🌑-01

345 14 0
                                    

Keira Aninditia

Siapa yang tak kenal dengan Keira?
Semua penjuru sekolah Sma Harapan mengenalinya dan tak sedikit pun yang segan--bisa dibilang lebih tepatnya adalah takut padanya. Ia dikenal sebagai anak donatur terbesar di sekolah nya dan beberapa kali memenangkan kejuaraan karate tingkat nasional sehingga tak ada yang tak tahu gadis yang bernama Keira.

Tapi bukan karna ia prestasi yang ia punya yang membuatnya terkenal di kalangan sekolahnya, melainkan sikap angkuhnya dan sikap berkuasanya. Dan tak banyak yang tunduk pada setiap permintaan yang ia lontarkan. Bukan karna takut melainkan malas berurusan dengan gadis itu. Karna Keira dikenal gadis yang akan memberi pelajaran yang sangat akan diingat oleh orang yang pernah berurusan dengannya.

Dengan tas abu-abu polos nya ia berjalan dengan dagu yang dia naikkan sehingga menampilkan karakter sombong pada dirinya. Beberapa siswi yang sedang berkumpul langsung menepi saat Keira berjalan menuju mereka. Mempersilahkan Keira berjalan. Keira berjalan menuju kelasnya yang kelihatannya heboh menyalin tugas. Itu bukan pemandangan yang baru untuknya karna setiap hari ia disuguhi pemandangan seperti itu saat masuk ke kelasnya.

Saat ia berjalan masuk, semua mendadak hening dan langsung mempersilahkan Keira berjalan ke tempat duduknya. Lalu semuanya kembali menyalin tugas yang sempat tertunda. Sedangkan Keira sibuk memainkan ponselnya dan tak berniat ingin menyalin tugas dari temannya yang terkenal pandai dan rajin di kelasnya.

"Keira!" teriak seorang siswi yang berdiri di depan pintu kelasnya yang membuat semua kembali mengarahkan pandangan sumber suara

"Apaan?"

"Lo udah buat tugas mat?" tanya siswi itu sesekali menarik napas panjang

"Ck, gue kira apaan." gumam Keira, tak berniat menjawab pertanyaan Adara

Adara berjalan menuju bangkunya yang terletak di sebelah Keira, melihat murid lain sibuk menyalin pr.

"Serius lo nggak buat pr?"

"Lo udah berapa tahun sama gue? Dan gue rasa lo sudah cukup mengenali gue." Jawab Keira yang membuat Adara lantas menepuk keningnya

"Oh iya! Gue lupa, sorry! Lo kan orangnya paling malas buat tugas." Ejek Adara yang membuat Keira mencubit lengan Adara

"Aduh-duh! Sakit tau!" ujarnya seraya mengelus-elus lengan

"Udah deh, mending lo diam."
Adara mengangguk dan pergi bergabung dengan murid yang lainnya untuk menyalin pr yang belum ia buat.

'''''

Lonceng sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, tetapi bu Lita belum ada di kelas. Bagi murid-murid itu tak masalah bagi mereka. Kalau perlu bu Lita tak perlu masuk ke kelas.
Adara masih terlihat sibuk menyalin tugas matematika yang di berikan setumpuk oleh bu Lita. Dan saat tugasnya hanya tinggal lima nomor lagi, bu Lita masuk ke kelas dengan beberapa buah buku di tangannya.

"Pagi semua!" sapa bu Lita dengan ramah

"Pagi bu!"

"Maaf ibu telat, tadi ada rapat guru sebentar. Oh ya, minggu kemaren ini ada ngasih tugas. Siapa yang yang tugasnya belum selesai dan siapa yang tidak membuat?" tanya bu Lita yang membuat semua mendadak hening

"Mampus." Gumam Adara saat mendengar pertanyaan bu Lita

Sebuah tangan kanan menjulang ke atas yang membuat perhatian bu Lita menuju pada pemilik tangan itu. Helaan napas terdengar keluar dari perempuan yang sudah berkepala empat itu.

"Apa alasan kamu kali ini, Keira?" tanya bu Lita sembari menatap tajam gadis itu

"Sibuk."

"Sesibuk apa kamu sampai-sampai tugas yang satu minggu saya berikan tidak kamu kerjakan?" tanya bu Lita menahan emosinya.

"Sibuk---ngapain bagus ya?"

Bukannya menjawab, ia malah melontarkan pertanyaan yang membuat emosi bu Lita mulai memuncak.

"Keluar kamu! Jangan masuk saat pelajaran saya!" ketus bu Lita yang membuat Keira tersenyum miring

"Emang ibu siapa? Kepala sekolah? Wakil kepala sekolah? Atau pemilik sekolah? Jadi ibu nggak berhak larang saya tidak masuk saat pelajaran ibu."

Semua murid sudah menduga apa yang akan terjadi di kelasnya. Dan sudah menduga apa akhir kejadian yang terjadi di kelas mereka. Tapi rasa penasaran akan aksi Keira yang membuat mereka tetap mengikuti alur walaupun mereka sudah tahu bagaimana ending nya.

"Saya tidak peduli! Kalau kamu tetap masuk saat pelajaran saya, nilai kamu tetap tidak ada walaupun kamu hadir dalam pelajaran saya." jawab wanita paruh baya itu dengan kilatan emosi terpancar dari matanya

Keira berjalan dengan santai yang membuat semua menatap penasaran Keira. Apalagi yang akan dibuat gadis itu.

Saat sudah di depan bu Lita, Keira tersenyum miring lalu mengucap kalimat yang membuat emosi bu Lita memuncak.

"Coba aja kalau bisa." Ucap Keira dengan nada meremehkan lalu berteriak memanggil Adara yang memanfaatkan waktunya untuk menyalin tugas matematika nya yang tinggal dua nomor lagi.

Dengan tergesa-gesa, Adara bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Keira yang menunggu di depan pintu kelasnya. Bu Lita memperhatikan Keira dan Adara yang berjalan keluar dari kelas dengan emosi yang belum terkontrol. Ia menghela napasnya panjang lalu melanjutkan proses pembelajaran seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya.

'''''

"Dita kemana sih? Kok lama amat? Biasanya dia kan paling seneng kalau denger bunyi lonceng istirahat." Dumel Adara yang dihiraukan Keira.

Keira menikmati baksonya sembari menunggu Dita datang. Perutnya sudah tak tahan lagi jika harus menunggu Dita. Sedangkan Adara masih setia belum jajan untuk menunggu Dita.

"Udah, mendingan lo makan aja duluan. Tau-tau dia ada urusan trus nggak bisa ke kantin."

"Ya udah deh, gue mau pergi beli makan dulu. Lo ada titipan nggak?" tanya Adara beranjak dari tempat duduknya

"Air mineral dingin satu."

Adara mengangguk dan pergi meninggalkan Keira yang tengah menikmati baksonya. Seorang siswi berjalan di sampingnya yang membuat Keira dengan cepat mencegah siswi itu.

"Beliin gue permen karet." Ujar Keira seraya menaruh uang sepuluh ribu di meja

Siswi itu mengangguk dan langsung pergi membeli permen karet permintaan Keira. Keira tersenyum melihat siswi itu karna di kantin sekolah nya tidak menjual makanan ringan dan permen, sehingga mau tak mau siswi itu harus meminta izin pada satpam untuk pergi ke supermarket yang tak jauh dari sekolah nya.

Tak lama kemudian, Adara datang dengan sepiring nasi goreng dan dua buah botol mineral dingin. Dengan cepat, ia melahap nasi gorengnya itu sebelum lonceng masuk berbunyi.

"Ra, Dita tadi ke sini nggak?" tanya Adara sesudah menegak air mineral dinginnya

"Nggak, mending lo habisin nasi goreng lo. Lima menit lagi lonceng bunyi."

Adara yang mendengar hal itu lantas menyuap kan nasi gorengnya, mengunyah nasi goreng itu dengan cepat. Tak peduli lagi dengan Dita yang belum ada kabar.

'''''

Hai!
Semoga suka sama cerita ini ya? Walaupun cerita sebelumnya belum selesai, wkwkwk

Gua pengen coba buat cerita yang lebih baik. Setidaknya sudah berusaha:) 💪
Dan semoga mendapat respon yang baik:)

Thanks👀

NoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang