shhh..!

1.1K 108 7
                                    

Happy reading💕
Jan lupa voment yak🙇

Suatu hari di pertengahan musim panas, suga benar-benar membuat marah orang tuanya hingga mereka bertengkar hebat. Suga yang sedang dalam keadaan kepala panas memutuskan untuk kabur dari rumah. Ia mengajak jimin ikut serta. Jimin sangat mendambakan petualangan dan tawaran itu terlalu menggoda untuk ia lewatkan. Mereka mengepaki tas sekolah dengan barang-barang yang seorang anak kelas V SD butuhkan saat kabur dari rumah: jus, snack, dan komik. Setelah mereka makan malam di rumah mereka masing-masing, mereka menyelinap pergi dan bertemu di taman. Saat itu sekitar jam 8 malam, dan hei, mereka masihlah anak-anak! “Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya jimin kepada suga,mereka berdiskusi dan ternyata tak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan. Mereka akhirnya memutuskan bersembunyi di pondok kecil di tengah ladang. Mereka tinggal di sebuah pedesaan di wilayah Nagano dan kalau salah satu dari mereka meninggalkan desa kecil itu, maka mereka hanya akan dikelilingi oleh ladang dan sawah yang seakan tiada habisnya. Di tiap ladang, biasanya terdapat sebuah pondok kecil dimana para petani akan menyimpan semua peralatannya. suga dan jimin mengetahui sebuah pondok yang tampaknya terbengkalai dan tak terlalu diperhatikan orang. Dan akhirnya mereka memilih tempat itu menjadi base camp. kemudian mereka masuk ke pondok dan melihat-lihat “harta karun” apakah yang tersimpan di sana. Ada sebuah traktor manual (sebenarnya entah benda apa itu) dan tumpukan jerami yang nampaknya sempurna untuk menjadi ranjang mereka berdua malam ini. Suga menyalakan lampu Senter miliknya sambil menikmati snack yang mereka berdua bawa dan sesekali bertukar manga yang mereka baca. Mereka merasakan puas, Akhirnya mereka dapat mencicipi seperti apa kebebasan itu. Berapa lama suga dan jimin di dalam,yang pasti sudah cukup lama.Namun suatu saat di tengah malam, mereka mendengar suara yang aneh, asalnya dari luar. Suga dan jimin hampir melompat karena terkejut dan segera mematikan lampu senter. Apakah itu salah satu dari orang tua mereka? Ataukah itu pemilik pondok ini? Jimin bersembunyi di balik tumpukan jerami dan memelankan suara napas mereka berdua agar tak ada yang mendengar keberadaanya. “Sreeek ... sreeeek ....” terdengar suara yang aneh. Suara itu kedengarannya seperti sesuatu yang diseret di atas jalan berkerikil. “Sreeeeek ... sreeeeek ...” Apapun itu, ia sedang berjalan mengelilingi pondok. “Apa itu?” jimin berbisik dengan suara serendah mungkin. “Kurasa kita harus mengeceknya keluar?” tanya suga, yang entah bagaimana, lebih pemberani ketimbang jimin saat itu. Ia perlahan bangkit dan mengendap-endap mendekat ke jendela. Jimin yang berada di belakangnya melihat suga melompat ketakutan saat ia melongok dari jendela. Jimin ikut melihat keluar karena penasaran. Ada seorang wanita tua di luar. Punggung wanita itu bungkuk dan ia sangatlah kurus, sehingga nampak seperti tulang yang hanya terbungkus oleh kulit. Rambutnya yang putih sangatlah panjang dan tampak berantakan. “Si ... siapa dia?” bisik suga dengan suara pelan. Namun jimin sama sekali tak tahu menahu, sama seperti dia. Perempuan tua itu menyeret sebuah karung yang tampaknya terbuat dari goni. Karung itu tertutup oleh sebuah tali yang mengikat bagian atasnya. Karung itulah yang menyebabkan suara yang tadi mereka dengar. “Sial! Apa dia nenek sihir dari gunung yang anak-anak selalu takutkan itu?” dengan seketika mereka gemetar dan perlahan mundur dari jendela. Mereka hampir sampai di tumpukan jerami itu ketika tanpa sengaja suga menginjak sebuah sekop. Suaranya dentingan logam yang mengenai tanah berbatu langsung bergema di penjuru pondok, jauh lebih keras daripada yang mereka bayangkan. jimin