Author POV
----
Mimpi. Semua orang punya mimpi. Terkadang beberapa orang berharap agar dihampiri oleh sosok yang dirindukan ketika tidur. Ya, kita membicarakan bunga mimpi. Tapi gadis ini berbeda.
Dia bahkan berdoa agar dia tak perlu memimpikan apapun. Dia hanya ingin menikmati tidur pulas seperti orang mati tanpa perlu terbangun ditengah-tengah malam dengan keringat dan sesak yang mencekat karena ketakutan ataupun kecemasan karena mimpi buruk yang selalu menghampirinya
Freya si gadis blasteran Brazil-Amerika Latin, kini menatap pantulan bayangan dirinya dari depan cermin. Dia masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan hairdryer dan memoleskan blush on tipis di pipinya. Tidak lupa dia juga menghiasi bibirnya dengan lipgloss berwarna peach untuk memperindah penampilannya agar lebih stunning.
Sambil melakukan kegiatannya, dia mencoba mengingat kejadian semalam. Moodnya pagi ini tentu masih sangat buruk apalagi tidurnya kurang berkualitas belakangan ini.
Setelah dirasa cukup, Freya keluar dari walk in closet dan kembali ke kamarnya. Dia tidak lagi mendapati Claudia tertidur di kasurnya. Tempat itu sudah kosong namun masih berantakan. Freya tak ambil pusing, nanti bibi Urbana akan membereskannya.
Freya keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur, dia keluar masih dengan berbalutkan bathrobe ditubuhnya namun make up sudah on point lebih dahulu.
Disana dia mendapati bibi Urbana sedang menyajikan piring-piring diatas meja. Wanita setengah paruh baya itu selalu datang on time di hari senin jam 5 pagi untuk bersiap menyediakan sarapan Freya lalu menginap bersamanya sepanjang hari kerja setiap minggu.
Di kitchen counter ada Naya yang masih sibuk plating walau dari jauh Freya belum tahu sarapan apa yang dimasak oleh gadis itu.
"Pagi queen hitler." Claudia yang duduk di depan meja bar menyapa Freya dengan mengangkat tangan kirinya. Dia bersantai disana dengan churros dan coklat panas dihadapannya.
"Pagi." balas Freya hampir tak terdengar. Gadis itu menghampiri Claudia dan mengambil satu sisa churros dari atas piring dan duduk disebelah sahabatnya.
Wajah claudia menghadap Freya sambil memangku kepalanya dengan tangan kanan. Dia menatap gadis itu dengan tatapan selidik.
Claudia jelas saja semakin kepo setelah breaking news yang dibeberkan Naya saat Freya masih di kamarnya. Naya bercerita bahwa sahabat mereka yang paling dingin dan batu itu kembali mengonsumsi obat penenangnya setelah beberapa purnama berlalu.
"Gue kepo lo kenapa frey. Serius, kalo lo engga cerita gue cari tahu paksa sih." ucap Claudia dalam satu tarikan nafas. Kalimat itu berhasil membuat perhatian Naya dan bibi urbana teralihkan menatap keduanya bergantian.
Freya masih asik menghabiskan churros ditangannya dan claudia masih menatap gadis itu untuk mendapatkan jawaban.
Setelah menghabiskan churros-nya, Freya mengambil tissue, "Am okay Clau. Chill." Balasnya tanpa menatap gadis itu. Dia beranjak ke meja makan. Urbana datang menyajikan secangkir teh Chamomile ke hadapan Freya.
"Ini teh chamomile buatan nona Naya, silahkan nona Freya." ucap Urbana.
"Terima kasih"
Lalu dia kembali sibuk membantu Naya menyajikan sarapan ke meja makan.
-------
Claudia mendengus kesal lalu menarik kursi disebelah Freya secara kasar dan duduk disebelahnya.
"Udah sarapan dulu, Clau. Lo gak liat bos gue udah berubah jadi es batu." sambut Naya sambil meletakkan rassolnik chicken soup buatannya dihadapan Freya.
![](https://img.wattpad.com/cover/12605761-288-k47804.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
North With (out) South
RomansKita ini adalah cerita yang tak pernah usai. Benci aku sekuatmu, lupakan aku sejauh mampumu. Tapi jika kau gagal, jika kau lelah, atau jika apapun. Pulanglah, cintai aku kembali. * "Pintar, cantik, kaya mentereng dan jangan lupa dengan sikap jutekny...