3
"Tak sengaja melihat"
Bel pulang sekolah sudah berbunyi 20 menit yang lalu. Tapi masih ada murid yang betah disekolah, rata-rata anak ekskul. Di SMP PROKLAMASI, ekskul yang terkenal selalu berbeda-beda. Tahun lalu ekskul yang paling diminati marching band, sekarang ekskul yang paling diminati PMR.
Di tempat lain..
"Din, Zahra belum ke sini ya?" Tanya Maura seraya melihat ke arah koridor. Andini menganggukan kepala," belum kayaknya. Gue nggak ngeliat Zahra dari tadi" jawab Andini
"Kita cari yok" ajak Maura yang langsung di angguki oleh Andini. Mereka akhirnya keluar dari ruang OSIS untuk mencari keberadaan Zahra.
"Masa iya tadi ada panggilan nggk denger? Kan udah pake toa. Apa toa nya harus ditambah?" Tanya Maura sedikit kesal, Andini geli saat mendengar ucapan Maura. Andini teringat sesuatu, ia tahu dimana keberadaan Zahra sekarang.
"Ra, bentar deh. Kayaknya gue tahu dimana Zahra" ucap Andini membuat langkah Maura berhenti," dimana?" Tanya nya
"Udah,ikutin gue aja!" Jawabnya lalu memutar balik dan berjalan ke rooftop sekolah.
Benar saja. Saat mereka sampai di rooftop sekolah, disana ada Zahra lagi ngeliatin pemandangan sekolah dari atas. Maura langsung mendekati Zahra yang tidak sadar akan kedatangan mereka sedangkan Andini hanya diam disamping pintu.
Saat Zahra berada di depannya,Maura langsung menjewer telinga Zahra tanpa ampun. Zahra yang terkejut karena ke datangan Maura yang tiba-tiba menarik telinganya.
"Kemana aja lo?! Nggak denger tadi ada panggilan? Apa perlu gue korek kuping lo pake linggis?" Sembur Maura dengan tajam sedangkan Zahra hanya memegangi nasib telinga nya yang harus merah karena dijewer.
"Duhh, aduhhh. Ehhh,, sakit woyyy! Aduhhh" jerit Zahra masih berusaha melepaskan tangan Maura dari telinganya. Andini yang berada di samping pintu hanya melihat saja dan tertawa geli melihat kelakuan adek kelas sama kakak kelas itu, bisa di ibaratkan Maura kayak emak yang lagi memergoki anaknya lagi main di warnet.
Dengan perasaan kesal,Maura harus melepaskan jewerannya dari Zahra. Zahra langsung memegangi sebelah telingan nya yang terasa panas," ya kan,Kak! Merah nohh kupingnya. Panas lagi! Bisa caplang nih kuping" seru Zahra tidak terima telinga nya harus jadi korban dari Maura. Maura yang mendengar langsung menatap tajam Zahra, "lo bilang apa tadi?" Ucap Maura mengeluarkan aura gelapnya.
"Piss kak, damai✌bercanda doang kok"
"GC woy! Yang lain udah pada nunggu dibawah" teriak Andini memberitahu, Maura dan Zahra yang mendengar langsung berjalan meninggalkan rooftop sekolah.
Selama dikoridor Maura masih sempat mengomeli Zahra yang tidak mendengar panggilan untuk anggota OSIS. Zahra memang masih terbilang baru di OSIS jadi butuh arahan dan bimbingan dari senior-seniornya.
Sesampainya diruang OSIS, Andini langsung membuka pintu dan masuk ke dalam di ikuti Maura dan Zahra. Arfi yang melihat langsung meminta penjelasan ke Andini,Maura dan Zahra" kemana aja lo?" Tanya nya to the point.
Andini yang mendengar langsung menunjuk ke arah Zahra," ngurusin anak baru yang nggak denger panggilan OSIS" jawabnya lalu berjalan ke mejanya.
Zahra tak berani mengangkat kepala untuk melihat tatapan maut Kak Arfi, ia terus berjalan dengan menundukkan kepala. Sedangkan Maura hanya melewati Arfi tanpa memedulikan keberadaan cowo itu.
"Semua udah kumpul kan? Saya mau,mulai besok nggak ada lagi yang terlambat. Mau ada penjelasan pun saya nggak terima, seharusnya OSIS tuh mematuhi peraturan yang ada" ucap Arfi seraya melirik Andini,Zahra,dan Maura. Mereka tahu Arfi sedang menyinggung mereka. Maura hanya menatapnya datar dan malas.
"Oke. Kita mulai rapatnya"
****
Seusai rapat , seluruh anggota OSIS langsung pulang ke rumah masing-masing. Tapi,masih ada yang betah lama-lama disekolah. Katanya si " mau wi-fi an dulu" emang dasar nggak modal.
Hari semakin sore, bumi secara perlahan berputar mengikuti porosnya bahkan matahari mulai tenggelam di ufuk barat dengan gradasi warna yang cantik.
Maura dan Andini sedang menunggu di halte bus dekat sekolah mereka. Maura menunggu jemputannya datang sedangkan Andini menunggu angkot yang akan melewati rumahnya.
Terlihat sebuah motor menuju ke arah halte yang mereka tempati. Maura yang hafal dengan suara motor ini langsung bisa menebaknya jika suara itu berasal dari motor ayahnya.
Tepat dugaanya, motor itu berhenti didepan halte dan memanggil Maura."Din, gue duluan ya. Lo mau bareng nggak?" Tawar Maura. Andini menggeleng-gelengkan kepalanya," nggak usah. Paling juga, angkot gue bentar lagi ke sini. Lo duluan aja" jawab Andini menolak secara halus ajakan Maura.
"Yakin?" Tanya Maura memastikan. Andini menganggukan kepalanya mantap," iye. Gue yakin kok. Udah sonoh lo pulang,kasian ayah lo udah nunggu"
"Ya udah. Gue duluan ya" ucap Maura mendekat ke arah motor tersebut dan menaikinya.
"Hati-hati Ra!"
"Lo juga hati-hati Din!"
Lalu motor itu meninggalkan halte. Sekarang di halte tersebut hanya ada Andini seorang. Sendirian. Andini mengecek jam nya dan melihat ke jalan ada angkot apa enggak," gue udah nunggu lama disini. Masa iya dari tadi nggak ada angkot satu pun yang lewat" hatinya gelisah karena tak ada satupun angkot yang lewat bahkan kendaraan jarang sekali berlalu lalang. Seharusnya tadi ia menerima tawaran Maura, penyesalan memang selalu berada di urutan terkahir.
"Nasib. Jalan aja dah,dari pada nungguin angkot sampe jamuran" gumamnya lalu meninggalkan halte bus.
Karena tadi siang ia belum makan, perutnya jadi terasa sangat lapar. Andini sudah hafal tempat makan didaerah sini. Ia memutuskan untuk pergi ke Markback yang tak jauh dari posisinya.
Sesampainya didalam restoran Andini segera memesan seporsi makanan untuk 1 orang. Setelah memesan ia tinggal menunggu makanan nya di antar. Selama menunggu,Andini mengeluarkan handphone dari saku seragamnya dan mengecek beberapa notif dari aplikasinya. Ia membuka pesan terlebih dahulu. Terpampang nama
" Mamaku seperti Lion"
Dek,kamu kemana? Udah sore kok belum pulang?Aku segera membalas pesan mama
"Andini Srvt"
Aku tadi ada rapat OSIS jadi pulangnya telat. Terus sekarang aku lagi makan di luar"Andini segera memencet send. Setelah itu Andini meletakan handphone nya begitu saja diatas meja. Karena bosan, Andini mengedarkan pandangannya ke seluruh restoran. Matanya membulat sempurna saat melihat segerombolan manusia datang tanpa diduga ke restoran ini.
"What!" Jeritnya lalu mengambil daftar menu yang berada di meja untuk menutupi wajahnya agar tak terlihat. Matanya terus memperhatikan pergerakan sekumpulan manusia yang baru datang itu.
"Kenapa harus mereka?!"
***
Author :
Thanks yang udah baca cerita ini. Jangan lupa vote dan koment nya. Aku tunggu😙😉
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA KELAS
Teen FictionAndini Sarasvati merupakan anak kebanggan guru-guru. Selain pintar, Andini sangat bertanggung jawab dan aktif dalam organisasi juga ramah. dikenal baik oleh siswa dan guru. tidak pernah ada catatan hitam yang dilakukannya. tiba-tiba saja sifatnya b...