melongok ke arah jendela dan melihat wanita tua itu berlari dengan kecepatan tinggi ke arah pondok dimana kami berada. Jimin segera menarik suga untuk bersembunyi di dalam jerami. “BANG!” Pintu pondok terdorong membuka tepat di saat mereka berhasil menutupi seluruh tubuh kecil mereka dengan jerami. Jimin menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar tidak mengeluarkan suara. “Siapaaaaaa.... yang ada di siniiiiiiiiiiii .......” suaranya terdengar parau dan serak. Matanya terlihat sekana bersinar ketika ia memandangi seluruh ruangan. “Aaaaaaaku tak akan menyakiti kaliaaaaan .... keluarlaaaaaaah ....,,”jimin hanya bisa melihat sedikit dari nenek itu dari balik jerami dan matanya memperhatikan karung yang ia bawa. Karung itu bergerak, seakan ada makhluk hidup yang dikurung di dalamnya. jimin hampir berteriak ketika melihat sesuatu mencuat keluar dari ujung karung yang terikat itu. Seutas tangan. “Masuk!” perempuan itu menendang karung itu dan mendorong tangan itu kembali ke dalam karung itu. Apapun yang ada di dalam karung itu, ia masih bergerak-gerak. Jimin pikir suga dan dia benar-benar akan mati malam itu. “Ahaaaaaa ... apaaaaa mungkin kalian di siniiiiiiiii?” ia mengambil sebuah garpu rumput yang besar dan mendekat ke arah mereka. Sebelum mereka sempat kabur, ia mulai menusuki jerami tempat ke tempat jimin dan suga bersembunyi dengan garpu rumput itu. Suga dan jimin menangis ketakutan dan berusaha mengelak dari serangannya. Jika saja tumpukan jerami itu tak cukup luas, pastilah mereka berdua sudah mati tertusuk saat itu. Mereka terus mundur ke arah dinding kayu dari pondok ini ketika jerami di depan mereka mulai membelah oleh tiap tusukan.mereka hanya berharap garpu rumput itu tak cukup panjang untuk menusuknya. Dan tepat ketika tak ada tempat bagi mereka untuk mundur .... “Ah, mungkin itu bukan apa-apa ....” tiba-tiba suara garpu rumput  dibanting begitu saja di tanah. Kemudian suara langkah kakinya segera menggema di dalam pondok, masih diikuti oleh suara karung itu saat diseret di atas tanah. “Sreeeeeek .... sreeeeeek ....” Suara itu makin menjauh dan menjauh. Bahkan ketika pondok itu kosong dan wanita tua menakutkan itu pergi, mereka tak mampu bergerak sedikitpun. “Ia sudah pergi, kan?” bisik suga. “Kurasa begitu ....” Namun tak ada seorangpun dari mereka yang ingin keluar dari tumpukan jerami itu. Mereka terus meringkuk di sana, sambil memikirkan apa yang mereka lakukan selanjutnya. Kemudian jimin mulai menyadari hembusan angin malam yang dingin di tengkuk-nya. Jimin menoleh dan menyadari ada sebuah lubang berdiamater 5 cm di dinding kayu tempat mereka bersandar. Pantas saja mereka sama sekali tak kehabisan napas di dalam tumpukan jerami tadi. Jimin mendekatkan wajahnya ke lubang itu untuk melihat keadaan di luar. “KAU KELIHATAN LEZAT UNTUK DIMAKAN, NAK!” tiba-tiba suara wanita itu terdengar tepat di depannya dan tangannya yang kurus tiba-tiba mencengkeram wajahnya dan mulai menariknya. jimin menjerit ketika hal itu terjadi. Bau kulitnya sangat busuk dan anyir. Seperti bau darah. Jimin tak ingat apapun semenjak kejadian itu. Jimin pingsan karena ketakutan. Ketika jimin sadar, mereka berada di kantor polisi. Suga juga pingsan saat itu dan terima kasih pada orang tua mereka yang melaporkan mereka, akhirnya beberapa polisi menemukan mereka di pondok itu. Mereka terlihat amat marah, namun suga dan jimin justru sangat gembira melihat wajah mereka. Jimin dan suga bersyukur bahwa mereka akhirnya selamat. Mereka menceritakan kepada orang tuanya tentang apa yang terjadi. Namun mereka bersikeras bahwa itu hanyalah mimpi buruk. Namun mereka tahu itu bukanlah mimpi. Sebab tangan nenek itu masih membekas di wajah jimin.















Next?

「Creppypasta」 ║ BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang