Aku menatap heran manusia yang duduk di hadapanku. Memberinya tatapan horror seolah ia mengatakan kalau ada cewek lain yang lebih cantik dari Joy di sekolah.
"Lo... serius nggak pernah ke sini?"
Amza menatapku balik dan menggeleng, "Gue cuman sering denger namanya, tapi nggak pernah dateng."
"Lo seriusan nggak pernah ke Fable???"
Sebentar-sebentar.
Sebelum berpikir terlalu jauh, Fable yang kumaksud adalah kependekan dari Fat Bubble, bukan fable yang itu. Fat Bubble adalah restoran dessert tempat tongkrongan wajibku setiap kali datang bulan. Makan bermangkuk-mangkuk es krim sampai gigi ngilu adalah cara seorang Joy survive dari serangan menstruasi.
Dan entah mengapa, tiba-tiba saja Amza mengajakku mampir ke sini sebelum mengantarku pulang. Seolah-olah dia bisa membaca pikiranku.
Selain tempatnya yang cozy dan dekorasi imut, Fable juga tempat yang cocok buat berburu gosip. Mengingat letaknya yang tak jauh dari sekolah, Fable sudah menjadi sekolah kedua bagi sebagian besar anak.
Posisi paling enak adalah di sofa pojok, di mana sosokku sulit dilihat tapi aku bebas mengamati semua orang yang ada. Kalau sudah begitu, aku bisa asyik menonton interaksi para pengunjung Fable hingga berjam-jam lamanya. Mencatat informasi gosip terbaru seperti perselingkuhan di salah satu meja Fable, pedekate tragis di lantai dua Fable, atau sesederhana pernyataan cinta di depan kasir Fable (yang satu itu beneran kejadian, cuman di tolak karena Sherin bilang dia sedang kena demam Yoo Sijin akut. Sungguh sebuah alasan yang tidak masuk akal, ck ck ck).
Maksud dari uraian panjang lebarku di atas adalah menggambarkan betapa dekatnya Fable dengan SMA-ku sampai-sampai aku berani bertaruh bahwa semua anak di sekolah pasti pernah ke Fable sekurang-kurangnya lima kali dalam sebulan.
Pernyataan yang rupanya kurang tepat karena Ketua KIR kita ini terlalu sibuk meneliti bintang-bintang daripada makan grass jelly.
"Kalo gitu lo balik sekolah ngapain? Jangan bilang ke lab!"
"Paling ngurus KIR, atau ya balik. Gue nggak se-nerd itu kok sampai stay lama-lama di lab hahaha."
"Dan lo nggak pernah sekali pun terbersit buat dateng ke Fable??"
"Nggak tertarik," jawab Amza mengangkat bahu kasual.
Aku menganga mendengar jawaban singkatnya. Bentar-bentar, memangnya ada manusia di dunia ini yang bisa hidup tanpa Fluffy Ice-nya Fable?? Aku bisa ngamuk tujuh hari tujuh malam kalau lidah ini tidak mencicipi Fluffy Ice tiap minggu!
Sumpah ya, Amza Adhitya adalah cowok paling kaku yang pernah aku kenal! Rory yang dingin macam es balok saja masih pasrah-pasrah saja kutarik paksa ke Fable (dan berujung tergila-gila sama Paket C3, tapi jangan bilang siapa-siapa).
Amza sudah berhenti memandangiku dengan tatapan memangnya-kenapa dan mengamati interior Fable dengan penuh minat. Mau tak mau aku jadi sedikit prihatin dengan gaya hidupnya. Pasti membosankan sekali langsung pulang ke rumah dan tidak melakukan apa-apa.
Hmm, mungkin aku bisa mengajaknya main sekaligus mengorek identitas Hermes Girl! Ohoo, ide bagus, Joy!
Pesanan kami tak lama datang. Fluffy ice matcha dan Paket A2. Aku baru saja hendak menyendok saat menyadari Amza mengamatiku dengan tatapan janggal. Hhh, ada apa lagi, sih? Jangan bilang dia nggak tahu bentuk grass jelly?!
"Apa?"
Amza hanya mengerjap, tapi tak menyahut. Tsk, bikin emosi, deh. Tubuhnya kaku banget, sebelas dua belas sama papan tripleks.
YOU ARE READING
Hermes Girl
FanfictionReputasi Kejora April Y. sebagai Ratu Gosip bisa rusak bila ia tidak menjadi orang pertama yang tahu siapa pencuri hati seorang Amza Adhitya.