Mia tertidur di atas brangkarnya sampai jam istirahat dan saat dia ingin bangun tiba-tiba disampingnya ada gavin
"Huaa gavin lu nganggetin aja, kirain gua setan disamping gua"
Gavin hanya diam saja, merasa dicuekin oleh gavin mia bergegas dari brangkarnya
Ia langsung menuju kantin yang ramainya gak ketulungan dia mengambil bangku yang berada dipojok
"Teh, mia mesen siomay sama es jeruknya ya""Sabaraha neng?"
"Siji deui teh"
"Siap atuh teteh laksanakan"
Gak lama kemudian dateng para gerombolan cogan kalo menurut mia sih sok cogan. Gengnya gavin memasuki pintu kantin dan semua siswi disana pada histeris keculi mia dan siswa lakinya
"Sumpah gavin ganteng banget"
"Calon pacar idaman"
"Tapi si gilang juga gans gila"
"Envy gueee"
Si teteh dateng sambil bawa makanan pesenannya
" ini neng pesenannya silahkan diamakan atuh neng"
"Aturnuhun teh"
"Sami sami neng geulis"
Mia terkekeh mendengar ucapan teh tari yang selalu memujinya dengan logat sundanya. Gavin dan Gilang mengahampiri meja yang ditempatin mia dia duduk disamping mia dan seenaknya ngambil siomay mia yang baru ia pesen tadi
"Eh gavin itu makanan gue belum gua makan sama sekali udah lu embat aja, sini balikin gua laper tau"
"Bodo, lu tinggal beli lagi kan uang lu banyak"
Gavin dengan lahap menghabiskan siomay mia dan meminum es jeruknya mia dan gilang hanya terkekeh memerhatikan mereka berdua yang beradu mulut
"Nih mi gua balikin, gua baikkan. Makasih loh udah ngasih siomay sama es ke gua"
"Balikin apaan lu udah habis gini juga"
Gavin langsung mencubit hidung mia dan beranjak pergi bersama gilang yang sudah berlari.
"GAVINNNNN,gue benci sama lu"
Tanpa disasari hidung mia mengeluarkan cairan darah segar
"Mia hidung lu berdarah" kata fika yang kebetulan temen sekelas mia. Ia terkejut sama dengan temen sekantinnya termasuk gavin karena suara fika yang cempreng dan seperti toa. Mia segera mengambil beberapa tisu namun darah tetep mengalir hingga dalam satu kedipan mata,mia tumbang tak berdaya gavin melihat hal itu langsung membopong mia ke uks.
***
Aroma obat-obatan tercium dari penciuman mia, mia yang tau dengan bau itu langsung bangun namun dia kaget ada yang meniduri tanganya dan ternyata gavin, tanpa disadari senyum terukir entah dihatinya ada rasa senang ketika ia dekat dengan gavin.
"Vin...gavin"
"Hmmm..."
"Bangun ih!"
"Iya..iya" gavin bangun dari tidurnya dia langsung mengucek-ngucek matanya entahlah dia sudah berapa lama tidur di dekat mia.
"Mia,gua mau nanya deh ama lu"
"Nanya apaan" ia duduk do atas dangkar dan menoleh ke arah gavin
"Lu akhir-akhir ini sering mimisan gara-gara kenapa sih?"
Benar tebakan mia apa yang ingin ditanyakan gavin tentang mimisannya,
"Mu..mungkin gua kecapean kali,iya kecapean kayaknya.hehehe"
"Kenapa gak sebaiknya lu periksa ke rumah sakit aja untuk mastiin"
"Hmmm..."***
Mia berjalan di lorong-lorong kelas yang masih dipenuhi oleh ratusan umat yang ingin menimba ilmu, dia masih memikirkan kenapa ia beberapa hari ini mimisan, mungkin benar kata gavin dia harus check up ke rumah sakit untuk tau kondisinya tapi percuma saja tak ada yang bisa ia beritahu apa nanti penyakit itu karena keluarganya yang tak peduli sama sekali dengan dia.Mia menunggu sendiri di depan halte ditemani dengan rintikan hujan= ia berdecak kesal disaat ia ingin pulang cepat pasti ada saja halangannya, mia paling benci dengan hujan karena hujan ia jadi teringat tentang awal mulanya pertengkaran keluarganya. Di lihat dari kejauhan sebuah mobil hitam datang menghampiri halte si pemilik tersebut membuka kacanya
"Ayo masuk mi, kalau hujan begini jarang angkutan umum lewat, mending sama gua satu arah ini kan rumah kita? "
"Hmm yaudah deh vin gua ikut lu " ternyata yang didalam mobil itu gavin.
Selama perjalanan pulang hanya ada keheningan di dalam mobil itu mereka sama sama membisu mungkin mereka malu untuk berbicara.
"Mia.. " suara gavin memecahkan keheningan "apa? " gavin ragu menanyakan hal ini namun iya akan tetap menanyakannya kepada mia " Lu udah check up penyakit lu kerumah sakit? ". mia yang ditanya hanya menjawab seadanya " belum vin" jawab mia sambil menundukkan kepala. " lu harus periksa, biar keluarga lu bisa tau keadaan lu". " percuma vin keluarga gua gak akan pernah peduli tentang kehidupan gua ". "maaf" gavin merasa bersalah sudah berbicara seperti itu, mia sudah turun dan mengucapkan terimakasih kepada gavin.***
Keadaan didalam rumah sangatlah sepi seperti tidak ada kehidupan, ia berharap keluarganya harmonis kembali namun itu tidak akan terjadi karena dia benar-benar sudah dibenci oleh keluarganya apalagi orangtuanya.
Ia memasuki kamar dan segera berganti pakaian, ia menatapi langit langit kamar hingga terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leuki(MIA)
Teen Fictionseorang remaja bernama Kayla Mianti harus memperjuangkan hidupnya , apalagi keluarganya tidak mempedulikannya dan menganggapnya tidak ada diantara keluarganya itu setelah kejadian yang ditimpanya 10 tahun yang lalu. Apakah seorang Mia bisa memperju...