Bab 4

13 7 5
                                    

Jatuh cinta sendirian itu hal yang melelahkan dan perlu pengorbanan serta air mata

🌼🌼🌼

Sebuah foto candid saat sedang memasukkan bola basket kedalam ring milik Fero berhasil di abadikan Viona. Viona duduk di bawah pohon bersama Tania dan Maura. Mereka menonton basket, dengan duduk dibawah pohon untuk berteduh dari panas matahari yang menyengat dan membakar kulit.

"Viii!! Tolong fotoin Gilang pas lagi candid. Tapi dia sendiri ya? Jangan kaya kemaren" ucap Tania sambil mengibaskan kipas kertas yang dibuatnya dikelas dan selalu dibawanya setiap hari.
"Bentar. Kak Fero dulu" ucap Viona
"Hmm.. Okeoke" ucap Tania
"Rempong banget lo pada punya doi" ucap Maura yang daritadi asik dengan siomay dan es teh yang sempat dibelinya dikantin tadi sebagai cemilan menemani sahabatnya menonton basket. Ralat, menonton para pujaan hati mereka.

"Yass" satu foto lagi berhasil diabadikan Viona pada saat waktu yang baik. Viona tersenyum puas melihat hasil fotonya.

"Gilang dong, ntar lo kirim lewat line. Oke?" ucap Tania
"Hm. Mau berapa?" ucap Viona
"Terserah lo aja deh,," ucap Tania
"Bentar" ucap Viona sambil mengedarkan pandangan pada pemain basket untuk mencari Gilang.
Setelah mendapat beberapa foto milik Gilang, Viona memperlihatkannya pada Tania "Segini cukup?" ucap Viona. Tania mengangguk dan tersenyum puas.

Viona masih tetap duduk dibawah pohon bersama Maura dan Tania. Mereka akan tetap duduk disitu sampai selesainya latihan tim basket putra. Sambil menunggu, Viona mulai membuka sosial media dan menstalking Fero. Viona sudah sangat sering menstalking Fero, apalagi lewat sebuah aplikasi 'instagram'.

Mulai dari melihat satu persatu foto tentang Fero, melihat isi komentar pada postingan Fero, sampai terkadang Viona juga menstalking akun yang memposting foto dengan menandai akun Fero. Bahkan, Viona hampir hapal susunan foto, komentar dan pemilik akun itu. "Gila gila gila, parah. Ngga ada kerjaan lain apa lo ya? Stalking mulu, cinta itu dikejar bego. Bukan di stalking, kalo lo stalking terus tanpa ada usaha sama aja bro" ucap Maura yang menangkap basah Viona sedang membaca isi kolom komentar

"Gue itu bingung ra,, gimana ngejar Fero. Secara dia itu kakak kelas, dan lumayan famous emang sih kak Fero itu ngga seterkenal kakak kelas yang lain. Tapi kebanyakan isi sekolah ini tu kenal sama kak Fero, lo liat aja ni. Banyak kan yang foto sama dia" ucap Viona sambil menyodorkan ponselnya. Maura mengangguk mengakui hal itu.

"Nah, dan kayanya yang lagi di kejar sama kak Fero itu. Mm.. Ini deh. Steffani Aurelia. Kak Steffi" ucap Viona sambil menunjuk salah satu foto pada postingan sosial media Fero.

"Kak Steffi? Dia juga kan ngga terlalu hits banget di sekolah ini. Tapi, yaaa.. Setara lah sama kepopuleran kak Fero" Maura sempat terkejut dengan hal itu, entah kenapa hatinya seakan terkejut mendengar pernyataan sahabatnya itu namun dengan cepat Maura menetralkan kembali suasan dan mimik wajahnya.

♥♥♥

Kini Viona, Tania dan Maura sudah selesai menonton pertandingan basket. Dan sekarang mereka di area halaman sekolah. Hanya berdua, Viona dan Maura. Dan Tania? Gadis itu pergi berdua untuk memanfaatkan suasan jam kosong.

"Vi,, gue baru inget.. Soal.. Kak Fero sama kak Steffi" ucap Maura membuka pembicaraan.
"Kenapa?" Viona menatap Maura dengan serius.

Maura membuang napas secara perlahan "Gue baru inget,, kalau kak Steffi itu anaknya kakak nyokap gue" Secara perlahan Maura mengucapkan kalimatnya, takut menyakiti sahabatnya

"Hah?! Jadi?" ucap Viona hampir histeris
Maura mengangguk lemah,, "She is my cousin"
"Yang serius lo mahh,, suka ngarang" ucap Viona masih tidak percaya
"Elah,, ngapain gue bohong? Ini soal perasaan dan pengorbanan say" ucap Maura
"Owh.." ucap Viona santai, dengan nada tak niat untuk melawan atau mencari tau lebih dalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang