Prolog

48 13 9
                                    

"Tara... lo bisa nggak sih ngertiin gue?"

"Ngertiin lo?" ucap Tara dengan alis bertaut. "Gue itu pacar lo! Pacar lo! Gue nggak bisa lo giniin terus. Mulai sekarang, kita putus!"

Alaya menatap tak percaya laki-laki bertubuh tegap itu. "Maksud kamu?" suaranya merendah. Bulir air mata mulai menetes. Membasahi pipi. Menghancurkan make up yang sudah sempurna menempel.

"Lo budek apa gimana? Gue perjelas dan tekankan sekali lagi. Mulai sekarang kita putus!"

"Ha? Ta... tapi apa salahku?" air mata Alaya mulai banjir.

Tara membuang pandangan. Ingin rasanya dirinya keluar dari ruangan itu. Ruangan yang ia kutuk sejak awal dia pacaran dengan Alaya. Ruangan itu juga yang menjadi saksi bisu perpisahan mereka.

Sorot mata kepedihan terpancar dari mata Alaya. Dia mencengkeram erat pergelangan tangan Tara. Berharap pacarnya luluh dan menarik semua kata-katanya yang menusuk. Alaya tak ingin berpisah dengan Tara. Dia terlalu mencintai laki-laki yang sudah satu tahun ini mengisi hatinya. Tapi... Alaya juga mencintai pekerjaannya. Dengan bekerja sebagai model, dia bisa memenuhi semua kebutuhannya. Modelah dunianya. Modelah cita-citanya.

"Alaya, lima belas menit lagi pemotretannya akan dimulai. Kamu harus bersiap-siap," ucap laki-laki yang diketahui manajer Alaya -Kak Bagus- dari balik pintu.

Alaya menggangguk tanpa menoleh kearah manajernya. Setelah manajernya berlalu, Alaya melanjutkan ucapannya. "Gue sayang sama lo, Tara" Alaya mendekatkan diri pada Tara. Menutup rapat matanya. Mengarahkan bibirnya untuk dikecup.

Tara tak ingin mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya. Tidak untuk ciuman. Karena dengan memberi ciuman pada Alaya membuat gadis itu akan merasa menang dan menganggap Tara masih mencintainya.  Sekarang, cintanya berubah benci. Alayanya tidak seperti Alayanya dulu. Dia berubah.

"Menyingkir!" Tara mendorong tubuh gadis itu. Membuatnya terdorong beberapa langkah. "Lo menjijikkan!" Tara pun keluar dari ruangan itu.

============================

Bagaimana dengan prolognya? Kependekkan? Kurang berasa? Jangan lupa like and comment. Ditunggu juga krisarnya... 😊😊

DioramaWhere stories live. Discover now