Ketika dua orang diam-diam saling melempar pandang, maka apakah alasan di balik itu?
Kami ingin saling menyapa, tapi tak bisa.
Kami bersuara, hanya tak terdengar.
Tatap mata itu sudah lebih dari kata-kata.
Kata yang mengudara tidak sekedar menembus telinga, tetapi masuk jauh menusuk jiwa. Menyapa raga yang tak tersentuh, merangkul hati yang rapuh.
Kita mungkin terlihat dekat, tapi nyatanya begitu jauh.
Ada batas yang tak terlampaui, batas yang tak mungkin dilewati; masa lalu dan kenyataan.
Masa lalu menghentikan langkah kami dan kenyataan menjadikan kami berdua budak yang tak bisa memberontak. Kami tak lagi bisa maju atas dasar rasa saling menghargai meski hati berteriak menginginkannya. Bersamaan dengan itu, cerita demi cerita terus terangkai menjelma kisah yang tak bisa dihapus salah satu bagiannya. Hingga akhirnya tanpa kesepakatan, ia dan aku memilih untuk melupakan.
Musim terus berganti dan kami bertemu lagi.
Tidak ada sapa, tidak juga dengan canda.
Tapi dua pasang mata itu bertemu, kali ini dalam keramaian. Meluapkan emosi tentang bagaimana selama ini menahan rindu yang tak pantas. Begitu tajam dan penuh keresahan.
Lantas siapa yang mencari siapa? dan siapa yang dicari siapa?
Sekian lama, kami masih sama-sama mencari. Kami masih sama-sama ingin ditemukan. Tapi sekali lagi, kami tak bisa mengubah apa yang tlah terjadi atau kembali pada awal cerita saat pena belum menyentuh kertas.
Kami.
hanya.
tidak bisa.
Pada hari itu, kami memilih tetap bungkam hingga waktu yang tak ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA yang Tak Pernah Nyata
PoésieSemua orang berhak berkata "aku mencintaimu", tapi tidak denganku, karena hidup tak pernah memberiku kesempatan untuk mengatakan, bahkan sebelum aku mulai menyadarinya.