Pemuda dari masa lalu

33 3 0
                                    




Ini pukul 06.45 ketika matahari menerpa gadis itu lewat celah jendela. Ini hari minggu dan sepertinya ia harus terbiasa dengan sapaan matahari diawal pagi. Karena sekarang, Diana harus menempati kamar kakak perempuan yang sudah pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya.

Diana berpikir, kakak sulungnya itu mungkin memang sosok perempuan yang rajin hingga harus meminta Ibunya untuk melepaskan gorden di jendela. "Kau akan menyukai matahari dan bintang ketika saatnya tiba" ucap kakak sulungnya itu ketika Diana masih mengoceh karena Ibunya membiarkan gorden dalam keadaan seperti itu dengan alasan, bahwa itu merupakan ide yang bagus untuk membangunkan gadis itu diawal pagi.

Diana segera pergi ke kamar mandi. Berhubung gadis kita ini tidak bisa tidur seharian lagi di hari minggu, melakukan serentet perawatan sepertinya bukan ide yang buruk untuk menghabiskan waktu. Diana keluar kamar mandi pukul 09.00 pagi, berendam sambil menyanyikan lagu Taylor dengan bebas cukup membuatnya merasa senang.

Lalu kemudian ia segera turun menuju dapur, menyantap telur dadar buatan sendiri karena seperti biasa stok makanan habis di penghujung bulan. Ia sedikit tersentak ketika mendapati ponsel berdering tiba - tiba, dari Lia.

Just Fyi : nama aslinya Natalia, biasa dipanggil dengn Lia, tapi Diana lebih memilih memanggilnya Nat

***


"Di, lo udah siap? Lo ga lupa kan hari ini ada extra?

" Eh iya, sorry tapi kali ini gue beneran lupa. Makasi ya Nat. Gue berangkat 15 menit lagi. " Katanya yang dengan cepat langsung menutup telepon. Natalia memang sahabat yang paling bisa ia handalkan . Persahabatan yang sudah terjalin sejak kelas IV SD membuat Lia kenal betul Diana ini pelupa parah. Jadi tidak heran, Lia bisa jadi seperti alarm kalau ada hal penting.

"Nat, gue ga telat kan? " ucapnya sambil terengah - engah karena berlari sejak turun dari mobil menuju ruang musik yang letaknya di ujung belakang sekolah.

" Lo itu udah telat parah, tapi lo masih beruntung karena Pak Ari nggak jadi dateng"

" Nat, kalau pak Ari ngga jadi dateng, kenapa sih lo ngga kabarin gue? Gue udah buru - buru dateng kesini dan lo santai banget bilang extra batal?! "

"Sttt.... Udah deh, gue juga baru tau. Daripada lo ngomel nyalahin gue, Tuh liat siapa yang dateng? " kata Lia sambil memaksa menolehkan kepala Diana dengan kedua tangannya, ke arah yang dia maksud.

" Rey? " tanya-nya heran.

" Iya, Renald. Cowok yang udah lo idam-idamin selama 2 tahun terakhir. Jujur Di, gue masih nggak ngerti apa yang bisa buat lo kepicut laki-laki
macam Reynald. Menurut gue dia cuman temen SD yang udah ngilang selama lebih dari 5 tahun, terlebih dia juga lupa kan sama kita. Apa yang lo harapin sih sebenarnya?"

" Singkatnya ya Nat. Gue cuman masih kebawa memori lama aja. Lucu aja kalo gue inget sewaktu dia deket banget sama gue, main berantem sama gue. Lo inget ga sih dulu dia cuman setinggi alis gue, dan entah dia udah minum berapa liter susu karena sekarang udah tinggi menjulang gitu? Dan lo sendiri pasti ketawa Nat liat fotonya dulu. Reynald yang sekarang cool, dulu masih kekanakan banget ." Jelas Diana pada sahabatnya. Lia sekarang menatap gadis kita ini dengan tatapan yang super aneh karena keheranan. Sementara wajah gadis itu mulai memerah tiap kali membicarakan Reynald.

" Segitu sukanya lo sama Rey, sampai nyimpen foto-fotonya sampai sekarang? Yang perlu lo tau sekarang Di, dia itu udah lupa sama lo. Lo masih inget kan pas lo chat dia sok akrab tapi dia nggak acuh banget bilang ga inget sama lo. Lo ga perlu ngarepin cowok macam itu. Di, Rey itu udah beda. Dia bukan Reynald yang masih peduli sama lo. Sekarang dia lebih inget buat jaga imagenya daripada inget sama lo." Ucap Lia panjang lebar dan sepenuhnya berhasil membuat Diana pupus harapan. Gadis itu kemudian menghela nafas panjang, lalu mulai angkat bicara 5 detik kemudian dengan mata yang diam-diam masih setia tertuju pada Reynald.

"Nat, terus gue harus apa? Apa segitu kecilnya harapan gue buat dapetin dia, sampai lo harus tiba-tiba ngingetin kenyataan ini ke gue? Lo sendiri tau gue naksir Rey selama hampir 2 tahun sejak awal SMP. Gue tau ini cuman bertepuk sebelah tangan, tapi gue nggak pernah berhasil ngelupain dia Nat. Gue ngga bisa."

"Lo ngga bisa karena lo nggak pernah berbuat apa-apa Di, lo ngga pernah bisa move on karena lo sendiri ngga pernah berusaha buat dapetin dia. Lo itu cuman ngarep dia bisa lebih dulu peduli sama lo, tapi lo nggak sadar Rey itu udah kayak batu, dia nggak bakal peka kalau lo cuman terus-terusan ngeliatin dia doang. Kalau lo ngga mau gue bilang cinta lo kedua cuman percuma, tunjukin ke gue kalo lo ngga segampang itu buat nyerah, dan tunjuki ke gue kalo lo bisa merjuangin cinta lo sendiri."

kedua remaja ini diam sejenak, tak menghiraukan ruang musik yang sudah ricuh sedari tadi.

"Tapi gue ngga yakin sepenuhnya kalau-"

"Lo ngga bakal bisa kalau lo terus-terusan ragu Di, gue sahabat lo sendiri yakin sama lo. Jadi mulai sekarang, hilangin sikap pemalu akut lo itu , karena itu penghalang terbesar buat lo sendiri. Mulai sekarang, gue ngga mau liat lo cuman bisa matung ngeliatin dia. Gue ngga minta lo nge ganjen di depan dia Di, Lo cukup memulai pembicaraan sederhana aja, itu udah kemajuan besar buat lo."jelas Lia panjang lebar.

Tak ada lagi kata yang bisa Diana ucapkan kepada Lia. Ia hanya tersenyum lalu memeluk Lia erat-erat. Lia adalah pihak kedua-selain keluarga, yang
Diana percaya untuk memberi solusi ditiap masalah yang ia hadapi. Berkali-kali ia mengucap syukur kepada Tuhan karena telah menghadiahinya sahabat yang begitu istimewa.

Beberapa detik kemudian, kedua remaja itu menjadi salah tingkah karena beberapa orang mendadak melihat mereka keheranan. Diana merasa wajahnya mulai memanas ketika sadar salah satu diantara mereka adalah Reynald. Disaat-saat menyebalkan seperti ni, ingin sekali gadis itu berteriak GUE MASIH NORMAL!





Tolong dimaklumi segala hal yang kurang ya
karena yang nulis belum pro. Terimakasih untuk yang sudah baca.

A CUP OF LOVE TASTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang