Keira memarkir mobil nya di depan rumah bercat abu-abu. Dengan baju putih abu abu yang masih melekat di tubuhnya, ia segera menutup pagar rumahnya kembali dan berjalan menuju pintu rumahnya karna fajar tak lagi terlihat.
Tak ada sambutan yang ia dengar semenjak ia memutuskan tinggal di rumah ini. Tak ada pembantu yang bisa ia suruh sesukanya dan tak ada satpam yang setia membukakan pagar saat ia mau keluar ataupun masuk ke halaman rumahnya.
Ia berjalan menaiki tangga rumah yang sangat besar jika hanya di tempati satu orang saja. Dengan cepat ia segera mengganti seragam sekolah nya dan pergi menuju dapur karna kondisi perutnya yang tak bisa di toleransi lagi. Ia membuka kulkas dan mencari bahan yang ingin ia masak. Walaupun ia bisa membeli makanan apa saja tetapi coba untuk mandiri seperti yang di ajari oleh ibunya.
Saat ia tengah menggoreng ayam, sebuah bel rumahnya berbunyi. Dengan malas ia mengecilkan api pada kompornya dan berjalan menghampiri 'tamu' yang ia setia memencet bel rumahnya. Bel rumahnya yang terus berbunyi membuat Keira mempercepat langkahnya untuk bertemu dengan orang yang berkunjung ke rumahnya seperti tidak sabaran.
Ia bukannya tidak suka jika ada orang datang bertamu di rumahnya tapi setidaknya yang memencet bel sekali atau dua kali dan berpikir bahwa mereka, tuan rumah butuh waktu untuk berjalan untuk menghampiri tamu. Kalau di suruh terbang, bukannya terbang juga membutuhkan waktu? Ya, walaupun waktunya lebih cepat daripada berjalan, tapi sama saja yaitu membutuhkan waktu.
"Hai, Ra!" Sapa gadis yang tak lain adalah Adara, orang yang suka bertamu ke rumahnya kalau tidak ke rumahnya pasti ke rumah Dita
Keira menatap datar Adara yang membuat Adara tersenyum kikuk karna tatapan Keira seperti sinyal bahwa ia datang di saat yang tidak tepat atau membuat kesalahan lain yang ia tak tahu jika itu adalah sebuah kesalahan yang ia perbuat.
"Gue ganggu ya, Ra?"
"Ganggu banget apalagi dengan bel yang lo tekan beberapa kali. Dan gue butuh waktu untuk jalan untuk sampai ke sini." Jawab Keira dengan wajah datar yang membuat Adara meringis
"Maaf deh kalau gitu. Btw, lo nggak ngajak gue masuk, Ra?"
Keira berjalan masuk ke rumahnya, menghiraukan Adara yang ragu ingin masuk atau tidak. Ia berlari menghampiri dapurnya dan memastikan bahwa ayam yang ia goreng tak gosong. Keira bernapas lega karna ayam yang sedang ia goreng tak hangus.
Setelah ayam gorengnya sudah matang, ia meniriskan sebentar ayam goreng yang masih panas karna baru saja ia goreng. Ia berjalan membawa ayam gorengnya ke ruang makan.
Ia bingung tak melihat Adara yang seharusnya ada di dalam rumahnya. Keira berjalan keluar dan mendapati Adara tengah memukul nyamuk di lengannya dan tak menyadari jika Keira sudah ada di hadapannya.
"Lo kenapa nggak masuk?"
Adara mengedarkan pandangannya pada Keira lalu tersenyum kecil.
"Lo nggak ada suruh gue masuk." Jawab Adara yang membuat Keira melongo. Jawaban Adara sebenarnya benar tetapi biasanya ia menyelonong masuk ke rumahnya tanpa harus permisi karna itu adalah kebiasaan Adara jika bertamu di rumahnya-dan mungkin saja di rumah Dita.
"Biasanya lo tanpa gue suruh masuk, lo nyelonong masuk ke rumah gue. Dapet pembelajaran di mana lo?" Ujar Keira yang membuat Adara kembali tersenyum kecil tak berniat menjawab
"Ya udah, masuk."
Adara mengangguk, berjalan masuk mengikuti Keira. Tercium bau wangi masakan yang membuatnya mencari dari mana sumber bau tersebut. Keira berjalan mendapati ayam gorengnya yang masih terlihat enak. Ia berbalik melihat Adara yang tersenyum padanya. Keira sangat mengerti apa maksud Adara tersenyum padanya.
"Kalau mau ambil aja." Ujar Keira yang membuat Adara mengangguk dan langsung ikut berbaur pada makan malam Keira.
Keira tersenyum tipis melihat hal itu. Setidaknya rumah ini tak seperti biasanya walaupun hanya satu orang yang datang ke rumahnya. Dan setidaknya ia memiliki teman untuk menghabiskan waktu malamnya.
''''''''
Arka sudah siap dengan hoodie abu abunya yang sudah melekat tapi dengan tubuhnya. Ia menghampiri ibunya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya.
"Bu, Arka berangkat." Ujarnya seraya menyodorkan tangannya di hadapan ibu nya
"Loh, kamu mau berangkat? Nggak sarapan dulu?" Tanya Ratih menatap bingung Arka. Tak biasanya anak laki-lakinya itu tak sarapan sebelum berangkat ke sekolah
"Di sekolah aja, bu."
"Kalau gitu ibu buatin bekal ya?" Tawar Ratih yang membuat Arka menggeleng
Ratih yang melihat Arka menggeleng hanya bisa menghela napas, mau tak mau mengalah. Ia membalas uluran tangan Arka seraya mengingatkan agar tak lupa sarapan jika sudah tiba di sekolah. Arka hanya mengangguk dan berjalan menghampiri ayahnya yang tengah membaca koran di luar.
"Yah, Arka berangkat dulu." Ujar Arka seraya menyodorkan tangannya yang langsung di balas ayah Arka, Arga
"Nggak terlalu cepat kamu berangkat?"
Arka menggeleng
"Arka berangkat." Ujar Arka lalu berjalan menuju motornya
"Hati-hati." Sahut ayahnya yang membuatnya tersenyum lalu membawa motornya keluar dari pekarangan rumahnya.
''''''
Baru saja ia menginjakkan kaki di sekolah, ia sudah di sambut dengan masalah. Dengan emosi, ia berjalan menghampiri ketiga siswi yang tengah terdiam, menatap was was Keira. Keira menatap tajam ketiga siswi yang membuat nyali mereka menciut. Keira menunjuk baju putihnya yang sekarang bewarna kuning akibat minuman ketiga siswi itu.
"Lo liat baju gue?" Tanya Keira yang membuat ketiga siswi itu mengangguk kaku sekaligus mengundang perhatian murid di sekitarnya
"Sekarang jam berapa?" Tanya Keira kembali yang membuat mereka diam---tak berani menjawab pertanyaan Keira
"Jawab! Atau---"
"Ja---jam tujuh, kak." Potong seorang siswi dengan kaca mata pink yang bertengger di hidungnya
"Berarti masih pagi kan?" Tanya Keira yang membuat ketiga siswi itu kembali mengangguk
"Dan lo bertiga tau seorang masih pagi, KENAPA LO UDAH BUAT MASALAH?!"
Semua yang menonton itu tersentak mendengar suara Keira begitu juga dengan ketiga siswi itu. Arka yang sedang berjalan menuju ke TKP pun sedikit tersentak. Ia yakin suara tadi adalah suara Keira. Terlihat nyali mereka makin menciut dan muka mereka pucat.
"Sini minum lo!"
Dengan cepat siswi yang tengah memegang minuman perasa jeruk segera memberikan minumannya pada Keira. Keira membuka tutup minuman gelas plastik siswi itu dan segera melemparkan air minuman perasa itu ke baju ketiga siswi itu yang membuat semua menjerit kaget dan tak percaya akan tindakan Keira.
"Kayak gini rasanya kalau pagi pagi udah cari masalah sama GUE." Ujar Keira dengan senyum miringnya yang membuat mereka bertiga menunduk, malu karna menjadi bahan tontonan
"Gue nggak mau tau, ganti baju gue sekarang. Buruan!" Ujar Keira yang membuat ketiganya mengangguk dan langsung berjalan menuju koperasi untuk membeli baju seragam
"Satu orang aja."
Dua orang siswi berjalan kembali menghadap Keira.
"Satu orang bawa tas gue ke kelas dan satunya lagi beliin gue roti sekaligus air mineral." Perintah Keira yang membuat ketiganya mengangguk.
Arka berjalan santai melewati kerumunan yang perlahan membubarkan diri, tak berniat mencari tahu apa yang terjadi tadi. Sedangkan Keira terlihat berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sembari menunggu seragam barunya.
''''''
Hai?
Gimana kabarnya? Sehat pasti dong:-)
Oh ya, jangan lupa tinggalkan vomment nya ya? Aku bakal update kalau vote nya udah 10, nggak papa kan? ha ha.
Makasih :-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Noire
Fiksi RemajaIni cerita tentang aku dan dia Dia yang merupakan tawa ku Dia yang merupakan senyum ku Dia yang adalah noire ku Ayo bermain tebak-tebakan, bukan tentang apakah mereka akan bersama dan bahagia? Melainkan siapakah yang ternyata tersakiti? Aku atau si...