2

116 15 10
                                    

hallo gaisssssss, huaaaaaaaa, sebelumnya gua gapernah bisa buat ngepost kenapa yaaaaa:(((( kesel bat asli, berbulan2 eror gabisa nge post yaampunnnn:(( "kok lo malah curcol sih thor?" *tabok sandal*

bodo ah intinya happy readinggg ;))

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"bro, sakit gak tadi?"

"pasti sakit, orang kenceng gitu"

percuma lo nanya dia, liat aja tuh dia lagi ngapain" tunjuk Gilang kearah Reyhan.

Ya. Reyhan adalah cowok yang tadi pagi di tonjok perutnya oleh Vellic. Cowok keturunan Belanda yang anti terhadap perempuan. Dia bukannya gay ya, tapi dia hanya memiliki ingatan yang buruk, itu saja.

"weh bro, gausah bengong gitu napa. Mirikin apaan sih lo?" ucap Erik melempar bantal kearah Reyhan

"apaan sih lo ah"

"lo mikirin cewe tadi ya?" giliran Cakra bicara

"ya pasti lah. Kan cantik dia" jawab Gilang

"eh bro. gebet aja tuh cewek. Lagipula selama gue jadi temen lo, gue belom pernah liat lo deket sama cewek" ucap Gilang

"jangan-jangan lo.." Ucap Cakra menggantung

"enak aja lo" ucap Reyhan menoyor kepala Cakra "gue masih waras kali" lanjutnya

"anjir Cakra kalo ngomong" ucap Gilang sambil tertawa

"yakan siapa tau lo ada perasaan sama salah satu dari kita bertiga" ucap Cakra lagi

"sekali lagi lo punya pikiran gitu, gue bunuh lo"

"bwahahaha" tawa Gilang dan Eric bersamaan sembari melempar bantal kearah Cakra

"udah ah. Gue mau keluar dulu. Lo semua mau nitip apa?" ujar Reyhan kepada sahabat-sahabatnya

"cemilan aja yang banyak" ucap Eric

"yoi, jangan lupa minumnya" tambah Gilang

"terserah aja deh guamah" timpal Cakra

Lalu Reyhan pun mengambil jaketnya dan keluar. Dia tidak membawa mobil. Sengaja, dia sedang ingin berjalan di malam ini. Lagipula supermarketnya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya beberapa kilometer dari komplek tempat tinggalnya.

******

Aku duduk di bangku taman ini. Sendiri. Ya, lagipula aku baru tinggal disini, aku tidak kenal siapapun. Kakakku? Dia sedang kuliah di London. Orangtuaku? Mereka sibuk dengan dunianya masing masing. Malam ini cukup dingin. Aku bahkan sampai menggigil. Wajar saja. Aku hanya menggunakan celana selutut dengan baju lengan pendek serta sneakers, dan tak lupa pula rambutku selalu ku kuncir kuda, kecuali saat sedang sekolah. Entah itu hobi atau memang sudah kebiasaanku dari dulu. Aku memang agak tomboy, maklum aja, dari dulu aku selalu berusaha mengurus hidupku sendiri, sementara orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya.

Baiklah, sepertinya cacing di perutku mulai menagih jatahnya. Aku bangkit dari dudukku lalu berjalan kearah supermarket didekat taman. Setelah sampai di supermarket aku mulai memilih makanan yang akan kubeli. Mataku terus menyusuri setiap makanan yang berjejer rapi itu dan terhenti di satu sudut.

"yap! Coklat" ucapku pada diri sendiri. Aku berjalan mendekati tempat dimana coklat itu berada. Aku ingin mengambil coklat itu sebelum akhirnya ada tangan yang lebih dulu mengambil coklat tersebut. Aku mencoba mencari lagi dan ternyata itu coklat terakhir. Tidak! Aku yang melihat coklat itu duluan. Jadi itu milikku! Aku harus merebutnya.

"heh!" ucapku saat orang yang tadi mengambil coklatku berjalan ke kasir

Dia hanya menolehkan kepala, lalu berjalan lagi. Shit! Dia benar-benar membuatku kesal. Akhirya aku menarik tangannya sampai dia berbalik badan.

"eh. Kalo dipanggil tuh gausah so gitu!" ucapku marah

Dia hanya diam. Sambil memperhatikanku dari atas sampai bawah. Apa-apaan ini! Kurang ajar sekali dia menatapku seperti itu.

"balikin coklat gue!" ucapku

"coklat?" ucapnya dengan alis berkerut

"iya. Coklat yang barusan lo ambil. Balikin!" ucapku lagi

"siapa cepat dia dapat" ucapnya lalu kembali berjalan

Dia langsung menuju ke kasir, membayar belanjaannya, lalu keluar dari supermarket ini. Menyebalkan sekali. Aku lalu mengambil makanan apapun dan membayarkan ke kasir. Aku kembali ke taman tadi. Dari jauh, aku melihat seseorang duduk di tempat yang semula aku tempati. Aku pun mendekat

"sudah selesai berbelanja Vellichia?"

Deg!

Kantung plastik yang semula kupegang kini jatuh ke rumput didekat kakiku.

"apa lo terkejut?" ucapnya yang aku yakin pasti dia sedang menyeringai sekarang.

"ke.. ke..napa lo bi..sa ada disini?" ucapku terbata-bata

"karna lo" ujarnya cepat

"gue?" ucapku

"iya!" ucapnya berbalik menghadapku

"gue kesini buat lo. Gue mau lo tersiksa! Sama kaya apa yang gue alamin" ucapnya

"gue mohon. Itu gak seperti apa yang lo lihat. Gue bisa jelasin ke lo" ucapku parau

"gue gabutuh penjelasan apapun dari lo! Semuanya udah jelas!" ucapnya menahan tangis

"kita kan sa" belum selesai aku bicara dia sudah menodongkan pisau kearahku

"gue benci lo Vellic! Gue benci!" ucapnya berteriak

"gue mohon" balasku dengan suara menahan tangis

"stop! teriaknya gue benci lo mohon sama gue. Lo diem! Atau gue akan bunuh lo sekarang!" lanjutnya

Aku terkejut mendengar perkataannya yang terakhir. Apakah dia serius? Dia ingin membunuhku? Yatuhann. Aku sayang dia. Aku yakin dia juga sayang padaku. Mana mungkin dia tega membunuhku. Baiklah, aku akan mencoba

"please, gue bisa jelasin semuanya ke lo. Lo Cuma salah paham" ucapku

"diam vellic!" titahnya sambil menodongkan pisaunya lagi ke arahku

Aku terkejut melihat pisau itu. Apa dia benar-benar ingin membunuhku?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh Vellic!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang