Kueratkan coatku untuk menutupi tubuhku, sedari tadi aku hanya melangkah layaknya seseorang yang tidak tau tujuannya sendiri.
Entah kali ini aku merasa ada yang berbeda, sudah tiga hari belakangan ini, gerald terus menanyakan keberadaan kameraku. Kamera kesayanganku. Aku sendiri tak tahu keadaan kameraku sekarang.
Tapi yang tidak bisa membuatku berfikir, mengapa gerald selalu menanyakan kameraku, dan disaat aku menanyakannya ada apa. Dia pasti selalu pergi begitu saja. Seakan mengindar dari pertanyaanku.
"Huftt" kubuang nafasku dengan berat.
Kududukkan diriku di kursi ini.
Wait
Ini bukan kursi, melainkan sebuah batang pohon besar yang tumbang, dan bisa kulihat disebelah batang pohon ini, terdapat pohon besar yang sangat tinggi, berdiri dengan kokohnya. Kujelajahi pemandangan sekitarku, 'kenapa aku bisa disini?' Tanyaku pada angin yang berhembus kencang yang dinginnya menusuk tulang. Ini sebuah lahan besar yang tertutupi tebalnya salju. Yang dipinggirnya terdapat pepohonan.
'Berjanji lah untuk mencintaiku selamanya'
Kuedarkan pandanganku disekitarku, yang kudapatkan hanyalah lahan kosong dan beberapa pohon yang sudah tertupi salju.
Suara itu, entah aku teringat sesuatu. Damn, pusing dikepala ku mulai kembali.
Aku berjanji disini aku hanya sendirian, tak ada orang lagi. Tak ada siapa-siapa aku berani bertaruh, tempat ini tidak diketahui siapapun. Ya mungkin hanya beberapa orang, karena ini letaknya sangat jauh dari jalan raya. Lalu itu suara siapa? Tapi suaranya tidak asing.
'Mungkin hanya suara pikiranmu calleey' ucapku pada diriku sendiri, sambil berbaring di atas batang pohon ini.
Tak terasa air mataku sudah memenuhi pelupuk mataku, membuat penghlihatanku menjadi buram.
'Aku merindukanmu, J. Aku merindukan tawa mu disaat kau menggodaku sampai aku menangis. Aku merindukan pelukan dari abangku. Dia yang selalu mengintrogasi lelaki yang berada di dekatku. Yang berjanji akan melindungiku' batinku
'Tetapi semua kebaikanmu hilang begitu saja, ternyata itu hanya akal-akalanmu saja, buktinya kau rela membunuh aku, adikmu, serta kedua orang tua kita. Demi sebuah harta'
Sungguh kejam bukan hidup ini?
Seorang gadis berumur 17 tahun, yang sudah tidak mempunyai keluarganya lagi.
Mungkin kalian aneh bukan mengetahui umurku 17 tahun tetapi aku sudah kuliah?
Ya, aku sering melompat kelas dari dulu, karena katanya aku cerdas.
Aku hanya dapat menikmati udara dingin yang menusuk tulang ini, tidak peduli akan akibatnya nanti.
***
'Shit hari ini lebih dingin dari kemarin' protes lelaki ini, yang terus berjalan menjauhi jalan raya utama ini. Memasuki pepohonanan yang menutupi lahan ini.
Lelaki ini tercenggang. Dengan apa yang lihat di depannya.
Tak terasa ia mengulas senyum di wajahnya.
'Kau kembali' kata itulah yang berada di hatinya.
Tunggu tetapi mengapa gadis ini tidak bergerak, dan mengapa mukanya sangat pucat. Dia pun mendekati gadis ini, dan menyentuh wajahnya.
"Shit! Kau kedinginan. Betapa bodohnya dirimu!" Kata lelaki ini, langsung menggendong gadis ini dan memasukannya kedalam mobilnya. Dan melaju cepat.
***
"Aku mencintaimu, dan akan selalu seperti itu" terdengar kata-kata ini lagi ditelingaku. Kubuka mataku, tapi sayangnya cahaya ruangan ini sangat menusuk mataku. Dengan paksa kubuka mataku sambil mengerjapkannya beberapa kali untuk membuat pandanganku jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now ( Harry Love Story )
Fanfiction[Indonesian Fanfiction] Calleey, gadis yang kehilangan ingatannya, hidup di dalam kebohongan. Apakah saat ingatannya kembali ia akan mengetahui kematian kedua orang tuanya? bagaimana dengan seorang superstar bernama Harry Styles yang dulu menjadi k...