At Least I Think I Do

6K 366 4
                                    

Warning: fic ini gak masuk akal sama sekali. Ini ditulis berdasarkan fakta kecil yang lucu dan dikembangkan oleh logika tidak logis saya jadi pasti aneh.

Enjoy!

***
  
  
 


Terima kasih Tuhan, hari ini bukan hari Senin.

Sekarang pukul sepuluh lewat tiga belas menit. Jungkook terlambat tapi dia tidak peduli. Dia berjalan melewati koridor kampus dan berhenti saat dia sampai di depan lift.

Kelasnya berlangsung di lantai sembilan. Meskipun Jungkook benar-benar benci kecoa, terutama yang sedang terbang, dia lebih benci menunggu. Dia sangat benci menunggu.

Jadi, dia menaikan volume iPhone-nya lebih keras. Beberapa gadis bergosip sekitarnya dan dia kesal. Duh. Gosip hanya akan benar jika dia adalah orang yang melakukannya. Jadi, tidak. Tidak untuk gadis yang bergosip di pagi hari, please. Terutama tentang anak laki-laki. Tidak. Dia tidak peduli pada anak laki-laki sama sekali.

Dia sedang mengincar seorang kakak kelas yang lucu bernama Hoseok. Dia adalah seorang senior lucu yang berada di tahun terakhirnya. Berita buruknya; Hoseok akan segera lulus dan selain senior lucu itu, dia tidak tertarik pada anak laki-laki lain. Tidak, terima kasih. Itu hanya akan memberikannya sakit kepala.

Setelah terasa hampir satu dekade, lift terbuka. Dia masuk dan bersandar di biliknya.

Sialan. Hari ini tidak akan menjadi lebih membosankan lagi, kan? Ini hanya awalnya dan dia sudah memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhirinya.

Kemudian, dia menatap beberapa orang yang masuk dan keluar sampai dia mencapai lantai sembilan. Dia dengan cepat keluar dan langsung pergi ke kelasnya.

Oke. Bagus sekali. Tak satu pun dari teman-temannya berada di sana. Mereka semua malas.

Dia duduk di kursi di belakang. Dia mulai membuka bukunya dan sebagainya. Butuh waktu hampir lima menit sampai dia memutuskan untuk mengirim teman-temannya pesan singkat penuh makian tapi kemudian sebuah suara menghentikannya, "Bisakah kau meminjamkanku headset?"

Dia tidak yakin apa yang orang di depannya bilang sehingga dia bertanya, "Apa?"

"Bisakah aku meminjam headset-mu?" ulangnya.

"Oh, hands-free? Tentu." Dia menyerahkan earphone-nya pada orang itu dan kembali menatap ponselnya.

Temannya akan mati sebentar lagi. Dasar pemalas. Kenapa mereka semua bisa jadi temannya? Kemudian, dalam sepuluh menit berikutnya, dia sibuk mengirim pesan untuk teman-temannya.

"Ini rusak?" Suara itu sekali lagi menghentikannya.

"Ya, aku lupa untuk memberitahumu." Dia berkata dengan senyum mengejek. Jungkook punya dua earphone, tapi tentu saja dia tidak akan meminjamkan yang satu lagi.

Dia kembali mentap ponselnya. Sialan. Teman-temannya masih di rumah. Sudah hampir sepuluh lewat tiga puluh! Ugh.

"Hahaha," Orang itu tiba-tiba tertawa senang. Apa-apan sih? Apa dia gila?

Jungkook tidak memberi respon apa-apa terhadap orang itu. Dia tetap menatap ponselnya. Paling hanya orang gila yang bosan belajar terus-menurus.

Sebenarnya Jungkook tidak kenal siapa-siapa di kelas ini. Kelas ini hanyalah matakuliah umum yang harus diambil setiap mahasiswa agar, "Mahasiswa jurusan mana pun mengetahui ilmu-ilmu dasar." Ew. Jungkook benci alasan itu. Alasan itu selalu diutarakan dosennya setiap kali dia protes.

Vouloir (TaeKook)Where stories live. Discover now