R

17.9K 1.2K 229
                                    

"Semoga hari ini banyak yang membeli kayu bakar" Ucap bocah bersurai pirang mantap. Terus mengayuh sepedanya dengan tenang, karena kalau tergesa-gesa sudah dipastikan beberapa ikat kayu bakar dibelakangnya akan berguling melalui jalan besar yang biasanya dilalui truck atau mobil mobil menuju kota. Ia tidak mau hari ini kelaparan karena bocah itu belum makan dari semalam.

Pasar di kampung yang ditujunya sudah terlihat.

"Ah, Naruto akhirnya kau datang.. Mari kesini, aku perlu kayu untuk memasak" ujar lelaki tua pemilik kedai di pinggir pasar, cukup laku karena biasanya para pedagang dipasar makan disini.

MK
Diriku hanya berhayal saja
Relax

Oh, iya. Namanya Naruto, pemuda manis berkulit Tan dan jangan lupakan tanda lahir seperti kumis kucing dipipinya. Umurnya 15 tahun. Tingginya 147cm. Kecil namun tekun.

Naruto dengan cepat mengangguk dan tersenyum senang, mulai menyenderkan sepedanya ditiang kedai, karena sepedanya tidak punya "apayah Author ga tau namanya wakakak" untuk mendirikan sepedanya.

"Paman Kurosawa ingin berapa ikat?" Naruto berucap sambil membuka jeratan dari beberapa ikat kayu itu.
"Semuanya saja Naru.." Membuat Naruto senang, dengan sangat gembira dia mulai meletakkan 9 ikat kayu tersebut.

"Terimakasih, Naru.. Nah, ini uangnya" Paman itu menyerahkan beberapa lembar uang kepada Naruto. Naruto memang tidak pernah sekolah, tapi dia bisa berhitung dan membaca. Mengambil uang itu dan mulai menghitungnya.

"Ini kelebihan paman" ucap Naruto, tapi ia juga tidak punya uang untuk kembalian.

Paman itu menggeleng dan memberikan lagi sebungkus nasi kepada Naruto. "Tidak apa Naru.. Kau sudah jauh jauh kesini, nah.. Dan ini untuk mu, cepat pulang dan makan lah, wajahmu pucat sekali"

"Terimakasih, paman.. Kalau begitu Naru pulang dulu"
"Hati hati Naru" ucap paman itu, kasihan melihat bocah itu hidup sebatang kara, bahkan rumahnya jauh dari desa.

Tidak hanya itu, Paman Kurosawa juga sangat kasihan karena bocah ini diasingkan orang desa. Karena yaa.. "Ah, sudahlah tidak penting" gumam paman kurosawa dalam hatinya sambil tersenyum miris melihat wajah anak itu diluar terlihat bahagia bahagia saja, padahal pasti dia sangat terluka didalamnya.

Naruto bernyanyi nyanyi dijalan menuju gubuknya, mengayuh sepedanya sedikit cepat. Naruto sudah tak sabar ingin memakan Nasi ini dirumah.

Kayu bakarnya habis, dia tidak perlu repot keliling pasar untuk menawarkan, ia punya uang, dan ia punya makanan. Naruto sangat senang hari ini. Mungkin nanti sore ia akan mencari kayu bakar lagi di dalam hutan, biar besoknya langsung bisa dijemur.

Tit-tiiiiiiiiittttt!!!!!
Naruto sangat terkejut mendengar bunyi klakson dibelakangnya, padahal ia sudah bersepeda dipinggir.  Ia juga tidak berani melihat ke belakangnya. Jadi dia mengayuh sepedanya lebih kepinggir lagi.

Tit-tiiiiiitttt!!! 
Lagi? Naruto tidak tau ia salah apa.

Tiiitt-tiiiitttttt!!
Tiiitt-tiiiittttt!!
Jengah juga di klakson terus, Naruto menoleh kebelakang mendapati beberapa lelaki kota yang nampak menertawakannya. Dengan cepat mengalihkan pandangannya kedepan lagi, mulai mengayuh sepeda sekencang-kencangnya.

Ada saja orang jahil batin Naruto.

"Oi, garaa cepat kejar dia hahaha klakson lagi, ayo" ujar Kiba, ia terhibur melihat bocah desa itu mengayuh cepat sepedanya, seperti mangsa yang berlari. Ini menarik sekali.

Garaa mulai menyamakan kecepatan mobilnya dengan laju sepeda Naruto.
Membuka jendelanya yang otomatis.

"Hei, bocah kampung.. Kemana kau ha... " ini Kiba berteriak di kursi penumpang belakang.

RELAXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang