Kutukan Boneka Tobi

163 11 7
                                    

"Atas nama nona Saraswati?"

"Yah, saya sendiri.."

"Ini pesanan nona, Secangkir coklat hangat dan roti bakarnya. Siap untuk bercengkrama dengan nona cantik ini. Ada yang bisa kami bantu lagi?"

"Terima kasih.. kalau ada pasti kupanggil ," pelayan kafe itu berlalu.

Aku memeriksa isi tas dan mengambil sebuah boneka usang di dalamnya. Kuingat betul kejadian tadi sore ketika aku pulang dan menemukan boneka beruang usang ini di bawah sebuah pohon. Aku memilih untuk membawanya pulang karena kurasa boneka ini tidak terlalu buruk. Hanya saja terdapat beberapa noda merah yang tidak kuketahui asalnya. Aku menyeruput coklat hangat dan terus menatap boneka itu.

"Pemilikmu pasti sangat ceroboh dengan meninggalkanmu di bawah pohon itu," kataku sambil membersihkan nodanya.

*

"Dia tidak akan pergi sebelum mendapatkan nyawamu," suara anak perempuan berbisik lembut. Aku tersentak dan bangun dari tempat tidur. Mataku tengah mencari kemana pemilik suara itu. Namun nihil, yang ada hanya keringat dan detak jantung yang tak beraturan.

"Kurasa hanya mimpi," kataku mencoba menenangkan diri.

Aku pun mencoba kembali tidur tanpa menghiraukan bisikan yang mengganggu tadi. Sembari memeluk boneka yang sebelumnya sudah kucuci dan memberinya wangi-wangian agar menghilangkan bau amis dari tubuhnya yang lucu.

"Good night Tobi," sapaan nama yang kukira cocok untuknya.

Tiba-tiba aku terbangun lagi. Diam dengan peluh bercucuran sambil mendengar suara seperti cakaran di dinding kamar. Aku lalu bangkit dari tempat pembaringan dan memeriksa di setiap dinding. Lalu kutemukan bekas cakaran dalam jumlah yang tidak sedikit.

"Siapa yang melakukannya?" cecarku dalam hati sembari meraba permukaan dinding.

"Kurasa ada seseorang yang menyelinap masuk ke kamarku tadi. Ini tak bisa dibiarkan. Aku harus lapor polisi," gumamku pelan.

*

"Kami sudah memeriksa seisi rumah dan tidak ada seorang pun dirumah ini. Mungkin saja anda yang melakukannya sendiri tanpa anda sadari," kata polisi.

"Tidak mungkin, aku tak melakukannya. Aku ingat sekali tengah malam aku mendengar suara itu dan ketika aku bangun kondisi dinding sudah seperti ini. Jadi tidak mungkin aku yang melakukannya," Bantahku.

"Tapi, kami sudah memeriksa disetiap sudut rumah anda, tetap tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan."

"Kalau begitu apa yang harus saya lakukan?"

"Pergi ke psikiater."

"Tapi saya tidak gila!"

"Saya rasa anda harus memeriksanya terlebih dahulu dan jika ada masalah hubungi kami lagi," Polisi itu pun masuk ke dalam mobilnya lalu pergi. Kurasa polisi itu benar, tidak ada salahnya jika aku mencoba.

*

"Dari hasil tes, anda dinyatakan tidak mengalami gangguan apapun. Hanya saja anda mungkin terlalu lelah, cobalah untuk meluangkan waktumu untuk beristrirahat. Dengan begitu tubuhmu akan terasa lebih baik!" sembari menyerahkan kertas hasil lab kepadaku. "Kesehatan itu memang mahal nona!" Lanjutnya.

Kini hanya ada kesunyian di rumah. Hanya aku yang sedang duduk di kursi sambil termenung. Kulihat Tobi tengah berada di lantai.

"Oh.. Tobiku sayang, sejak kapan kau terjatuh!" kataku seraya mengangkat Tobi dari lantai. Kurasa aku tidak sengaja menjatuhkannya tadi. Aku meletakkan Tobi di atas pangkuan lalu menyisir helai demi helai bulunya yang kusut.

Aku tidak peduli lagi dengan gadis kecil yang ada dalam mimpiku tadi malam. Dan juga bekas cakaran yang ada di dinding. Mungkin benar kata psikiater, aku kurang istrirahat.

