Seharusnya kalian mengurungku saja kalau takut aku berulah yang tidak-tidak,”

Mikia mengerutkan dahinya, matanya juga memincing tidak senang. Sepertinya dia kesal padaku. Apa sebelum hilang ingatan, kebiasaanku memang membuat orang lain kesal ya?

Red AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang