🌑-06

99 5 1
                                    

Hujan tengah mengguyur, membasahi setiap benda yang ia sentuh. Udara dingin pun berlomba lomba mencekat rasa hangat yang tersisa. Sama seperti tengah menikmati udara malam yang sesegar udara pagi hari.

Tak peduli dengan angin malam di tambah dengan dinginnya air hujan membasahi telapak tangannya.
Ia masih setia memainkan air berjatuhan di hadapannya. Langit kelam ini mengingatkannya pada seorang gadis yang ia temui sedang memejamkan matanya ditengah malam dengan gemuruh hujan yang membuat gadis itu tak merasa takut.

Ia hanya melihat gadis itu dari kejauhan tak berniat untuk membangunkan gadis itu. Gadis yang entah sejak kapan memasuki pikirannya. Walaupun sekarang gadis itu tidak melibatkan dirinya menjadi aksi perbuatannya sendiri untuk mencari perhatiannya.

'''''''

Terlihat di pagi yang cerah ini, semua murid masih sibuk beraktivitas walaupun lonceng sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Tetapi perlahan aktivitas itu berhenti saat melihat bu Reni masuk dengan buku bercetak tebal yang sangat akan menguras tenaga dan pikiran mereka di pagi yang sangat cerah ini.

“Selamat siang semuanya!” sapa bu Reni dengan lembut, padahal ketika  udah mulai belajar, suara lembut itu akan menghilang entah kemana

“Pagi, bu!”

“Sekarang, keluarkan buku cetak matematika kalian halaman 58.” Ujar bu Reni yang membuat beberapa murid menghela napas

“Pasti di suruh ngerjain latihan.” Gumam Dodi yang membuat bu Reni terkejut

“Kamu mau ngerjain latihan Dodi?! Padahal ibu mau ngadain game, tetapi berhubung kamu bersemangat untuk mengerjakan latihan, ya sudah game nya kita tunda. Sekarang perhatikan buku kalian halaman 60. Kerjakan tugas yang ada, bunyi lonceng kumpul ke depan.” Ujar bu Reni yang membuat semua tatapan horor mengarah ke Dodi.

Yang cewek, tatapan nya ingin mencakar muka Dodi lalu meneteskan air jeruk nipis di wajah Dodi---sangat sadis.
Sedangkan yang cowok, ingin mengeroyok Dodi dan membiarkan Dodi sekarat. Ya, tak jauh beda dengan para siswi. Dodi yang melihat tatapan maut itu hanya bisa tersenyum tipis seraya menyatukan kedua telapak tangannya dan menggerakan nya ke kanan dan ke kiri serta menggumamkan kata maaf.
Setelah tatapan maut itu perlahan hilang, Dodi mengusap dadanya seraya menghela napas.

“Gila! Tatapannya nya pengen bunuh gue, padahal siapa sekarang yang salah? Gue? Emak gue? Bapak gue? Adek gue?---eh nggak deng, gue nggak punya adek. Ini sudah jelas salah bu Reni, belum diklarifikasikan udah langsung maen potong aja, kan gue yang kena tuduh. Gue tuh---"

“Ck.” Suara decakan Arka membuat Dodi terdiam dan dia hanya menatap Arka

Arka yang tak mendengar ocehan Dodi dapat bernapas lega. Kini ia dapat mengerjakan tugasnya dengan hikmat. Arka juga tau kalau seorang Dodi sedang menatapnya. Tapi sesuai dengan prinsipnya ia tak akan membuang waktunya hanya untuk bertanya 'Lo kenapa?', ia tetap mengerjakan tugasnya walaupun risih juga dengan tatapan Dodi

“Lo—lo nggak ngertiin perasaan gue sekarang ini. Gue di tuduh---maksudnya di fitnah! Dan lo cuma ngeluarin kata 'Ck.'?! Apa yang kamu lakukan ke saya itu J A H A T!”

Untuk kali ini, ia membuang waktunya untuk menatap datar Dodi, padahal 1 menit berguna untuk menyelesaikan seperempat jawabannya. Ia menatap datar Dodi dan Dodi yang merasa di tatap ikut menatap Arka.

“Diam.” Ujar Arka dengan dingin lalu kembali mengerjakan tugasnya kembali

“Ah, sedih gue! Gue kira lo mau hibur gue atau apalah—ternyata gue—“

“Dodi! Kenapa kamu malah mengobrol? Cepat selesaikan latihan kamu dan kumpulkan ke depan. Tadi kamu semangat untuk mengerjakan latihan.”

“Sebenarnya--"

“Semuanya juga cepat mengerjakan latihannya!” potong bu Reni yang membuat semua murid berdecak dan kembali menatap Dodi dengan tatapan yang mereka layangkan tadi.

“Tarik napas lalu keluarkan dengan perlahan melalui mulut. Sabar Dodi, orang tampan, oh iya jangan lupakan anak yang sangat amat bersabar harus mesti lebih banyak bersabar, walaupun sudah sangat lebih amat banyak bersabar.” Ujarnya untuk menyemangati dirinya sendiri seraya mengusap dadanya untuk yang ke tiga kali lalu mengerjakan tugas yang tak seharusnya terjadi jika tidak ada kesalahpahaman.

''''

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang