Saat sudah sampai kelas, Asya disambut dengan keadaan kelas yang kosong melompong. Iya kosong, bahkan meja guru pun belum terisi. Apa-apaan sih ini, batin Asya heran.
Saat Asya sudah duduk, baru saja ia duduk sekitar 5 detik. Tiba-tiba saja dari arah pintu kelas muncul gerombolan Wira dan kawan-kawannya— ada Jaja, Adit, Ridho, jangan lupakan ada Rafa dan Aden juga.
"Sya."
Asya menoleh, ternyata Wira yang memanggilnya. Wira tengah berdiri disamping meja Asya. Asya menaikan sebelah alisnya tanda ia bertanya 'kenapa'.
"I think i'm in love with you, so... Will you be mine?" ucap Wira cuek—tidak, jika kalian pikir Wira membawa bunga atau coklat—itu salah besar. Yang ada Wira disini hanya berdiri didepan meja Asya, sambil berbicara dengan lantang dan tampang yang sangat datar. Garis bawahi. Datar.
Asya heran, apa-apaansi Wira ini, kemaren sok nyuruh, sekarang nembak gajelas. Maunya apa.
"Apa-apaansi, galucuuu!" Asya berteriak menantang, dia bangkit dari duduk nya. Berdiri menantang Wira dengan tatapan tajamnya.
Wira yang sadar Asya marah, lantas berbisik,"Terima aja, ini cuma pura-pura. Cepetan." tegas Wira.
Asya yang mendengar itupun kaget bukan main, yang benar saja Wira ini. Gila emang.
Asya yang tadinya ingin menolak Wira pun, mendadak tersenyum—pura-pura senang dan malu— saat ia melihat ada Rafa pula didepan pintu, sedang menyaksikan Wira dan Asya saat ini—dengan muka datar, seperti menantikan apa yang Asya katakan.
"Yes Wirr, of course I will." Asya benar benar tersenyum miring.
Wira yang mendengar, lantas kaget. Bukan--bukan itu yang Wira mau. Ia hanya kena dare dari teman-temannya. Ia ingin bersikap sportif dengan menjalankan dare yang ada--sesuai peraturan mereka bersama.
"Kalau lo berani, tembak satu cewek siapapun didepan kita. Urusan yang lain gampang, kita yang ngurus." ucap Rafa menantang kala itu.
Aden yang memang usil kala itu, langsung berceletuk,"Asya aja wir, gue jamin dia ngamuk dah wkwk."
Aden tertawa setelah mengatakan itu."Yaudah." hanya itu jawaban Wira.
Aden cengo, tapi Rafa mendengus. Teman-temannya yang sedang tertawa pun terhenti. Wira mau? Segampang itu? tadinya memang niat Aden hanya iseng tak menyangka mendapat peng'iya'an secepat itu.
Wira lantas kembali berbisik, bingung harus bagaimana, "Lah? Ini cuma dare. Gausah baper." desis Wira seperti tidak suka.
Asya spontan mendengus, Wira pikir Asya bego apa.
"Gue juga udah tau. Gausah geer dulu kalau gue nerima lo. Udah sekarang lo balik aja, trus bilang kalau kita pacaran. Selesai kan? Asya tersenyum senang.Sekarang giliran Wira yang melotot tajam. Saat Wira ingin protes. Asya pura pura berkata 'sengaja sambil berteriak', "Yaudah, lo sekarang balik ke kelas aja Wir."
Wira bingung, serius. Apa-apaan sih Asya. Diakan cuma bercanda, kenapa Asya jadi begini. Ini semua gara gara Aden juga. Aden sialan, gumamnya.
Rafa sudah terlebih dulu berlalu sebelum Wira akan keluar dari kelas Asya. Tak lupa ia mengucapkan sumpah serapah lengkap dengan saudara saudaranya.
🍃🍃🍃Saat sudah sampai dikantin, bego nya Aden malah berteriak, "Woy, Wira sama Asya jadian. Makasih ye atas kerjasamanya. Kalian boleh jajan sebebasnya." Aden cengegesan sendiri.
"Anjing." umpat Wira kesal. Sekarang ia sudah berkumpul di meja sudut kantin. Katanya sih 'tempat strategis' Adit bilang begitu.
"Babi, ayam, dan juga kucing. Itulah nama nama hewan syalala." Aden melanjutkan umpatan Wira dengan nyanyian. Lantas teman nya terbahak. Seisi kantin menatap Aden heran. Aden itu spesies apa ya?
"Rafa mana ye, bukannya tadi sama kita?" ucap Jaja yang menyadari Rafa tidak ada bersama mereka.
Wira menaikan kedua bahunya tanda tidak tahu. Ia lantas lanjut menyantap jus mangga serta bakso yang sudah menggugah selera nya daritadi.
"Makanya nih ya, kalau punya pacar tuh disayang. Ini malah disia-siain. Kalau mau brengsek ya jangan setengah-setengah. Ini mah, pacar punya, doi dimana-mana. Pas pacaran selingkuh sana sini. Pas putus, liat mantan sama doi barunya, eh marah. Waras ya bro kalo pacaran. Jangan kebanyakan makan cilor makanya." ucap ceramah singkat Aden, sambil menepuk pundak teman nya satu satu. Ia mengelap matanya, pura pura terharu.
Mereka tertawa ngakak melihat tingkah Aden yang memang slengean. Gapernah serius.
Jaja yang sadar, Aden diam-diam akan merampas makanan mereka. Lantas saja melotot, lalu berkata "Makanya jangan kebanyakan nyomot sana sini ya mas. Jadi tambah gila kan." Jaja terkekeh setelahnya.
"Astaghfirullah, tega kamutu mas. Padahal tadi pagi uang belanja kan kurang, mau makan aja susah." Aden memelas sambil mendekati Wira yang masih saja fokus pada makanannya.
"Heh, diem nggak Den. Lo ganggu? Mau gue tendang?" ucap Wira galak, matanya mendelik tajam.
"Ampun mas ampun." ia berpura pura sujud dikaki Wira.
"Najis, hush hush. Gaada tulang disitu." ucap Wira datar--seperti biasa.
"Gini nih, yang sukanya bercanda mulu. Asal ngajak doinya serius gaberani. Sok sok ceramahin orang. Ngaca dulu lah bro. Doi diajak serius aja belum tentu mau." celetuk Jaja menepuk pundak Aden kasihan. Lalu setelah nya tertawa kencang, sampai ia memegang perut nya.
"Sialan lo Ja."
Saat asyik-asyik nya makan khusyu karena Aden berhasil dijinakkan—diam.
Tiba tiba dari pintu kantin, datang Pak Wawan lengkap dengan buku pelanggaran dan penggaris panjang kesayangan nya. Wira yang pertama kali melihat, langsung berkata, "Udah ayo cabut, ada bapak lo Ja."
"Kok bapak gue sih?" ucap Jaja tidak suka.
Perdebatan mereka terpotong karena mereka masing - masing sudah bubar jalan ke luar kantin.
"Hey, itu kalian. Kenapa ada di kantin heh? Apa kalian lupa ini masih jam pelajaran?" ia berteriak emosi.
Sementara yang lain sudah ingin selesai dan bergegas. Aden malah masih asik menikmati baksonya. Ia berujar, "Sebentar ya pak, saya masih laper. Kan kasian kalau nggak dihabisin. Nanti mubazir." Aden terkekeh.
"Banyak alasan saja kamu, cepat habiskan dan kembali ke kelas!" bentak Pak Wawan.
"Iya iya, bacot amat." Aden bergumam malas.
"Siapa yang kamu bilang bacot heh?"
"Ini pak, baksonya pak yang bacot. Minta saya abisin, padahal kan saya udah kenyang." kekeh Aden.
Pak Wawan geleng-geleng kepala sendiri.
Aden beranjak, tak lupa ia berucap ke pada Bu Kiyem—kantin langganannya, "Makasih ye bu, bayar nya nanti sama Wira katanya."
Bu kiyem yang sudah hafal betul bagaimana Aden, maklum. Untung ganteng kamu toh mas gumam Bu Kiyem yang dibalas kekehan oleh Aden.
"Dadah Ibu, dadah Bapak. Aden berangkat sekolah dulu ya.""Dasar Aden, Ada ada saja toh."
Pak Wawan pun hanya bisa diam sambil beristighfar.
🍃🍃🍃
Note :
⚫kata yang di italic itu berarti kaya semacam flashback gitu ya. Jadi kaya alur mundur gitu. Cuma mau ngasih gambaran aja sih sebenernya.
⚫maafin juga kalau banyak kata kotor, itu gak bermaksud serius. Emang karakter mereka gitu.
- xoxo ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Dire Au Revoir
Teen Fiction"Tunggu." Dia menoleh, namun hanya diam. "Thanks for everything. Now we've done?" Asya tersenyum sambil menahan tangis. Dia tersenyum-seperti dipaksakan. "Don't you wanna say something Wir?" Dia hanya terdiam sesaat, dan akhirnya berlalu. Lihat...