*

"Aaaaaaaaa...!!" Aku berteriak ketakutan. Kurasakan tubuh yang gemetar dan sudah bermandi keringat dingin. Kulirik jam menunjukkan tepat pukul dua malam. Rasanya aku bermimpi itu lagi. Memang sepertinya ada yang tidak beres.

Suara tetes air terdengar menggema. Tak salah lagi suara itu berasal dari kamar mandi. Kuputuskan untuk memeriksanya. Aku menyipitkan mata saat terperanjat melihat Tobi di lantai kamar mandi dengan sebilah pisau di dekatnya. Dengan perlahan aku mendekat dan langsung mengambilnya.

"Kurasa ada yang tidak beres dengan boneka ini, aku harus membuangnya."

Tanpa pikir panjang kubuanglah Tobi. Tidak, maksudku boneka terkutuk ini di tong sampah depan rumah. Segera kututup pintu. Lalu beranjak ke ruang tamu untuk menenangkan diri.

"Dia tidak akan pergi sebelum mendapatkan nyawamu!" Bisikan itu kembali mengagetkan.

"Siapa itu! Keluar kau! apa yang kau inginkan dariku!"

"Nyawamu.. nyawamu.. nyawamu.."

"Tidak!! Hentikan! Kumohon jangan ganggu aku!" Teriakku lantang. Bunyi decit pintu menambah suasana semakin tegang dan mencekam.

Dengan tubuh yang gemetar, kulangkahkan kaki perlahan menuju pintu. Lalu pintu itu sudah terbuka lebar. Betapa terperanjatnya ketika melihat sosok gadis kecil yang berlumuran darah sedang menggendong boneka beruang itu.

Mataku membelalak. Jantungku berdetak sangat cepat. Napasku serasa tertahan di batang tenggorokan. Tak bisa berkata-kata. Gemetar yang hebat kurasakan disekujur tubuh. Kakiku terlalu lemas untuk melangkah. Aku mencoba berlari menuju kamar secepat mungkin walaupun berulang kali terjatuh.

Sesampainya di kamar aku terkejut melihat kondisi kamar yang sudah acak-acakan, banyak noda darah dimana-mana. Terdapat banyak coretan yang bertuliskan "Nyawamu, nyawamu, nyawamu.." dengan noda darah. Aku berdiri memandangi seisi kamar yang begitu berantakan.

Tiba-tiba saja kurasakan nyeri yang sangat hebat di perutku, yang ternyata sudah tertancap sebilah pisau. Aku langsung berbalik dan terjatuh. Lalu melihat betapa banyaknya arwah-arwah yang mengelilingiku dengan kondisi yang mengenaskan.

"Nyawamu, nyawamu, nyawamu..."

"Tidakkk, Tidakkk..!!" teriakku sambil merangkak menjauh.

Sambil memegang perutku yang sudah tertusuk. Aku pun bangkit dan berusaha kabur. Namun itu hanya membuahkan kesia-siaan. Mereka terus mengepungku sampai terbaring tak berdaya di kamar mandi dengan baju yang basah karena darah. Aku sangat yakin semua kejadian ini berasal dari boneka setan itu. Aku sangat menyesal telah membawanya pulang.

"Kumohon jangan dekati aku!" bisikku lirih. Akhirnya gadis kecil yang acap kali terdengar suaranya keluar dari kerumunan arwah.

"Kemarilah, aku adalah gadis pemilik boneka itu. Aku lahir dengan penderitaan yang pedih. Maka dari itu aku tidak ingin melihat orang-orang bahagia. Dibelakangku adalah arwah-arwah yang sudah aku bunuh dan selanjutnya adalah kau!" Kemudian ia pergi dengan gelegar tawanya. Dan akhirnya aku tak bisa lagi menahan rasa sakit akibat pisau yang meninggalkan luka menganga diperutku.

*

"Ma... lihat deh aku temuin boneka!" Kata seorang anak perempuan sambil memperlihatkan boneka Tobi pada ibunya.

"Kamu dapat dimana sayang?"

"Aku temuin ia sendirian di pinggir jalan itu!" Ia berbalik lalu menunjuk tempat dimana ia menemukan boneka Tobi.

"Ya sudah kamu bawa saja pulang," Mereka kembali ke rumah. Anak perempuan itu berjalan dengan hati yang gembira. Pulang bersama boneka Tobi yang lucu. Namun sungguh malang nasib anak perempuan itu. Ia belum mengetahui jika dibalik kelucuan Tobi ada kutukan yang bersemayam.

Creepy Activity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang