SATU

602 37 34
                                    

"Latihan hari ini telah selesai, terima kasih atas partisipasinya udah mau datang untuk latihan. Assalamu'alikum warohmatullahi wabarokatuh." Suara pelatih ekskul Taekwondo terdengar indah di telinga siswa kelas X yang belum mendapatkan sabuk. Merekapun serentak meninggalkan lapangan dengan wajah sumringah, adapula yang mengelus-elus daerah tubuhnya yang sakit akibat peregangan otot. Berbeda dengan siswa kelas XI yang tampak biasa saja, mungkin karena sudah sangat terbiasa dengan latihan ini. Ara, meninggalkan lapangan setelah merasa lapangan lumayan sunyi, ia tidak suka berdesak-desakan seperti kerumunan bebek digiring mencari makan. Dengan handuk kecil berwarna putih menggantung di lehernya, Ara berjalan menuju pinggiran koridor kelas dan duduk di sebuah tempat duduk seringgi 50cm yang menjadi pembatas antara koridor dan lapangan. Di sana sudah ada yang menantinnya.

"Keren banget kamu tadi, tendangannya tinggi!" seru Reyhan, yang belakangan ini telah menjadi kekasihnya.

"Alah, b aja. Lebay kamu," sahut Ara sambil mengelap sisa-sisa keringat yang ada di leher dan pelipisnya.

"Nih minum dulu, pilih aja mau yang mana." Reyhan menyodorkan 2 botol minuman berbeda, 1 adalah minuman milk tea dan satunya lagi adalah air mineral.

"Ini aja deh, yang manis-manis biar seger." Ara mengambil sebotol minuman milk tea.

"Manis kayak kamu yah?" goda Reyhan dengan senyum centilnya.

"Hahaha! Ada-ada aja sih," tangan Ara meraih tutup botol dan memutarnya, kemudian meneguknya sampai lehernya terasa segar dan sejuk.

"Alah-alah... mesra amat sih tuan putri ama si brandalan," seseorang datang menghampiri mereka yang tengah asik bercengrama menikmati langin yang mulai menampakkan warna-warni senja.

"Yang, pergi yuk ada pengamen kaleng rombeng dateng. Maklum, gada recehan." Reyhan menarik tangan Arad an membawanya menjauhi Andry, teman akrab Reyhan yang baru saja datang.

"Sa ae lu tutup botol!" Sahut Andry kemudian duduk di tempat bekas Reyhan. "Makasih air minumnya!" teriak Andry dengan mengangkat sebotol air minum yang masih tersegel milik Ara tadi.

Andry berniat meminum air mineral anugrahnya. Setelah membuka penutup botol dan mengarahkannya ke mulutnya yang kering karena haus, sebuah tangan pun menyambar dengan sigap.

BYURRR!!!

"Lain kali modal!" teriak Reyhan, yang baru saja menyambar air mineral yang sedikit lagi menyentuh mulut Andry.

"Ih bego ye lo. Liat noh, aer lu tumpah! Itu sebotol harganya lima ribu, berarti lo udah rugi sekitar Sembilan ratus perak," sahut Andry menunjuk air yang tumpah membasahi lantai koridor dan kemejanya, "coba tadi masuk perut gua, ga bakal rugi lo," lanjutnya.

"Lebih rugi kalo masuk perut lo, sih." Jawab Reyhan kemudian berlalu setelah mengetuk kepala Andry dengan pantat botol, menyusul Ara yang sudah menunggunya di parkiran.

###

"Assalamu'alaikum." Ara memasuki pintu utama rumahnya dan langsung menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Setelah melepas tas dan sepatunya, ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari rasa lengket akibat keringat.

Menghabiskan waktu sekitar 30 menit, Ara kemudian keluar dari kamarnya dengan baju kaos dan celana pendek serta balutan handuk di kepalanya. Gadis itu menuju kamar mamanya di lantai satu.

"Mama...," panggilnya, sebelum membuka pintu coklat tersebut. Jemarinya terangkat menggenggam tangkai pintu dan menekannya. "Ma, sibuk gak?"

"Nggak, kak. Ada apa?" balas Ratna, mama Ara, yang tampaknya sedang bersantai sambil baca majalah fashion.

I Saw YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang