Waktu antara sehembus cigaret murah dan bir seludup

46 0 0
                                    

Waktu yang paling mahal adalah waktu antara sehembus cigarette murah kegemaranmu dan seteguk bir seludup dari kedai ah chong.

Waktu yang sedikit dan diam—namun sarat dengan kebahagiaan

Kau akan selalu disudut itu, jauh dari keramaian kota, sunyi dari hingar bingar pekan lama, sepi dari omong kosong sang pencinta

Sudut itu jugak telah menjadi kegemaran aku secara total—

Di setiap lima sore kau akan terpacak di daun pintu kafe, mata sepetmu akan terus mengecil saat berpapasan dengan lirik mata aku dan bibirmu, bibirmu yang basah akan mencarik sedikit tanda kau senang melihat aku

Aduh,kau begitu manis ah lelaki kegemaran

dan aku akan selalu menjadi teman penghiburmu, setia— dan telingaku sanggup menadah apa sahaja butir bicaramu karena butir bicaramu berbahasa cinta, hembusan nafasmu adalah nyawa dan senyumanmu ah senyumanmu adalah syurga.

Dan aku, tidak pernah jemu menunggu waktu ini.

Waktu yang sedikit sebanyak menyentak adrenalinku agar berlari lebih laju, waktu yang sarat dengan nafsu, waktu yang selalu mengerdipkan kerdipan rindu, waktu yang mengebaskan bibir aku, waktu antara nafas yang resah tika bibir kita bertaut bercumbu mesra.

Sunyi—

Dan yang meraba telingaku hanya alunan lagu klasik kegemaanmu—

Romantis dan penuh nafsu.

n.h

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 05, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Puisi puisi berantakanWhere stories live. Discover now