tiga

11 2 0
                                    

Huh... pagi yang menyebalkan datang lagi, dan yang lebih menyebalkan adalah wanita ular itu ada di rumah sedangkan ayah sudah berangkat pagi-pagi sekali tadi. Jangan harap aku mau makan satu meja bersama wanita iblis itu, lebih baik aku makan di sekolah saja.

Wilona, wanita ular itu. Wanita yang membuat kedua orang tuaku bercerai dan membuat ibuku harus terkurung bersama orang-orang tidak waras itu. Meski ia telah menikah dengan ayahku tapi aku tidak akan pernah sudi untuk memanggilnya dengan sebutan ibu.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun aku langsung berangkat ke sekolah dengan diantar oleh pak Ibnu, supir pribadi yang memang khusus disiapkan untuk mengantarku kemanapun aku mau. Sampai dikelas, aku heran melihat bangkuku di penuhi banyak siswi-siswi yang berteriak histeris dengan sesuatu yang dikerubuninya saat ini.

" Zico, apa kau sudah punya pacar? "

" Zico, Dinner denganku malam ini ya? "

" Zico, please jadilah pacarku "

Kira-kira itulah kata-kata yang bisa kutangkap dari suara riuh siswi-siswi centil itu. Hmm... menyebalkan.  Daripada harus menerobos gadis-gadis itu lebih baik aku ke kantin. Namun belum sempat kakiku melangkah keluar kelas, sebuah tangan telah melingkari pundakku membuatku menghentikan langkahku dan segera menoleh kearah pemilik tangan kurang ajar ini yang seenaknya saja merangkul orang sembarangan.

" lepas... " belum sempat aku menyelesaikan kalimatku tapi pria gila ini sudah menarikku keluar kelas tanpa menghiraukan teriakan-teriakan siswi-siswi centil itu atau bisa ku sebut penggemarnya itu yang juga ikut keluar kelas mengejar kami.

Saat ini kami (aku dan cowok gila itu) telah berada di dalam lapangan basket indoor setelah berhasil kabur dari kejaran gadis-gadis gila itu.

" apa-apaan kau ini. Seenaknya saja menarikku dan membawaku kesini. Dan apa ini? Lepaskan tanganku " aku langsung meluapkan amarahku yang sudah kutahan sedari tadi. Aku masih tidak mengerti jalan pikirannya, kemarin dia menarikku secara tiba-tiba dan tadi juga begitu. Apa dia memang memiliki hobi ' suka menarik orang sembarangan ' .

" aku bilang lepaskan tanganku " ucapku lagi masih berusaha membuat tanganku lepas dari genggamannya yang sangat kuat dan dari tadi ia tak merespon ucapanku. Ia hanya terus menatapku dengan pandangan yang sulit ku artikan.

Karena tak mendapat respon apapun darinya, dengan kesal aku segera menggigit tangannya yang masih menggenggam tanganku. Biar tahu rasa dia.

" aw..  sshh.. hei. Apa kau gila ? Tidak bisakah kau bersikap lembut sedikit " bentaknya padaku sembari meringis dan meniup-niup tangannya yang tadi ku gigit.

" kau sendiri tadi yang menyeretku kesini, dan dari tadi juga aku sudah menyuruhmu untuk melepaskan tanganku, jadi jangan salahkan aku jika aku melakukan hal itu padamu " balasku dengan senyum mengejek padanya.

" kau tidak melihat gadis-gadis gila itu tadi mengejar kita. Jika aku tidak membawamu kemari kita akan habis dicakar sama mereka " ucapnya seolah-olah bangga dengan apa yang baru saja ia lakukan padaku.

" kita? Huh...? Mereka itu cuma mengejar-ngejar kamu. Lalu kenapa kau malah menyeretku bersamamu? Aku tidak akan ikut dikejar jika kau tak menarikku tadi " ucapku lagi. Kembali merasa emosiku naik saat mengatakan kalimat tadi.

" a.. aku hanya.. " ucapnya terbata-bata. Mungkin ia bingung untuk mencari alasan

" sudahlah, aku ingin ke kelas sekarang. Gara-gara kau, aku jadi melewatkan waktu sarapan pagiku. Sebentar lagi kelas akan di mulai, huh... menyebalkan "  ucapku berbalik untuk keluar dari lapangan basket indoor ini tanpa berniat melihat wajah pria itu lagi. Lagipula apa peduliku, gara-gara dia aku tidak sempat sarapan tadi dan semoga saja maagku tidak kambuh sampai jam istirahat nanti apalagi semalam aku juga tidak makan karena ada si wanita ular itu.

Because I Believe I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang