Dimas

10 1 0
                                    



Ini hari senin dengan semangat penuh untuk mendapatkan hati Reynald. Ia yakin dengan kata Lia, tidak peduli apa reaksi Rey nantinya, ia sekarang hanya harus mencoba. Hari ini Diana berangkat kesekolah pagi-pagi sekali. Rey anak yang rajin, jadi dia berpikir, setidaknya mulai sekarang ia harus berusaha Ontime disetiap hal.

Diana tiba di sekolah [ada pukul 06.10, sekolah masih dalam keadaan sepi. Dan gelap. ia melangkah menuju kelas dengan sedikit ragi, apa ini masih terlalu pagi? pikirnya dalamhati.

Diana sedikit terkejut ketika melihat seorang laki-laki yang sedang duduk santai dipojok belakang. Bukanya gadis itu terkejut karena dia laki-laki atau apa, melainkan dia adalah Dimas . Dimas dikenal dengan aksinya yang badboy, dia terkenal di angkatan , dikejar banyak kaum hawa, dan bisa dibilang bahkan cukup berantakan.

Diana selalu berpikir, entah apa yang dilihat gadis gadis diangkatan mereka dari sosok Dimas yang seperti itu. 3 bulan sudah dia berada dikelas XI, selama itu pula lelaki bernama Dimas itu sekelas dengannya, dan selama itu Diana baru tau anak laki-laki seperti Dimas bisa datang paling pagi seperti ini, dan selama berbulan-bulan itu juga ia tidak telalu menghiraukan sosok Dimas memang ada di kelas ini. Menurutnya, tipikal cowok seperti dia hanya akan membuat nama kelas ini jadi ditandai guru-guru.

"Ngapain lo pagi-pagi gini?" kata Diana berusaha memulai pembicaraan dengan ogah-ogahan.

"Main bola" jawab Dimas singkat. Lelaki itu kemudian memantul-mantulkan bola basketnya menuju keluar kelas

"Eh, lo mau kemana?" Dimas tak menoleh, apalagi berhenti. Langkahnya cepat beriringan dengan bola yang terus ia pantulkan.

"Lo kenapa ngikutin gue? lo juga ikutan naksir gue?" Tanya Dimas dengan penuh percaya diri sambil ketawa cekikikan, ia sadar Diana berjalan mengekor dibelakangnya.

Gadis itu bersaha menahan untuk memutan bola matanya. Tapi untuk pertanyaan Dimas ia tak berkata apapun untuk sementara waktu. Ia diam, berusaha mencari kata untuk menjawab dengan tepat. Dimas berdeham, menunggunya berkata sesuatu.

"Gue.. Achluophobia" Diana tak berkutik, Dimas juga tiba-tba jadi diam, menatap gadis itu beberapa saat, kemudian kembali mengalihkan perhatiannya pada bola. Sementara Dimas terus saja memainkan bola basket itu kesana-kemari, Diana memilih duduk dipinggir lapangan. ia menyesal telah mengatakan kebenaran bodoh itu kepada Dimas. Gadis kita ini hanya bisa berdoa lelaki macam Dimas tidak akan menggunakan kelemahannya itu untuk mengganggunya dihari-hari mendatang.

Pukul 06.45 ketika DIana meninggalkan Dimas dilapangan, sekolah kini beranjak terang dan ramai. Ia melewati lorong panjang menuju kelas. Diana kemudian menggigit bibir ketika melihat Reynald berjalan menuju kearah gadis itu.

Sementara Diana gugup, kedua tangannya tak berhenti saling menggenggam erat, ia mencoba menepati janji yang telah ia buat untuk dirinya sendiri. Pandangan merek bertemu. Diana mencoba senyum terbaik yang ia punya, berharap lelaki itu membalas dengan cara yang sama .

Hingga mereka berpapasan, Rey hanya memandang dengan wajah datar tanpa respon. Kakinya tetap melangkah melewati DIana tanpa ragu. Apakah ia benar-benar tidak melihatku? pikir gadis itu.

Ia menarik nafas panjang dan terus berjalan menuju kelas. Tidak, ini bahkan belum dimulai, katanya kembali dalam hati mencoba tak kehilangan semangat yang masih membara 15 menit yang lalu. Ketika memasuki kelas, Diana melihat Dimas yang berdiri di depan pintu. Astaga, melihatnya saja sudah membuatku bertambah kesal, pikir Diana untuk kesekian kalinya sambil mendengus sebal.

hayoo siapa yang mikir Diana nanti jadian sama Dimas bukannya Reynald?

.

.

.

Tapi cerita ini tidak berakhir dengan sesederhana itu loh ya. Terimakasih sudah baca, dan jangan lupa baca chapter
selanjutnya.

A CUP OF LOVE TASTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang