Neighbours

794 79 7
                                    

🙆
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🙇










Jin tak biasanya akrab dengan tetangga tetangganya. Hanya ada tiga kamar di lantai apartemennya, namun ia tak ingat kapan terakhir kali ia berbicara dengan yoongi dan hoseok. Jin sama sekali tak heran saat mengetahui mereka pindah. Namun ia terkejut mereka sama sekali tak memberitahunya tentang hal itu.

Tapi sudahlah, tetangga barunya namanya jungkook. Dari sekilas melihat kamar apartemennya, sebagian besar barang2 milik yoongi masih di sana. Ia rasa mereka meninggalkannya dan menjualnya bersama dengan kamar mereka. Keputusan yang tepat. Ia bayangkan pasti sangat merepotkan memindahkan furniture sebanyak itu.

Satu2nya hal yang baru adalah sebuah lukisan. Jin melihatnya tersandar di sofa saat dirinya berusaha mengintip ke dalam. Lukisan itu terlihat seperti peta yang kuno, tersusun atas bagian2 berbeda yang sepertinya melambangkan negara2. Setelah berpikir sejenak, tak hanya jungkook menggunakan sebagian besar perabotan yoongi, ia bahkan berpakaian sedikit sepertinya. Aneh bagaimana ia tidak begitu mengenal yoongi dan hoseok. Kau tahu lah, hubungan canggung para tetangga masa kini yang hanya saling menyapa ketika bertemu di lorong. Kadang kala mereka berjanji untuk mampir dan ngobrol, namun itu semua hanya basa-basi semata.

Jungkook berbeda. Ia datang malam itu juga, namun saat itu jin sedang bersiap-siap untuk keluar. Bahkan, jungkook datang hampir tiap malam. Karena ia sibuk di luar rumah, selalu saja ada alasan sopan baginya untuk menolak ajakannnya. Pada awalnya, jungkook hanya mampir untuk meminjam sesuatu. Dengan senyum lebar di wajahnya, ia akan berdiri di pintu jin dan meminjam gunting atau selotip.

Ia bahkan meminjam peralatan dapurnya. Dari bau masakannya sepertinya ia menggunakan kompor kecil yang biasa digunakan untuk kemping. Mungkin perusahaan gas belum menyambungkan saluran gasnya? Jin kadang menawarkan jungkook untuk menggunakan dapurnya, namun ia selalu saja menolak. Benar2 pria yang sopan. Namun walaupun jungkook terlihat baik dan ramah, jin harus mengatakan bahwa ia sedikit keras kepala.

Sejak pertengahan minggu lalu, ia datang tiap malam sekali atau dua kali, kadang bahkan sampai tiga kali. Ia juga mengundangnya untuk duduk2 di apartemennya.

Pertama ia mengajak jin melihat pertandingan olahraga di televisi, namun jin mengatakan kalau nanti hanya akan membuatnya bosan. Jungkook terlihat sedih dan kembali mencobanya beberapa jam kemudian, hingga jin akhirnya menjadi lelah menolak semua ajakannya. Akan tetapi, semua alasannya menjadi aneh dan lebih aneh. Ia mengundang jin melihat film, namun ia pikir hal seperti itu terlalu intim untuk seorang kenalan. Kemudian jungkook mengajak jin memasak bersama, namun saat itu jin sudah membeli makanan. Dan kalau boleh jujur, ia mulai merasa tak nyaman dengan semua ajakannya.

Mungkin karena jungkook terlihat sangat kesepian dan mencari teman baru di kota? Namun, jungkook terdengar seperti orang lokal. Bahkan, ia tampaknya lebih tahu tentang lingkungan ini, lebih daripada orang lain yang tinggal lebih lama dari dia! Jin harus membuat duplikat kunci, dan ketika ia bertanya kepadanya, ia menggambarkan jalur menuju toko kunci dalam cara yang tak pernah jin dengar sebelumnya. Tak seperti orang biasa – belok kiri disana, belok kanan disana – ia menjelaskannya dengan menggambarkan orang2 yang akan kutemui. “Pergilah ke jalan itu,” katanya, “dan ketika kamu melihat wajah seorang kasir yang gemuk, beloklah ke kiri.” Ia melanjutkan, “Ketika kamu melewati poster sebuah film dewasa yang membuat setiap laki2 malu melihatnya, beloklah ke kanan. Tokonya adalah satu-satunya toko dengan dua orang di belakang kasir, wanita yang sudah menikah dan pria muda yang terawa dengan enggan pada setiap leluconnya.” Dekripsinya benar2 membuat jin takut. Namun kenyataannya, ketika ia berjalan sepanjang rute tersebut, kata2nya masih terngiang di kepala jin, dan ia melihatnya benar2 terjadi. Waktu di mana wajah seorang petugas kasir yang gemuk, ada sebuah gang sempit di antara dua rumah – jalan pintas yang tak pernah jin perhatikan sebelumnya.

