6

124 13 0
                                    

Setelah aku ingin menyerah dengan keputusanku.

Aku berbaring ditempat tidurku,mungkin itu pukul 21.21 dan mencuri pandangan ke jendela untuk melihat langit.

Langit yang penuh dengan bintang dan disertai oleh bulan.
Mungkin hatiku iri pada bulan dan bintang yang selalu bersama, dan mungkin juga hatiku iba pada matahari yang begitu sabar dengan semua. Sabar dengan takdir yang mengharuskan matahari untuk menerima bahwa bersama bulan itu dikatakan (tidak).

Mungkin,memang benar.
Mengikhlaskan yang memang harus di ikhlaskan itu lebih baik,dibandingkan memaksakan yang memang tidak ditakdirkan.

Dan aku memejamkan mata lalu berpikir sejenak.

Malam itu mungkin aku harus meniru matahari, yaitu tentang perihal
mengikhlaskan yang memang harus diikhlaskan atau melepas kepergian sang tokoh utama dalam;hati.

-mayasafira

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang