7.17 am.
Pagi yang sangat cerah. Burung-burung mulai berkicau, dan teriknya matahari menembus jendela kamar. Gadis itu mulai menggeliat meregangkan otot-otot tubuhnya lalu memperhatikan langit-langit kamarnya. Duh, kepalaku rasanya mau pecah.
*deg
"Shhiiiitt!!!!" dia berdesis saat melihat jam dinding menunjukkan pukul tujuh lewat tujuh belas.
Freya langsung memaksakan diri berlari ke kamar mandi , berberes dan bersiap-siap dengan setelan kantornya. Tak ada yang terbesit dipikirannya tentang kejadian semalam, entah dia lupa atau memang tidak ingin memikirkannya.
**
Setelah rapih dengan tampilan kasual dan make up seadanya, Freya kembali sibuk mencari-cari berkas diatas meja kerjanya untuk dibawa ke kantor. -Dasar workaholic.....
*krek
"Pagi ibuk Freya yang terhormat.. Eh loh?? "
Freya berbalik mendapati Naya yang menghampirinya dengan heran.
"Elo ngantor, Frey? Seriusan?" tanya Naya naik ke tempat tidur dengan nampan berisi sandwich yang dibuat alakadarnya.
"Iya. Lo nginep disini tadi malem?" tanyanya balik.
"Ya-iya, masa gue ninggalin lo yang pingsan di apartemen sendirian. Asisten lo mana?" Tanya Naya sambil melahap sandwich ditangannya.
"Kalo weekend biasanya bibi gak disini, gue suruh pulang ngumpul sama keluarganya." Jelas Freya yang masih sibuk dengan ponsel dan berkas yang dicarinya lalu disambut anggukan mengerti dari Naya.
"Oya, dikamar sebelah Claudia juga masih KO. Balik-balik mabuk. Untung si mas bisep sabar bolak-balik nganterin kalian berdua kesini." Penjelasan Naya tiba-tiba membuat Freya mematung.
Mas bisep?
Freya berusaha mengingat apa yang sudah terjadi semalam.
Oh iya semalam traumaku kambuh. Pantesan kepalaku agak berat.
Tapi..
"lo bilang siapa, Nay? Mas bisep?" tanya Freya melotot.
"Iya mas bisep. Gak mungkin 'kan gue bisa ngangkat lo sama Claudia dari mobil sampe ke apartemen lo yang tinggi banget ini sendirian. Gak mungkin dong shay." Ujar Naya. Freya berusaha mencerna kalimat Naya.
"Untung yaa tadi malam ada William yang mau dikasih job tambahan. Nih, sarapan dulu." jelas Naya tanpa merasa berdosa.
Freya menarik nafas panjang dan menutup matanya saat mengingat kejadian semalam. Dia memijit pelipisnya saat teringat yang Ethan katakan. Itu William.
Freya tersenyum ketus. Dia membayangkan William begitu mudahnya digerayangin oleh wanita jalang yang lupa diri saat dia memainkan musik dugem miliknya semalam. No offence even member tetap penari latar Dj itu juga adalah teman dekatnya sendiri. Dia tetap tidak suka.
Freya tak habis pikir, laki-laki itu bahkan menghampirinya. 'Dan tak tahu malu malah mengantarkanku pulang? Hah- modus busuk.' gerutunya dalam hati
"Frey!!! Lo ngelamunin apaan sih? Lo beneran ngantor hari ini? Sekarang minggu loh" teriak Naya menyadarkan lamunan sahabatnya.
"Sorry sorry, gue lagi mikirin em..berkas yang gue cari." Freya berusaha bersikap senormal mungkin dan bersiap-siap dengan tas Hermes andalannya. Tak lupa dia mengambil beberapa tablet obat penenangnya dari nakas untuk jaga-jaga kalau pikirannya kembali kacau hari ini. Dengan serangan mental breakdown seperti ini dia butuh penenang karena dia harus rapat dengan client sudah pasti dia perlu senjata tambahan. Dia berharap Naya tidak terlalu curiga dengan wajah kesalnya atas kejadian tadi malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
North With (out) South
RomantikKita ini adalah cerita yang tak pernah usai. Benci aku sekuatmu, lupakan aku sejauh mampumu. Tapi jika kau gagal, jika kau lelah, atau jika apapun. Pulanglah, cintai aku kembali. * "Pintar, cantik, kaya mentereng dan jangan lupa dengan sikap jutekny...