Ia bisa melihat bagaimana laki2 melirik poster film itu, wajah mereka menjadi sedikit memerah ketimbang biasanya. Dan pemuda itu juga tertawa mendengar lelucon sang wanita. Semua sama seperti yang jungkook katakan. Apakah manusia benar2 mudah ditebak? Apakah orang2 itu selalu melakukan hal tersebut? apakah orang2 yang berada di kasir itu selalu berdiri di tempat yang sama? Jungkook menjadi lebih keras kepala sejak saat itu, seakan ia sudah merasa bahwa ia mulai kehilangan kepercayaan dari jin.

Kemarin ia datang hingga tiga kali. Pertama, ia memintanya datang dan membantunya dengan sesuatu, namun jin sedang bersiap-siap mandi, kemudian jin melupakannya. Kemudian dia datang kembali, meminta apakah ia mau bermain Scrabble. Pertama jin mengira jungkook sedang bercanda, namun kali ini ia memiliki tatapan serius yang aneh. Jin hanya mengatakan bahwa dirinya sedang menunggu telepon yang penting. Ketiga kalinya adalah ketika ia sudah bersiap tidur. Entah bagaimana ia mendapatkan kesan bahwa jungkook berusaha masuk ke apartemen miliknya.

Jungkook masih ramah dan sopan, namun agak memaksa. Jungkook bahkan bertanya apakah ia bisa mengambil fotonya. Katanya untuk koleksinya. Jin mungkin agak kasar ketika menolaknya, namun ia hanya terlalu lelah untuk berurusan dengan seorang tetangga yang aneh.

Terakhir kali jungkook datang adalah hari ini, hanya beberapa menit setelah jin sampai di rumah. Ia sedang memasak, jadi dirinya tak terlalu yakin mendengar suara ketukan di pintu. Jin kemudian mendengarnya dengan jelas ketika jungkook mulai menggedornya. Ia memanggil nama jin. jungkook terdengar panik dan marah saat itu. Jin tak begitu mendengar dengan jelas apa yang ia katakan dan ia juga tak mengingatnya, namun beberapa kata terus terpatri dalam ingatannya. “Ayolah, kamu harus membantuku menyelesaikannya.” “Aku hanya butuh satu lagi.” “Ayolah, aku tahu kau di dalam.” Aku tak yakin mengapa aku tak membukakannya pintu saat itu, namun aku merasa itu adalah keputusan yang tepat. “Kumohon, aku benar2 membutuhkanmu.” “Kau harus membantuku! Tak banyak yang memiliki warna yang tepat sepertimu.”

Dengan setiap kalimat terucap, jungkook menjadi semakin marah.

“Aku tak punya banyak waktu!” “Kamu harus membantuku, tak peduli kau mau atau tidak!” Dan tepat saat jin hendak memanggil polisi, ia mendengar bunyi sirine. Jin langsung membeku di tempat begitu mendengar suara sirine itu makin keras dan menyadari bahwa mereka menuju ke apartemen miliknya. Sementara itu pintunya bergetar karena seseorang di luar sana berusaha mendobraknya. Kemudian jin mendengar teriakan di luar pintu, bel pintu berdering terus-menerus. Selanjutnya ia mendengar teriakan dan suara mengutuk, tepat di depan pintunya. Jin bahkan mendengar polisi berteriak mengenai suatu tuduhan pembunuhan. ia tak begitu mengerti apa yang mereka bicarakan, namun mereka mulai berbicara tentang potongan2. Potongan kulit. “Sebuah peta,” katanya pada dirinya sendiri, “Itu hanya sebuah peta.”






The End

「Creppypasta」 ║ BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang