Prolog

25 7 0
                                    

Selamat bertanding, ya! Semoga menang❤

Gilang menatap kertas berwarna hitam di tangannya dengan bingung, segala pertanyaan dengan apa yang dimaksud oleh sang pengirim memenuhi kepalanya. Hari ini ia tidak ada pertandingan, hanya bermain santai seperti biasa setiap istirahat dengan teman-teman kelasnya atau teman se-tim basketnya.

Sejurus kemudian, Gilang melipat kertas itu lalu memasukkannnya ke dalam saku celana dan berjalan menuju lapangan.

***

Reza: Woy lo pada dimana elah?

Ardi: Otw

Reza: Gilang tai lo dimana??????

Reza: Masih hidup kan lo?

Gilang: Nggak tau

Gilang: Udah mati kali

Reza: Lucu lo setan

"Kenapa?" tanya Gilang pada Reza setelah ia sampai di lapangan.

Yang ditanya menoleh, ia nyengir yang menampakkan giginya yang tidak tersusun rapih. "Buset, baru aja dicariin udah nongol,"

Gilang memutar bola matanya dengan malas. "Apaan?"

Reza tidak langsung menjawab, ia meng-klik sesuatu di ponselnya sampai kemudian mengarahkan ponsel itu pada Gilang.

"Junior lo nih, Lang."

Setelah melihat ponsel milik Reza yang menampilkan sebuah foto, Gilang mengalihkan pandangannya sejenak, lalu menatap Reza lagi dengan senyum miringnya. "Iya, gue tau."

***

Sementara itu, Putih duduk di pinggir koridor, diam-diam mengintip di balik buku yang ia baca. Matanya tak lepas dari sosok yang sering dibicarakan orang-orang, laki-laki yang wajahnya akan kau ingat sejak pertama kali bertemu. Dan parahnya, Putih mengaguminya. Mengagumi segala hal tentang laki-laki itu.

Sayangnya, ia tidak punya keberanian. Ia juga sadar diri bahwa mustahil upik abu akan bersama dengan pangeran.

***

Dipublikasikan dengan nekat.

Selamat membaca❤

Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang