"Aku pulang,"
"Selamat datang. Akhirnya kau pulang juga."
Seperti biasa, saat akan memasuki kediamanya sang blonde pasti mengucapkan salam, baik ada maupun tiada penghuni selain dirinya. Didikan juga adab negeri timur yang menjunjung tinggi kesopan sangat kental dan masih tetap melekat pada darahnya.
Seperti sekarang, Naruto tetap mengucapkan salam. Dirinya yang sudah lama tinggal sendiri sudah terbiasa tak pernah mendengar jawaban balik. Namun kali ini berbeda dari biasanya, suara jawaban pulang terdengar. Bahkan terdengar sangat jelas. Reflek Sang Blonde mendongakkan kepala.
Naruto yang semula berniat melepas sepatu dan menggantinya dengan sendal rumah menggurungkan niatnya. Memandang lurus sesosok pria dewasa, mengenakan jas hitam berkemeja hitam. Berwajah tampan dan berambut oranye kemerahan. Berdiri santai menyandar di pinggir sofa tunggal yang sedikit menjorok di dekat pintu.
"Kyuu-nii? Itu benar kau?" Naruto terpana. Mengusap matanya berkali-kali, memastikan penglihatannya tidaklah salah.
"Kejutan! Tentu saja ini aku!" mengerlingkan mata genit. "Apa tidak boleh menemui adik tersayangku?" tersenyum jahil.
Ternyata benar, itu benar-benar kakaknya. "Tentu saja boleh," menatap sang kakak senang. Wajah haru tercetak jelas.
Naruto sangat kaget, kakak datang tanpa pemberitahuan. Sungguh ini kejutan yang amat menyenangkan. Dirinya yang sudah lama tak bertemu dengan kakaknya sudah sangat jelas sangat merindukan sosok sang kakak.
"Tidak ada pelukan sayang, heh?!" Kyuubi membentangkan kedua tangan lebar-lebar. Menunggu sebuah pelukan.
Senyum lima jari miliknya terpatri sempurna. Dengan cepat melepas sepatu sembarangan dan dengan langkah semangat menubruk sang Orange penuh suka cita.
Karena Naruto menubruk kakaknya dengan semangat, benturan yang terjadi tiba-tiba sontak saja membuat tubuh mereka sedikit terhuyung. Namun dengan gesit sang kakak mampu menyeimbangkan beban. Keduanya langsung berpelukan cukup lama, melepas rindu.
Tangan Kyuubi tanpa henti mengelus surai blonde adiknya penuh sayang. "Aku sangat merindukanmu Otouto. Apa kau juga merindukanku?"
"Sangat Kyuu-nii... Aku sangat merindukanmu. Kapan onii-chan tiba dari Iwa?" mengangkat kepalanya. Menatap sang Kakak dengan masih menyunggingkan senyum. Dan kembali memeluk erat tubuh kyuubi.
"Beberapa jam lalu." kembali tersenyum jahil.
"Kyuu-nii jahat, tidak memberitahuku dulu," Naruto merajuk, bergelayut manja pada lengan kakaknya.
"Kalau aku memberitahumu, itu bukan kejutan namanya,"
"Kyuu-nii ada apa tiba-tiba datang? Bagaimana dengan pekerjaanmu disana?"
Tersenyum lembut seraya memainkan anak rambut Naruto. "Kebetulan sekali kontrakku disana sudah habis. Tampa pikir dua kali Nii-chan memutuskan akan mencari kerja disini."
"Benarkah?" mata Naruto terbelalak.
"Iya,"
"Kenapa? Bukankah kata Kyuu-nii disana gajinya mengiurkan?"
"Memang benar, disana Kyuu-nii bisa membiayai hidup dan juga kuliahmu. Tapi karena sekarang simpananku cukup lumayan. Maka Kyuu-nii putuskan berhenti dan mencoba mencari kerja disini. Menjauh darimu yang hidup sendiri sejak kakek Jiraya meninggal membuat tak tega."
"Kyuu-nii, kau terlalu khawatir padaku. Aku sudah besar. Aku sudah bisa menjaga diriku sendiri. Lagi pula uang bulanan dari Kyuu-nii cukup untuk biaya hidup dan kuliahku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boneka Kayu
FanfictionNaruto seorang mahasiswa memiliki hobi memahat boneka kayu, Boneka kayu yang berwajah sangat mirip dengan penghuni sebelah apartmentnya, Sasuke Uchiha.