Dumbfounded

247 41 8
                                    

Kang Seulgi tidak bisa melepaskan pandangannya dari sosok pria yang duduk disudut café. Bukan, bukan karena pria itu memiliki ketampanan yang mencolok. Melainkan ada sesuatu yang membuat Seulgi risih sendiri melihatnya.

Seulgi menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia berusaha mengalihkan atensinya dari pria itu. Sangat tidak baik bagi kesehatannya untuk terus-menerus memperhatikan pria itu.

Kopi yang sedari tadi ia diamkan mulai mendingin. Seulgi jadi tidak mood untuk meminumnya kembali. Ia beralih pada sepotong red velvet yang belum disentuhnya sama sekali.

Tap tap tap

Seulgi bisa mendengar langkah kaki datang mendekat dan berhenti tepat dimejanya. Ia mengadahkan kepalanya untuk melihat siapa gerangan pemilik sepatu coklat didepannya itu.

Kang Seulgi menahan nafasnya. Pria yang baru saja ia pandangi itu sekarang berdiri tepat didepannya. Dilihat dari dekat pria itu memiliki pipi yang cukup berisi, seperti mochi. Seulgi suka mochi.

"Nona, daritadi kau memandangiku terus. Apa kau suka padaku?" Pria itu berbicara dengan dialek satoori yang kental membuat suaranya terdengar sangat manly diteling Seulgi.

Merasa dirinya tidak direspon oleh wanita didepannya, pria itu kembali bersuara.

"Apa kau mau jadi pacarku?"

Kedip, kedip, kedip. Seulgi berulang kali mengedipkan matanya. Otaknya mulai memproses apa yang baru saja dikatan pria didepannya tersebut.

"Mwo?!"

Seulgi berteriak nyaring. Untungnya hanya ada empat orang di cafe saat itu. Seulgi dan si pria misterius ditambah sepasang kekasih yang tampaknya sibuk dengan dunia mereka sendiri. Seulgi segera membekap mulutnya.

"Perkenalkan aku Park Jimin. Noona?"

Ingin sekali Seulgi meluruskan kesalahpahaman ini. Seulgi akui pria yang mengaku Park Jimin itu tampan. Sangat tampan malah. Tapi bukan itu alasan dia memandang Jimin terus-menerus.

Seulgi punya rahasia. Ia pengidap OCD akut! Lalu apa hubungannya dengan memandangi Park Jimin?

Begini, alasannya sederhana dan konyol; ada sebutir nasi menempel di wajah Jimin dan sebagai seorang OCD akut ingin sekali perempuan itu membersihkan nasi yang menempel itu. Meskipun cuma sebutir nasi itu sangat menganggu Kang Seulgi.

Lantas, haruskah Kang Seulgi menjelaskan ini pada Park Jimin? Ia pasti akan dianggap orang aneh olehnya!

"Namaku Kang Seulgi. Salam kenal Park-ssi." Seulgi balik meperkenalkan dirinya. "Sebentar, Park-ssi.." Seulgi berdiri dari tempat duduknya mengambil tisu untuk menyingkirkan sebutir nasi dari wajah Jimin. "Sudah." Ucapnya bangga pada dirinya.

Seulgi tidak tahu kalau yang ia lakukan barusan telah membuat telinga Park Jimin memerah karena malu.

Jimin berdehem, "Noona, yang aku katakan barusan. Apa jawabanmu?"

Seulgi menutup mulutnya, "Omo! Kau serius?"

Jimin menganggukkan kepalanya.

Seulgi diam. Ia tampak berpikir. Ini terlalu nyata untuk sebuah keajaiban. Dia tidak mengenal Jimin sama sekali, bagaimana bisa ia menjadi pacar orang asing. Tunggu, Park Jimin? Kok kedengarannya jadi tidak asing.

"Noona—"

"Kau Park Jimin, adik kelasku waktu SMA, kah?" Seulgi bertanya ragu.

Jimin mengembangkan senyum manisnya sebelum mengiyakan ucapan Seulgi. Akhirnya perempuan itu mengingatnya.

Kembali lagi Seulgi merasa ini terlalu nyata untuk sebuah keajaiban. Seingatnya Park Jimin adalah seorang siswa pindahan saat itu dan Kang Seulgi adalah Dewi bagi siswa disekolahnya. Jimin yang dengan polos menyatakan cinta padanya dibully habis-habisan oleh teman-temannya. Seulgi jadi sedih kalau mengingat masa-masa itu.

Tapi sekarang berbeda. Park Jimin sudah bukan bocah polos lagi. Ia menjadi seorang pria sexy yang dikagumi semua wanita.

"Pantas saja kau memanggilku Noona. Kukira aku tampak sangat tua. Hahaha.." Seulgi tertawa garing.

"Noona, aku serius saat menyatakan cinta padamu sewaktu SMA. Sangat disayangkan aku tidak bisa mengetahui jawabanmu saat itu karena harus pindah sekolah. Jadi, biarkan aku mengulangnya sekali lagi." Jimin berujar panjang sebelum menarik nafasnya.

"Aku sudah menyukai— Tidak, aku mencintaimu Kang Seulgi, saat kita masih SMA. Maukah kau menjadi pendamping hidupku?"

Seulgi mengangguk antusias. Ini Jiminnya. Kenapa ia tidak bisa mengenali pria itu diawal Seulgi memandanganya. Seulgi merapatkan dirinya untuk memeluk Jimin dengan erat.

"Aku merindukanmu, Jimin-ah."

Tamat

A/N
Hei ini ffn seulmin pertama gw. Sebenarnya ini req dari lileclairee_ yup smoga lo suka bebs😂😂
Gmn menurut kalian?
Btw ini oneshoot. Ga tau deh klo nanti ada niat bwt prequel nya, hoho.

Enjoy, Comment, and Vote!! ;*

Dumbfounded || pjm + ksgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang