DUA

237 22 19
                                    

Sebuah tangan mungil merangkak menyusuri kasur hingga menyentuh nakas kecil di sebelahnya, terasa rambatan getaran dari alat pembangun sejuta umat. Dengan lembut ia menekan tombol pada jam weker tersebut untuk menghentikan dentingannya. Ara mengambil ponselnya yang terletak di dekat jam weker tadi, melihat beberapa notifikasi dan mengecek sejumlah updatean pengguna instagram kemudian menekan tombol hati untuk beberapa foto yang ia suka, lalu beranjak dari kasur dan melangkah ke kamar mandi.

#

"Pagi, mamah," sapa Ara yang dilanjutkan dengan mengecup kedua pipi Ratna.

"Dek, selai itu dong ambilin," pinta Ari.

"Nih, rotinya sini bagi aku," balas Ara, "sama itu tuh, nutella siniin juga," lanjutnya, "eh itu juga deng meises sama susu kental manis, hehe." Tambahnya.

"Lu sarapan apa sahur dah? Takut amat kelaperan lu, bulan puasa aja belom," cibir Ari sembari mengambil keperluan sarapan adiknya. Ara hanya tersenyum kemudian menoleh ke arah lain.

"Eh, mah. Masa ya aku mimpi ketemu cowok di perpustakaan sekolah. Tapi aku gakenal dia siapa, terus ya dia maksa gitu duduk semeja ama aku," cerita Ara tentang mimpinya, tangannya sibuk menggunting pinggiran roti hingga berbentuk hati, bintang, segitiga, dan persegi. Sisa guntingannya diserahkan ke piring Ari.

"Eh? Loh? Tiap pagi aja dek kek gini, ntar gua gembrot, makin cakep, fans makin banyak, lu gabisa nyaingin gua ntar," ucap Ari, dengan menyisir rambutnya kebelakang bak iklan shampo yang di perankan oleh Christiano Ronaldo. Ara hanya memberi satu telunjuk di depan bibirnya, kemudian Ari terdiam.

"Terus ya, dia bilang mau ngomong sesuatu! Tapi alarmnya bunyi jadi dia gajadi ngomong deh. Kira-kira mau nanya apa yah?" Gigitan pertama pada rotinya terasa belum pas, ia pun menambahkan meises dan susu kental manis.

"Dek, gak enek?" Tanya Ari yang lagi-lagi dijawab dengan telunjuk di depan bibir Ara. Ia diam. Elus dada.

"Cakep gak, dek?" Tanya Ratna yang dari tadi sibuk mendengar cerita anak gadis pertamanya sambil meletakkan gelas susu di sebelah piring makan kedua anak remajanya itu.


"Hmm..., ga juga sih... eh gatau ah, abis aku ga terlalu merhatiin juga." Ara kembali menyantap sarapannya.

"Mah, Ira ga sekolag?" Ari beranjak ke dapur untuk meletakkan peralatan makannya yang telah ia gunakan.

"Dia kan masuk jam 10, makanya kemarin pulangnya ke sorean karena abis sekolah dia main di rumah tante Rita dulu," jelas Ratna "buruan, dek udah mau jam stengah tujuh tuh, nanti macet," lanjutnya.

#

*biip biip*

Dering notifikasi pesan membuat Ara menarik ponsel itu dari saku kemejanya.

Reyhan♡
Dimana, yang?

Ara
Masih di jalan, 5 menit lagi nyampe.

*read*

Reyhan♡
Sip deh! Aku lagi di kantin bareng anak-anak yah. Buruan gih, bentar lagi bell loh.

Ara
Iya, tunggu udah deket kok.

*read*

I Saw YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang